13. Not my fault

9 10 0
                                    

Malamm


13. Not my fault




Aksa tersenyum lega ketika selesai menata podium untuk dijadikan lomba uji bakat. Dia lalu menemui kumpulan anak osis di belakang podium.

"Sisanya kalian atur sama kayak rapat kemarin,"

"Oke, siap!" Rion mengatur kameranya, lalu mengarahkan benda itu untuk memotret temannya. "Asik, bisa dibuat arsip tahunan ini."

Aksa menggeleng pelan, kebetulan dia melihat Echa yang berjalan sembari membawa kotak kardus berisi minuman. Cowok itu segera berjalan menghampiri.

"Sini gue bantu?"

Echa memandang Aksa sinis, "telat." katanya, tetapi tetap memberikan kardus tersebut.

"Yang haus bisa minum dulu, ya," ucap Aksa menaruh kardus tersebut ke atas meja.

"Uks dikunci, ya? Gue mau ambil obat susah banget deh!" Nia datang dengan raut wajah kesakitan, tangannya tak berhenti menekan bagian perut yang terasa nyeri.

Farhan menepuk dahinya, "Sialan, gue lupa kalo pintu uks ke kunci!"

"Duduk dulu, sini," ajak Echa meraih lengan Nia untuk duduk di kursi miliknya.

"Lah, kenapa lo kunci?" tanya Rion yang baru saja selesai membuka kardus.

"Soalnya kalo gak dikunci takut ada yang pura-pura sakit,"

"GUE SAKIT BENERAN, BEGO!"

"Iya, maaf!" Farhan merogoh saku almetnya dan mengeluarkan gerombolan kunci.

Nia menerima kunci pemberian Farhan, "Ini yang mana kuncinya, banyak bener!"

"Yang putih,"

"Ini putih semua, bego!" Nia menghembuskan napas berat berusaha menahan kekesalannya.

Farhan berdecak kesal kemudian meraih kunci itu kembali, "Ini loh, ini!"

"Udah mana, biar gue aja yang ambil!" balas Echa mengambil kunci di tangan Farhan, "lo tunggu sini bentar!" katanya pada Nia.

Echa berjalan pergi. Rion yang sedari tadi mendengarkan perdebatan mereka diam menatap Farhan dan Nia yang malah beradu tatapan tajam.

Cowok itu mengusap wajah Farhan, "Udah woi, lepas tuh bola mata nanti!"

Aksa menghembuskan napas panjang, "Nia sama Farhan pisah aja, jangan jadiin satu kalo gak mau ada yang berantem!"


•••


Echa berdiri di depan pintu UKS lalu membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia keluar lagi setelah mengambil obat pereda nyeri, cewek itu lantas menutup kembali pintu kemudian menguncinya. Dia berlari melewati lapangan, tepat saat seseorang membuka pintu kamar mandi.

Elin menatap Echa yang berlari melewati lapangan, "Cha, lo sibuk banget, ya."


Elin bingung harus melangkah ke mana, cewek itu hanya bisa berjalan memutari area sekolah dengan tatapan kosong. Dia ingin cepat pulang kali ini, kemudian tidur dan berharap jika ini semua adalah mimpi.

Bukan salahnya jika dia mengagumi seseorang, dan bukan salah orang itu jika dirinya ditolak.

Hanya saja, pikiran Elin tidak bisa fokus untuk saat ini, dia malu, benar-benar malu.


Tatapannya tertuju pada sebuah pohon besar yang ada di taman sekolah, Elin berjalan kemudian duduk bersandar pada batang pohon sambil menikmati embusan angin yang menerpa tubuhnya.

NOL (Need Or Love) On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang