Akan kah takdir berkata lain..? [ CHAPTER X - EPISODE EXTRA+ ]

2 0 0
                                    

Hari semakin berlalu, kini. Radit dan Namira sudah resmi menjadi suami istri, ia juga akan melakukan apa saja yang Nami inginkan dari dirinya.
Sedang perjalanan bulan madu, mereka menikmati di kampung atau sebuah desa kecil pada Jepang. Mereka juga berjanji pada orang tuanya masing-masing, akan tinggal di sana berdua dan menjalani hidupnya itu.

Sampai suatu ketika, Nami merasa dirinya ingin muntah di rumahnya dirinya. Karena Radit sedang sibuk bekerja, ia beranikan diri ke kamar mandi sendirian tanpa Radit. Namira pun memasuki kamar mandi-lalu ia juga merasakan pusing berat ditambah dengan mual cukup banyak. Dia ingin sekali keluar rumah untuk membeli sebuah test pack, akan tetapi... Ia tidak sanggup untuk berjalan sendiri.

Saat keluar kamar mandi, ia juga beranikan diri untuk ke ruang tamu lalu membuka pintu keluar rumahnya itu. Tapi sayangnya, Nami mendadak pingsan saat pintunya sudah terbuka lebar. Belum ada semenit, tetangga orang Jepang di sebelah rumah Namira membawa ia ke rumah sakit umum, di kota Tokyo namun. Sesaat Nami di rumah sakit dan belum siuman, Radit langsung kembali ke rumah untuk menemui Nami. Ia tidak menemukan di mana-mana; akhirnya ada tetangga yang memberitahukan, bahwa Namira Pratista atau istri dirinya sudah dibawa larikan ke rumah sakit, agar tidak kenapa-kenapa.

" A-apa..? Nami di rumah sakit dan dia bilang, kalau ia pingsan mendadak depan pintu saat tetangga ku yang sedang dari pasar itu? Aku harap, Namira tidak kenapa-kenapa, ya tuhan. " ucap batin nya yang sedang khawatir dan risau tentang keadaan istrinya sendiri. " Aku harus ke rumah sakit dan alamat nya sudah diberikan tadi. Oke, baiklah, saatnya ke sana. Nami, tunggu aku, ya. "

Radit tiba di rumah sakit dan mencari pasien atas nama Namira Pratista di meja itu. Ketika dapat kamarnya saat berbincang-bincang, ia langsung menuju ke ruangan tersebut. Radit mulai mengetuk pelan agar sopan saat masuk ke dalam nya, saat terbuka. Ia melihat Namira sedang duduk di atas kasur rumah sakit.

" Ananda ku, maaf aku telat ini. Telat datang saat kamu pingsan tadi, maaf banget.. "

" Radit.. tidak apa. Aku udah siuman ini, udah enak tidak seperti tadi. Kamu juga tidak perlu bicara formal banget... A-aduh. " mendadak ia merasakan sakitnya kambuh tapi Nami tidak mau bikin khawatir Radit.

" Kenapa hey?? Jawab aku, gapapa mau jujur atau engga. Aku ingin tahu kamu kenapa mendadak seperti itu tadi? "

" Ah itu, gapapa, Adit. Aku ga kenapa-kenapa sih. Hehe. Oh iya, aku udah mual banyak dan ya.. sampai pingsan diriku, lalu dibawa sama tetangga kita yang di sebelah rumah tadi "

" Yang kasih alamat rumah sakit ini ke aku? "

" Lah, jadi kamu tahu alamatnya ini karena kertas pemberian tetangga kita? "

" Iya sayang, betul itu. Tapi syukurlah, kamu sudah mendingan, jadi ga terlalu khawatir kan kamu "

" Iya, aku mah gapapa cuma mual aja. "

Suara pintu terbuka dan ternyata itu dokternya untuk memeriksa kembali Namira, lalu setelah 20 menit di periksa. Namira sedang hamil besar, kemungkinan ada 4 bayi dalam kandungannya yang kembar, 2 perempuan dan 2 laki-laki. Dokter itu sudah keluar 2 menitan yang lalu.

" Sayang? Kamu hamil? Asikkk, anak kita kembarnya di kasih yang sesuai. Ada 2 perempuan dan 2 laki-laki ya. Keren, semoga mereka jadi anak yang pandai dan sehat wal afiat. Dan jadi soleh walau mereka nanti agak putihan dikit sih, ya entahlah. "

" Iya sayang, semoga aja ya. Aku harap anak kita baik-baik saja "

" Iya sayang. Oh iya, untuk pekerjaan rumah, biarkan aku aja. Kamu istirahat sampai bayi kita lahir. Kamu urus dia dalam perut sehingga lahir oke? Kalau udah lahir, pekerjaan tetap aku yang urus ya. "

Akan Ku Tunggu Kehadiran Mu Disini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang