9. Cara Anton Memberi Perhatian Dan Melati Yang Keenakan

8.8K 656 15
                                    

Melati gelisah keenakan di bawah kuasa Anton. Hari ini, setelah Anton hampir 2 hari tidak pulang tiba-tiba pulang dan menyerangnya.

Melati terengah sayu, menatap Anton yang dia cintai secara tulus itu. Anton yang bergerak perlahan dengan jemari sibuk membingkai perut, bibir pun memberikan jejak di sana.

Melati tersenyum disela-sela desah lirihnya. Anton lebih banyak bergumul dengan perutnya yang sesekali menunjukan pergerakan.

Anaknya lumayan aktif hari ini memang.

"Ha~" Melati meremas bahu Anton saat pergerakan Anton yang lamban itu membuatnya akan mendapat pelepasan.

Anton berhenti di perut Melati. Dia mempercepatnya, mengulum bibir dan membelitkan lidahnya sambil terus mempercepat.

Anton sama terengah. Dia sama-sama akan pelepasan. Hari ini cukup walau sebentar, Anton lelah setelah sibuk dengan urusan perkuliahannya.

Melati meremas lengan Anton, tubuhnya kian terguncang lalu Anton menjauh dan mengerang lega.

Keduanya sama terengah dan berkeringat. Sama-sama terdiam puas beberapa saat sebelum Anton meraih tissue untuk membersihkan paha Melati yang dia kotori.

Melati terpejam sejenak, menelan ludah, merasa tenggorokannya kering karena terus mendesah.

Anton rebahan menyamping menarik Melati agar menghadapnya. Mereka berciuman sesaat. Lalu Anton hanya diam menatap.

Melati kembali menelan ludah gugup. Apa dia harus mengambil air sebagai alasan untuk kabur dari tatapan Anton..

***

"Dari Inaya," Anton memberikan selembar kertas jadwal pemeriksaan kandungan.

Melati mengerjap. Inaya? Teman Anton yang mana ya, dia lupa saking banyaknya nama yang dia dengar.

"Gratis?" Melati berbinar senang. Besok dia bisa memeriksakan kandungannya? Dia bisa tahu jenis kelamin anaknya.

Perasaan Anton lagi-lagi mencelos. Dia sungguh bajingan!

Anton pergi tanpa ingin membahas lagi. Dia sedang kesal, hanya akan berakhir membentak atau marah.

Anton melepas kaos yang penuh keringat. Dia selesai olah raga. Hari ini minggu, tugas kampus pun sudah dia selesaikan.

"Anton," Melati mendekat membuat Anton urung masuk ke kamar mandi. "Nama di sini Inaya," jelasnya.

"Itu tante dia, karena lo kenal, ga masalah. Ga mau? Ga usah pergi!" Anton masuk ke kamar mandi.

Melati menghela nafas sabar. Apakah Anton asli memang begitu? Begitu emosian. Melati kembali menatap selembar kertas itu.

Mau bagaimana pun dia akan berangkat, semoga bisa. Dia hanya ingin tahu, apakah sehat tidak bayinya.

Jantung Melati berdebar tidak sabar.

"Mama besok liat kamu, papa ga tahu ikut atau engga,"

Anton yang bersandar di pintu kamar mandi mendengar itu. Jantungnya bereaksi aneh saat Melati memanggilnya papa.

"Ck! Gue maunya ayah!" dumel Anton lalu memilih untuk mandi. 

***

Melati dari pagi sudah membreskan rumah, menyiapkan sarapan lalu mandi dan bersiap. Dia terlalu bersemangat untuk ke tempat pemeriksaan.

"Pakai apa ya?" Melati menatap lemari, dia masih handukan.

Melati mengusap dagu, memilih setelan dengan celana selutut. Itu pemberian Anton saat membelikan beberapa piyama bumil.

Melati meraihnya ragu, dia ingin memakainya saat ada acara. Takutnya ada acara yang harus dia hadiri mendadak.

"Ga papa, sekali kita pakai ya,"

Melati melepas handuknya hingga terongok di bawah kaki. Dengan sedikit terengah dan kesusahan. Dia memasangkan celana dalam.

"Ha~ udah mulai susah jongkok," keluhnya dengan terus berusaha memasukan sebelah kakinya.

"Harus sambil duduk," Melati meraih handuk dengan kakinya lalu membelitkan tubuhnya lagi.

Melati membalik badannya lalu terkejut saat Anton tiduran menyamping dengan tangan menopang kepala menatapnya.

Melati menatap perut Anton yang tidak tertutup apapun. Wajah Melati memerah. Walau sering begituan, tetap malu.

Melati pikir Anton sedang tidur karena jadwal kampusnya siang.

"Buka! Lo lanjut dibaju di sini!" ketus Anton tak ingin dibantah.

Melati menghela nafas pasrah, dia pun mendekat dan duduk dipinggiran kasur. Membiarkan punggung dan yang lainnya ditatap Anton.

Anton meraih lengan Melati hingga terhenyak hampir memekik dan terlentang. Perut bulatnya terlihat cantik dengan dua bukit yang kalah besar.

Anton mengecupi bahu, dua bukit itu lalu perut. Anton terus merayap di atas Melati. Membuat Melati merem melek keenakan.

Dia mendesah halus menerima semua itu. Tidak menolak karena tubuhnya merespon keenakan, tidak terganggu sama sekali.

Anton mengusap kaki Melati, mengecupi perutnya lalu dia beranjak meraih celana dalam Melati yang belum benar, memasangkan celananya.

Anton menatap Melati yang diam menatapnya sayu. Melati tidak protes karena dia senang merasa tertolong dan tidak kerepotan. Di tambah juga dia keenakan.

Melati menatap Anton yang pergi begitu saja. Ternyata hanya ingin membantu memakaikan celana saja. Sambil grepe sedikit.

Melati tersipu. Walau wajahnya masih tidak bersahabat, tapi ada setitik perhatian. Hatinya menghangat.

Melati bangun, dia mulai memakai pakaian atasnya.

Melati ingin mengajak Anton tapi takut. Apa Anton akan menyemprotnya atau apa nanti. Dia jadi gelisah. 

***

Melati sudah siap, tapi dia bingung. Apa harus naik taksi atau angkot. Anton terlihat asyik nonton televisi.

Anton sama gelisah walau tidak terlihat. Dia ingin melihat pemeriksaan itu, sengaja dia meminta tolong pada Inaya karena gengsi.

Sekarang ingin menawarkan diri juga gengsi. Anton kesal sendiri.

Melati melirik sama ragu, dia pun memilih memberanikan diri mendekat dan berdiri di dekat Anton.

"Anton, aku berangkat. Tapi ga tahu naik apa,"

Anton beranjak begitu saja membuat Melati terhenyak kaget, apa Anton marah?

"Ck! Gue anter!" lalu berjalan meraih kunci dan jaket.

Melati tersenyum senang walau sebelumnya berdebar takut.

"Papa akhirnya ikut," gumam Melati sambil mengusap perutnya.

Melati seperti biasa, Anton bantu naik lalu motor pun membelah jalanan dengan merayap seperti biasa.

Ingin mengeluh terlalu beresiko. Melati hanya menikmati semuanya.

Hingga mereka sampai di sebuah rumah mewah, ada bidan yang praktek. Tante dari Inaya.

Melati agak bingung. Kenapa teman Anton yang masih single memeriksa kandungan? Oh mungkin ada masalah soal haid dan yang lainnya.

Melati hanya menganggapnya hadiah dan keberuntungan anaknya.

Padahal itu ulah dari gengsi ayah dari bayinya. 

Melati Untuk Anton (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang