Tera menatap kedatangan Mery dengan raut bingung. Ada apa sebenarnya sampai-sampai dua orang yang merupakan mantan suami istri itu kini datang bersamaan ke rumahnya.
"Mami? Kok ada di sini?" Tanya Tera bingung.
Mery melirik sinis pada Hutama sebelum mendudukan dirinya di samping Tera yang sudah merubah posisi duduknya menjadi tegak. Wanita paruh baya itu menyilangkan kedua kakinya lalu menatap Tera yang kebingungan. "Tanya saja pada Papi kamu itu."
Tera langsung mengalihkan tatapannya pada Hutama yang kini memalingkan wajahnya. "Ada apa sih Pi?"
Hutama berdeham sejenak sebelum akhirnya memilih untuk menatap balik pada dua wanita berbeda usia di depannya. "Ada yang mau Papi katakan pada kamu."
"Apa?" Tanya Tera tak sabaran.
Sejenak melirik pada mantan istrinya yang menatapnya tajam Hutama menjawab. "Kami berencana untuk menjodohkan kamu de—"
"APA?" Pekik Tera terkejut.
Hutama langsung mengatupkan bibirnya ketika melihat reaksi Tera yang tampak tak senang mendengar hal itu. Tera menatap bergantian pada kedua orangtuanya kemudian berdiri. "Ngaco! Pagi-pagi datang ke sini cuma buat ngomongin hal gak masuk akal mending gak usah dateng ke sini!"
"Duduk dulu Cine." Perintah Mery.
"Mami juga! Apa-apaan sih!"
"Duduk dan dengarkan kami bicara." Ucap tegas Mery yang membuat mau tak mau Tera turuti. Kembali mendudukan diri di samping Mery, Tera mendengkus keras-keras.
"Ini alasan kalian kenapa sampe repot-repot datang ke sini?"
"Sebenernya Mami juga nggak habis pikir dengan rencana Papi kamu ini." Ucap Mery menyudutkan Hutama.
"Kita sudah sepakat untuk hal ini, jangan menyudutkan saya begitu." Protes Hutama.
"Kalau bukan karena kecerobohan dan ketololan kamu, nggak perlu kamu sampai harus mengorbankan Cine."
"Jangan berbicara seolah rencana ini bertujuan untuk membuat Cine menderita. Saya tidak memberikan pasangan yang sembarangan untuknya."
"Niat ini dilakukan karena demi kepentingan kamu."
"Bukan hanya untuk kepentingan saya, tapi di sini ada masa depan Cine yang saya perjuangkan, bahkan kamu pun termasuk."
"Seandainya kamu tidak bertindak seceroboh itu, hal ini tidak akan terjadi."
Tera memperhatikan perdebatan antara Mery dan Hutama dengan tatapan kesal. "Stop! Kalau mau debat, silahkan keluar." Usir Tera terang-terangan.
Mery mengatupkan bibirnya sedangkan Hutama kembali memalingkan wajahnya. Dari dulu berdebat dengan mantan istrinya tidak akan pernah menang.
"Sekarang, inti permasalahan kalian itu sebenarnya apa?" Tanya Tera.
Mery membenarkan posisi duduknya sebelum menjawab pertanyaan Tera karena Hutama seperti enggan menjelaskan. "Papi kamu ditipu Om Hilman, dia bawa dana perusahan dengan nominal cukup fantastis."
"What? Om Hilman orang kepercayaan Papi?"
Mery melirik sinis sejenak pada Hutama lalu membenarkan ucapan Tera. "Kok bisa?" Tanya Tera tak percaya.
Mery menghela. "Dia bawa kabur uang perusahaan tiga hari yang lalu. Sampai sekarang Om Hilman belum bisa ditemukan keberadaannya."
"Terus?"
"Ngomong dong, jelasin biar anaknya paham." Omel Mery pada Hutama.
Hutama menghela kemudian menurut untuk menjelaskan permasalahan perusahaan dengan singkat pada Tera. "Om Hilman bawa uang beberapa proyek yang sedang jalan. Dan hal itu membuat perusahaan cukup kewalahan dalam melakukan penambalan dana. Belum lagi kabar ini sudah tersiar ke beberapa perusahaan lain yang sudah lama kerja sama pada perusahaan kita, sebagian ada yang membatalkan kontrak kerja sama dan kita juga terancam akan bangkrut jika tidak bisa segera mengatasi permasalah ini." Jelas Hutama yang di dengarkan dengan baik oleh Tera.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDAMAME
ChickLitTera tak habis pikir, setelah belasan tahun tak bertemu dengan mantan pertama sekaligus cinta monyetnya zaman SMP, kini Tera harus kembali bertemu dengan laki-laki itu karena adanya rencana perjodohan antara Tera dengan sang mantan. Bagi Tera, tidak...