18. Siapa sangka?

9 10 0
                                    

Mau coba rajin update, tp ramein dongg biar semangat hehe.


Happy Reading.




18. Siapa sangka?






"Kapan-kapan kita piknik lagi, ayo," ajak Ana kembali berbaring, lalu meraih dedaunan di sampingnya untuk dimainkan.

Echa mengangguk, "Setuju, gue juga males kalo terus di rumah waktu libur,"

"Ke puncak aja mau gak?" sahut Zean.

"Boleh-boleh," balas Ana mengangguk setuju.

"Pamannya Bian punya villa di sana,"

Bian yang tadinya sedang bermain ponsel melirik, "Gak, gak ada acara main ke puncak!"

Mereka langsung berseru kecewa.

"Bian kalo diajak jalan, kan, sulit, ya," ujar Ana kecewa.

Bian menghembuskan napas berat, "Bukan gak mau, tempatnya jauh, sulit buat izinnya,"

"Bener Bian," sahut Zean, "apalagi Elin sama Ana yang otomatis gak dapat izin,"

Elin yang sedang menonton drama di ponsel Echa menoleh saat seluruh tatapan tertuju ke arahnya.

"Gak dibolehin keluar, Lin?" tanya Ana.

Elin mengangguk.

"Kan," sahut Zean, "Ayah Adam itu galak banget, Elin dulu jatuh aja gue sampai kena omel!"

Bian menggeleng pelan, "Lo salah waktu itu,"

"Tapi, gak diomelin juga, lah!"

"Namanya juga orang tua, pasti sayang sama anaknya,"

Elin mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan tanggapan Bian.

"Lo emang yang terbaik, Bi," ucapnya, mereka lalu beradu kepalan tangan.

Zean memicing sinis, "Gue kayak bukan temen kalian, sumpah,"

"Emang bukan," sahut Elin tersenyum jahil, "ya, Bi, ya?"

"Iya."

Ana tertawa. "Kalian kenapa lucu banget, sih?"

"Gak ada yang ngelawak," sahut Zean, lalu ikut berbaring di samping Ana. "Tidur aja gue, males banget adu bacot sama mereka."

Elin tertawa, lalu kembali bersandar pada bahu Echa. Diam-diam melirik ke arah Aksa yang masih fokus pada ponselnya. Cowok itu tadi hanya menanggapi dengan senyum tipis, tanpa berniat ikut bicara.

Kadang Elin heran pada sikap Aksa, bisa jadi pendiam, tapi bisa jadi cerewet, banyak tanya juga. Herannya kenapa cowok itu selalu diam saat ada perkumpulan seperti ini.

"Mikirin apa?"

Elin tersentak, kemudian menoleh menatap Echa.

"Bagian bagusnya udah kelewat,"

"Oh," Elin kembali bersandar dan fokus kembali menatap ponsel Echa.

Sedangkan Echa masih memandangnya heran. Biasanya Elin akan langsung teriak-teriak atau ngomel gak jelas waktu menonton film, tetapi raut wajahnya ini masih tetap sama tanpa ada perubahan ekspresi.

"Kalo ke taman deket-deket sini gimana?" tanya Ana lagi.

"Gak enak kalo taman, udah sering," balas Zean, lalu berbaring miring menatap Ana. "Muka lo kecil banget sih, An,"

"Makasih muka lebar," Ana memaksakan senyumnya menatap Zean.

Cowok itu tertawa, padahal gak ada yang lucu. "Lawakan lo itu sebelas dua belas sama Aksa, gak lucu pun kita tetep ketawa."

NOL (Need Or Love) On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang