Melati memakai pakaian yang paling bagus menurutnya. Dia tidak ingin membuat Anton malu membawanya.
Melati merasa gembira hari ini. Dia akan diajak Anton untuk belanja keperluan bayinya. Melati menyeka sudut matanya yang berair.
Dia terharu. Anton mau membelikan itu. Rasanya kini bayi yang dia kandung tidak diabaikan.
Melati menyisir rambutnya menjadi dua bagian, dia ikat setengah di sisi kiri dan kanan lalu memakaikan pita agar manis.
Melati memang masih muda, namun penampilannya membuat Melati semakin terlihat muda.
Melati merasa puas dengan penampilannya lalu mulai meraih tas satu-satunya yang dia miliki. Tas mahal dari hasil dia menabung dulu.
"Apa Anton udah selesai makannya?" gumam Melati lalu keluar dari kamarnya. Dia menghampiri Anton yang sedang bersantai.
Melati jadi gugup tiba-tiba.
Anton menoleh, menatap Melati yang memang dasarnya cantik, jadi makin cantik dengan rambut seperti itu.
Anton beranjak tanpa kata, dia tahu kalau Melati sudah siap. Melati mematikan televisi dan memastikan semuanya aman.
Barulah dia menyusul Anton yang sudah siap di motornya.
Anton memebrikan helm, dan Melati memakainya. Jantung Melati berdebar saat Anton membelitkan jaket kulitnya.
Melati menahan haru itu, memakai jaket Anton dengan benar tanpa banyak kata. Takutnya Anton merasa terganggu.
Walau dia gatal ingin bertanya, jika jaket itu dia pakai terus Anton pakai apa.
Anton memastikan Melati naik walau kesusahan akibat perutnya.
Anton berdecak jengkel. Dia turun dari motor, mengangkat Melati hingga duduk di atas motornya.
Melati yang terhenyak kembali berdebar. Anton sungguh tidak terbaca. Melati memeluk Anton walau terhalang perut saat motornya mulai melaju pelan bagai siput.
Ini pengalaman pertama Anton membawa bumil di atas motornya.
***
Melati menahan tangis harunya saat berada di toko besar khusus perlengkapan bayi. Lucunya.
Tapi.. Dia tidak tahu kelamin bayi di perutnya.
USG belum pernah, saking terbatasnya uang dan hanya bisa disisihkan untuk persalinan.
Melati memilih warna-warna netral dengan tangan bergetar menyentuh itu. Bagai mimpi. Dia bisa membeli itu semua.
Anton melihat itu semua. Binar haru dan jemari Melati yang bergetar.
Anton semakin kesal. Kesal pada dirinya sendiri. Semua kembali campur aduk dengan gengsinya.
Anton menatap perut yang mengintip dari balik jaket kulit miliknya yang dipakai Melati. Sudah sebesar itu. Melati melewatinya sendiri.
"Ini bagus?" Melati refleks bertanya pada Anton setelahnya menyesal, apa anton terganggu?
Anton menelan ludah gugup. Dia tidak mengerti semua itu. Dia meraih sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Ini bagus." singkatnya agak sedikit ketus.
Melati menerima itu. Sepatu yang cantik. Apa anaknya perempuan? Anton memilih warna yang cantik.
Anton hanya meraih asal.
Melati jelas memasukan itu ke dalam keranjang. Itu spesial karena Anton yang memilihkannya.
Melati membeli ini itu atas izin Anton. Melati tidak tahu kalau Anton memiliki kartu yang bisa membeli semua itu.
Melati tidak akan bertanya, yang penting Anton tidak masalah membeli semuanya.
Anton meraih semua paper bag besar itu lalu meraih jemari Melati dengan tangannya yang kosong.
Melati menggigit bibir menahan harunya. Hidung Melati memerah menahan tangis haru bahagia.
Jika hari ini mimpi. Dia tidak ingin bangun.
Mama bahagia hari ini, bayi..
Melati mengusap perutnya.
***
Melati melipat semuanya dengan bahagia. Dia akan mencuci semuanya agar anaknya tidak gatal.
Semua harus bersih.
Melati menatap kasur kecil untuk bayinya kelak. Lucu sekali. Hari ini kebahagiaannya terus bertubi-tubi. Semoga tidak sial.
Melati tidak tahu Anton pergi kemana setelah mengantarnya pulang.
Melati melirik jam, sudah saatnya dia menyiapkan makan. Lanjut nanti saja merapihkan itu semua.
Melati memasak dengan riang. Dia melakukan yang terbaik agar Anton tidak kecewa. Ini tanda berterima kasih darinya.
Cukup lama Melati memasak ini itu. Bahkan menunggu Anton pulang. Pun Cukup lama.
Melati sampai ketiduran dalam posisi duduk.
Anton terlihat lesu. Dia baru selesai dengan tugasnya. Dia melirik Melati yang terlelap lalu banyaknya makanan di meja makan.
Melati menyiapkan itu semua dan menunggunya?
Anton hanya berdiam diri. Menatap lelapnya bumil dengan posisi tidur yang terlihat tidak nyaman.
Anton menyimpan jaket dan kunci motornya asal lalu duduk di meja sofa. Membuatnya berhadapan dengan Melati.
Dia menatap lurus Melati. Entah apa yang ada dipikirannya. Dia hanya diam.
Hingga Melati menggeliat lalu membuka matanya perlahan. Hingga keduanya bersitatap.
Melati sontak membuka matanya cepat. Cukup kaget dengan posisi Anton yang dia tunggu. Sejak kapan begitu?
Anton beranjak namun bukan untuk pergi. Dia tiba-tiba menabrakan bibirnya. Keinginan untuk mencium tiba-tiba muncul.
Melati yang melotot kaget mulai rileks dan membalasnya perlahan. Entah apa maksudnya lalu Anton melepas itu.
Barulah dia beranjak. "Gue laper!" ketusnya sambil berjalan menuju makanan berada.
Melati mengerjap lalu beranjak perlahan. "Tapi dingin," balasnya mencicit.
Anton mengabaikannya, dia mencoba ini itu lalu fokus makan. Melati yang memang belum makan pun jadi ikutan.
***
Anton menatap semua perlengkapan bayi itu. Sepertinya Melati belum selesai membereskannya.
Melati datang dengan panik.
"Aku beresin dulu," Melati meraih semua yang ada di kasur. Anton hendak tidur.
Anton merasa ngilu saat Melati meraih ini itu, apa perutnya tidak akan pecah atau tidak akan ada masalah.
"Ck!" decakan Anton membuat Melati membeku. "Gue cuma mau ambil bantal! Gue nonton di depan, lo bisa beresin pelan-pelan!" ketusnya lalu pergi.
Anton pun menonton televisi. Entah apa yang harus dia tonton sambil menunggu semua selesai.
Melati asyik masukan ke dalam koper.
Sementara memang dimasukan ke sana dulu karena belum di cuci.
Melati akan mencucinya ke laundry.
Anton menguap beberapa kali. Dia menahan kantuk hingga Melati menghampirinya.
"Udah beres, maaf ya," sesal Melati agak takut Anton marah.
Anton tak merespon. Dia beranjak untuk tidur. Besok dia ada urusan lagi. Semoga tidak merusak moodnya.
Melati menatap itu dengan tidak enak hati hingga tanpa aba-aba, Anton mendekat dan mengecupnya. Menyuruhnya untuk tidur dengan ketus seperti biasa.
Melati tersenyum tipis dengan jantung berdebar.