Maaf kalo sering kelamaan up, terkadang aku selalu kurang puas sama hasil dari ceritaku dan akhirnya harus revisi berkali-kali. Bahkan, sering bgt ketemu buntu di akhir cerita sampai harus ganti outline beberapa kali.
20. Sepeda
"Gak dibolehin keluar lagi,"
Aksa mendengus heran. Cowok itu lalu berjalan menuju garasi untuk mengeluarkan motor. "Biasanya gimana juga,"
"Bang Daniel gak kasih izin, udahlah, gue pasrah di sini aja!"
Aksa hendak berbicara, tetapi sambungan sudah terputus lebih dulu. Dia lalu menghela napas berat. Gini kenapa Ana selalu curhat masalah hidupnya ke dia?
Lagi-lagi Aksa hanya bisa menarik napas panjang, dia hendak mengeluarkan motornya, tetapi matanya justru melirik sepeda usang milik Papah.
"Lo bisa naik motor, harusnya juga bisa naik sepeda, sih."
Cowok itu terdiam lama. Ini kenapa dia jadi teringat Elin, ya?
"Jangan lupa sama pesan tadi?"
"Iya, kamu bawel banget, deh!" Asella menatap malas suaminya.
Mereka lalu menoleh saat seseorang membuka garasi dan mengeluarkan sepeda yang sudah lama tidak dipakai.
"Itu anak kamu kenapa?" bisik Arnand melirik putranya yang mengeluarkan sepeda miliknya.
"Mau dirongsok, kali,"
"Heh, enak aja, masih bagus itu!" Arnand buru-buru berjalan mendekat, menatap Aksa yang malah berjongkok di depan ban sepeda yang kempes.
"Kayaknya gak bocor," gumamnya.
"Kamu ngapain?" tanya Arnand menatap sepedanya. "Gak usah dijual, masih bagus itu."
Aksa memandang mereka berdua dengan kernyitan heran. "Siapa yang mau jual? Aksa mau pinjam."
"Hah?"
Asella menatap suaminya dengan ekspresi cengo. "Beneran mau naik sepeda? Motor kamu ke mana?"
"Ada di dalam,"
"Anak kamu kena guna-guna di mana itu?" bisik Arnand pelan.
"Aksa coba pompa dulu, siapa tau beneran gak bocor." Cowok itu beranjak pergi ke dalam garasi membuat dua orang di sana menatapnya dengan raut bingung.
Aksa keluar membawa pompa, lalu menaikan sebelah alisnya bingung melihat kedua orang tuanya masih berada di sana.
"Kalian kenapa?"
Asella menggeleng pelan sebelum menarik suaminya untuk pergi. "Semangat benerin sepedanya!"
Aksa menggeleng pelan sebelum kembali berjongkok menatap ban sepedanya.
•••
Elin pernah bilang, kalau dia itu anti dalam hubungan asmara. Namun, hatinya sama sekali tidak bisa diajak kompromi. Dia akan mudah jatuh cinta dan sulit melupakan.
Niat awal Elin untuk melupakan Aksa menjadi berantakan beberapa hari ini. Cowok itu secara tidak terduga selalu membuatnya terpana dengan sikap baik yang dia tunjukkan.
Membuat Elin kembali memikirkan apakah dirinya bisa untuk melangkah lebih maju.
Bian : Aksa lagi di minimarket dekat sekolah
Entah, kebetulan apa lagi yang dirinya dapatkan.
Elin menutup ponselnya setelah membaca pesan singkat yang dikirimkan Bian. Cowok itu tiba-tiba selalu melaporkan keberadaan Aksa padanya setelah kejadian di rumahnya minggu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOL (Need Or Love) On Going
RomanceKalo suka jangan ragu tinggalkan jejak^^ Suka sama cowok random di sekolah itu enak. Kalo satu ada pasangan, masih ada stok yang lain. Itu yang dilakukan Elin supaya gak bosen di sekolah, cewek ambis satu ini suka banget nyetokin cowok-cowok ganteng...