7. sakit

16 13 23
                                    

Maapin kalo lama up..


Happy reading.


7. Sakit



"Aku pulang," Elin masuk ke dalam kemudian menaruh payung yang sudah tertutup di pojok rumah, setelah itu melepas sandalnya dan menaruh benda tersebut di rak.

Cewek itu berjalan sampai ke ruang tamu mendapati seseorang duduk membelakangi jendela kaca di teras samping rumah sembari menatap rintik hujan yang sudah tidak terlalu deras. Elin berjalan mendekat lalu membuka pintu kaca dan terkejut ketika melihat orang itu.

"Ayah?"

Adam menoleh ke samping tampak ikut terkejut, tetapi tetap memasang raut tenang. Pria itu menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. "Lama tidak ketemu, Elin."

"Ayah kapan sampai?" tanya Elin berjalan kemudian duduk di hadapan sang ayah.

"Tadi siang,"

Elin diam menatap ayahnya, "Tugas Ayah udah selesai?"

"Ayah dapat panggilan buat selidiki kasus penculikan yang ada di sini,"

"Penculikan?" Elin tampak melebarkan matanya terkejut.

Adam mengangguk, dia mengambil cangkir berisi kopi yang terletak di atas meja lalu meminumnya. "Menurut kamu, apa alasan orang menculik seseorang?"

Elin tampak berpikir untuk sejenak. "Dendam?"

"Lebih dari itu," Adam menggantungkan kalimatnya.

Elin hendak bertanya maksud dari perkataan sang ayah, tetapi seseorang membuka pintu membuat dirinya dan Adam menoleh menatap orang itu.

"Elin, udah pulang ternyata," ucap Elshira dengan senyum mengembang di bibirnya. "Maaf gak bilang kalo Ayah pulang tadi."

"Tau gitu Elin gak main ke rumah Bian," balasnya, lalu mencebikkan bibirnya kesal.

"Iya, maaf. Salahin Ayah kamu tuh, Bunda aja baru dikabarin waktu sampai bandara," Elshira menunjuk Adam dengan raut kesal, setelah itu menarik kursi untuk duduk di samping Elin.

Adam mendengkus malas, memang dia tidak akan menang melawan dua orang keras kepala di hadapannya sekarang. "Maaf, iya, Ayah yang salah."



•••


Aksa keluar dari kamar mandi sembari menggosok rambutnya yang basah dengan handuk, setelah itu dia berjalan untuk meraih ponselnya di atas nakas lalu duduk di atas kasur. Cowok itu menyampirkan handuk yang dia gunakan ke bahu sembari mengecek ponselnya dan baru menyadari jika ponsel itu mati.

"Sekarang gimana?" Aksa menimang-nimang benda pipih tersebut.

"Cece, nanti makan malam sama-sama, ya?!" teriak seseorang dibalik pintu.

Aksa mendongak menatap ke arah pintu kemudian bangun dan berjalan untuk membuka pintu. "Berhenti panggil Cece," sahutnya setelah membuka pintu.

"Kenapa?" Seorang wanita bertubuh lebih pendek dari Aksa itu melipat kedua tangannya dengan raut wajah santai.

Aksa memalingkan wajahnya, "Pokoknya gak mau."

"Kalo Mama gak peduli, pokoknya kamu tetap Cece!" balas wanita itu santai.

"Ma?" Aksa mengubah raut wajahnya menjadi tak suka.

"Jangan lupa makan malam, Papa kamu pulang cepat hari ini," balasnya sembari melambaikan tangannya dan berlalu pergi.

Aksa yang berdiri di depan pintu diam dengan raut kesal kemudian melangkah mundur dan menutup pintu dengan kencang.

"HEH, ITU PINTU BELI PAKE UANG, JANGAN DIBANTING!"

NOL (Need Or Love) On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang