-29

41.7K 1.8K 375
                                    

Seorang pengendara motor yang terguling tadi mendekati mobil truk dan mobil yang Elena tumpangi.

Asap dari kap mobil yang setengah menganga dan rusak parah itu mengepul tebal.

Pria berjaket denim itu menatap ngeri pada besi besi panjang yang jatuh ke mobil hitam di depannya namun ketika dia melihat lebih dekat lagi— ia syok hingga kakinya terasa lemas dan akhirnya jatuh dan ngeri melihat seorang di balik kemudi tewas mengenaskan.

Keringat pun bercucuran. Si pria itu terdiam beberapa menit dengan jantung berdebar debar.

Saat tersadar segera ia menghubungi polisi, memberi tahu ada kecelakaan mobil di alamat yang ia sebutkan.

Sementara beberapa meter dari TKP dua sosok tak kasat mata menatap tempat kejadian dengan pandangan berbeda.

Evander terus memeluk dan mengusap usap bahu kekasihnya yang belum berhenti menangis menatap sedih ke depan.

"Evan.."

"Ya sayang." Katanya lembut sambil mengecup puncak kepala Elena pelan.

"Aku... sudah mati? Aku tidak bisa bertemu keluarga ku lagi ya." Serak dan pilu Elena bicara.

Evander diam ikut larut dalam kesedihan ini.

"Kenapa umur ku pendek? Aku masih mau hidup lebih lama." Tangis nya kembali pecah.

Elena hanya sedih bukan menyalahi Tuhan apalagi marah karena memiliki umur pendek.

Masih banyak yang ingin dia lakukan selama hidup padahal rencana nya besok Elena ingin pergi piknik bersama Evander tapi belum sempat terwujud dia sudah meninggalkan dunia nya.

"Kita masih bisa melakukan apa yang kamu mau di tempat baru kita." Evander bisa membaca isi pikiran Elena.

Perkataan Evan mampu mengambil alih perhatian Elena yang termenung.

"Benarkah? Di sana aku masih bisa piknik?" Tatapan nya nanar namun penuh pengharapan seperti tatapan anak kecil yang polos. Dalam hati Evander menyebutnya sangat menggemaskan sekali.

"Bisa sayang. Piknik seperti apa yang kamu inginkan hum?" Evander seperti bertanya pada gadis kecil yang baru siuman dari menangis nya.

Jari jari besarnya mengusap air mata Elena perhatian.

"Aku cuma mau pergi piknik ke tempat alam terbuka. Pemandangan nya indah, sejuk, teduh. Terus kita duduk di atas karpet tipis sambil makan makan ringan. Aku pengen kayak gitu sayang. Boleh? Nanti kita berdua pergi piknik, ya?"

Sesederhana itu. Pikir Evander. Oh betapa menggemaskan nya calon ratu Ziush ini.

"Iya sayang ku. Boleh. Boleh banget."

"Masalah nya, kapan kamu siap pergi ke Dunia baru kita?"

Elena kembali terdiam. Bingung. Antara siap dan tidak. Antara rela dan tidak pergi dari sini.

"Harus secepatnya ya kita ke sana?"

Evander meremas lembut bahu kecil itu, menunduk untuk menyejajarkan tinggi wajah mereka. Tatapan nya begitu hangat dan mengulas senyum manis. "Sebenarnya iya. Kita harus melangsungkan pernikahan di sana dan pengangkatan ku menjadi raja sekaligus kamu sebagai ratu di kerajaan Ziush."

"Tunggu pemakaman ku selesai ya? Baru kita pergi ke sana."

"Iya sayang ku... sini peluk, boleh nangis lagi tapi sambil aku peluk ya."

Elena tersentuh dan kembali mewek. "K kamuuu bukannya tenangin aku malah nyuruh aku nangis lagi..." katanya sedih dan manja.

Evander terkekeh kemudian menatapnya serius dan hangat. "Aku pernah ada di posisi kamu sayang. Kehilangan sesuatu yang belum rela kita lepaskan cukup berat sekali. Aku tahu kesedihan kamu, aku tahu bagaimana rasanya melihat jasad kita tergeletak tanpa bisa kita masuk ke tubuh itu kembali."

Oh My Ghost [21+]💋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang