Melati terengah berkeringat. Dia jadi gampang lelah, kini perutnya sudah memasuki bulan ke 8. Rasanya nafas menjadi pendek.
Melati menyimpan sapu dan duduk di sofa, mengatur nafas dan beristirahat sejenak.
Anton yang baru pulang membeli keperluan tugas kampus melirik Melati yang sepertinya kebablasan sampai tidur.
Keringat di kening Melati bisa Anton lihat. Anton menghentikan langkahnya. Mengamati lebih jelas wajah lelah itu.
Anton melirik sapu dan alat pel yang belum dipakai. Melati sepertinya tengah bersih-bersih, ada rasa yang mengganggu namun Anton bingung.
"Ekhm!" Anton berdehem sampai Melati tersentak dan bangun.
"Kamu udah pulang.. Aku ketiduran ya," suara Melati terdengar serak. Melati beranjak perlahan, mengusap perutnya sekilas.
"Tidur di kamar!" tegasnya.
Melati menggeleng. "Aku mau lanj—"
"Ngelawan?" tatapan Anton menajam.
Melati menelan ludah. "I-iya, aku lanjut tidur di kamar," Melati melirik pel lantai. Dia tidak akan bisa melanjutkan bersih-bersih.
"Gue sibuk ngerjain tugas, jangan berisik dan tidur aja!" tegasnya lagi.
Melati mengangguk, menghentikan langkahnya saat Anton menghadang untuk mengecup perut yang semakin buncit itu.
Melati tersenyum.
"Uang buat pegangan," Anton menyelipkan uang itu ke dalam pakaian hingga menyentuh br* Melati.
Melati menyentuh dan meraih uang itu hingga kembali keluar. Ada beberapa lembar uang di tangannya kini.
"Udah sana!"
Melati cemberut sekilas lalu melanjutkan langkahnya. Senyum tipis terbit. Dia jadi banyak pegang uang.
***
Anton melirik lap pel, entah yang ke berapa kali. Dia jadi tidak fokus mengerjakan tugas kampusnya.
Anton menghela nafas jengkel lalu beranjak. Dia mulai sibuk menyapu, membereskan ini itu tidak bisa diam.
Anton mulai melap lantai tanpa terlewat hingga depan rumah.
Anton menyeka keringat. Mungkin tidak biasa, ternyata melakukan pekerjaan rumah itu tidak mudah.
Anton melemparkan tubuhnya ke sofa. Nafasnya terengah, dia bahkan kini tanpa atasan saking berkeringat.
Hingga tak lama Anton terlelap pulas.
Melati pun terjaga saat merasa sekitarnya kini gelap. Apa Anton tidak ada di rumah? Melati pun beranjak dari kasur perlahan, pergerakannya sungguh terbatas kini.
Melati meregangkan lehernya seraya mengusap perut. Anaknya begitu tenang.
"An—" Melati urung saat melihat Anton yang terlelap tanpa pakaian atas itu. Lalu Melati menatap sekitar.
Terlihat bersih?
Ingin meyakinkan, Melati menyalakan semua lampu membuat Anton mengernyit dan mengubah tidurnya menghindar silau lampu tanpa terusik lagi.
Melati melihat semuanya lalu tersenyum dan menatap Anton haru.
Melati medekati Anton, perlahan rebahan di sofa yang sepertinya akan muat. Dan, ya. Muat. Melati nemplok walau terhalang perut.
"Makasih, kamu beresin semua?"
Anton yang setengah sadar hanya bergumam, dia masih nyaman terpejam setengah sadar.