Chapter 8

135 29 3
                                    

Tera memperbaiki riasan wajahnya dengan Heksa yang dengan setia duduk diam menunggu. Keduanya sudah tiba di sebuah rumah megah berarsitektur Eropa yang sungguh menakjubkan.

Pikiran Tera sebenarnya penuh dengan banyak pertanyaan tetapi, dirinya memilih untuk diam dan enggan bertanya. Memangnya kapan sih Tera ingin memulai pembicaraan terlebih dahulu dengan Heksa.

"Mungkin ini akan sedikit membingungkan, tapi saya meminta kamu untuk bersikap sedikit lebih dekat dan mesra dengan saya di hadapan keluarga saya nanti."

Tera yang sedang memoles lipstik di bibirnya kontan langsung menoleh pada Heksa yang kini juga sedang menatapnya. "Maksudnya?"

Heksa terlihat menghela napasnya perlahan, sebelum mulai menjelaskan. "Saya ... keluarga saya ingin bertemu kamu."

"Sebenarnya, keluarga saya memiliki masalah yang cukup serius. Dan masalah ini ada kaitannya dengan kepindahan saya ke sini. Sejak selesai ujian saat SMP dulu dan sampai sekarang, keluarga saya belum bisa benar-benar kembali menetap di Indonesia lagi."

Tera diam mendengarkan sambil tangannya mulai membereskan peralatan make-up yang dipakainya barusan.

"Saya tahu mungkin ini akan sedikit membuat kamu terkejut, tapi ... satu fakta yang perlu kamu ketahui, bahwa keluarga saya tahunya kalau kamu dan saya sudah menjalin hubungan sejak lama."

"Maksudnya?" Tera kembali mengulang pertanyaan tersebut namun kini garis-garis di keningnya semakin terlihat mengerut.

Heksa berdeham sejenak untuk menormalkan tenggorokannya yang tiba-tiba saja terasa mengganjal. "Maaf jika ini akan terdengar tak masuk akal, tapi saya terpaksa harus mengakui bahwa sejak kepindahan saya dan putusnya komunikasi diantara kita, saya masih menganggap hubungan kita di masa lalu itu masih ada."

"Saat mengatakan hubungan itu pada keluarga saya, percayalah saya benar-benar tidak tahu harus melakukan apa selain mengatakan bahwa saya memiliki hubungan dengan kamu sejak lama. Situasi saat itu benar-benar tidak kondusif, dan untuk mengatasinya akhirnya saya mengatakan bahwa saya memiliki hubungan dengan kamu."

Tera terdiam mencoba menelaah setiap kata yang coba Heksa jelaskan padanya. Namun, semakin ditelaah Tera justru semakin bingung dan tak paham. Jadi inti dari apa yang coba Heksa jelaskan itu apa?

"Maaf ... saya benar-benar minta maaf." Ucap Heksa dengan nada bersungguh-sungguh.

Tera masih tak mengeluarkan suaranya. Mulutnya seolah kesulitan untuk mengeluarkan suara.

"Ya, tidak apa-apa jika kamu masih merasa bingung, saya akan jelaskan lebih detailnya lagi nanti. Tapi sekarang sepertinya, kita harus segera turun dan masuk. Ibu saya sudah menunggu." Pandangan Heksa menatap lurus ke depan, tepatnya pada sebuah pintu besar yang menampilkan sesosok wanita paruh baya yang kini berdiri tampak menatap penasaran pada mobil yang di dalamnya terdapat Heksa dan Tera yang masih terlibat perbincangan serius.

Tera ikut mengalihkan perhatiannya pada apa yang sedang Heksa lihat. Dan benar saja, di sana sudah ada wanita yang Heksa sebut Ibunya itu kini mulai berjalan menghampiri.

Tera menghela napasnya dengan kencang. "Sebenernya gue beneran nggak ngerti, tapi yaudahlah nanti gue akan bersikap seperti apa yang lo mau. Dan satu lagi, selesai dari sini lo hutang penjelasan sama gue, dan lo betugas membuat gue bener-bener paham sama apa yang lo jelasin nanti." Telunjuk Tera mengacung pada Heksa yang kini mengangguk tampak senang.

Keduanya lalu turun bersamaan dengan ibu Heksa yang tiba di depan keduanya. "Ibu kok di luar?" Sapa Heksa sambil memeluk ibunya.

"Ibu tadi tahu kalau kamu sudah datang, tapi kok lama nggak turun-turun. Makanya Ibu susulin aja." Jelas sang ibu sambil melirik Tera kemudian kembali pada Heksa dengan raut seolah bertanya.

EDAMAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang