YOOO, PAKABAR GUYS?!
Ditulis, 8 Mei 2024
-----
Dilla keluar dari kamar yang ditempati oleh Arra. Di depan pintu sudah ada Shaka yang menunggu dengan sabar.
"Lo yakin, mau nyuruh dia tinggal di sini?" Tanya Shaka spontan.
"Why not. Dia kan juga tinggal sendiri sekarang, mending sama gue aja kan. Toh kita sahabatan." Dilla mengangkat bahunya acuh. Ia mulai bersandar pada dinding yang dingin.
"Iya sih, tapi kan dia juga ga melarat-melarat amat ditinggal bokap nyokapnya. Maksud gue---mereka ninggalin kekayaan yang cukup untuk menyongsong kehidupan anaknya." Shaka berpendapat. Seolah benar-benar tidak ingin Arra tinggal bersama dengan Dilla.
"Lo kenapa sih kayak gak suka gitu? Salah ya, gue ngajak dia ke sini?" Dilla membenarkan posisi berdirinya agar lebih tegak.
"Enggak sih, terserah lo juga. Kan rumah ini punya lo, ya apa aja yang lo mau lakuin, lakuin aja."
"Dah je gitu, ngapain lo protes segala." Ketus Dilla.
Shaka mengembuskan nafas panjng nan berat. Entah kenapa firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap Dilla jika gadis itu membawa temannya kesini.
"Ini cuma saran gue aja sih, lo kayaknya harus extra hati-hati." Peringat Shaka sembari memincingkan matanya.
"Why? Apa yang harus gue waspadai?" Tanya Dilla heran.
"Lo gak ingat? Lo nemuin kondisi rumah temen lo itu kayak gimana?" Tanya Shaka. Dilla tampak terusik dan mulai berfikir.
"Lo lihat kan, ada mayat dimana-mana. Salah kalo orang ngira itu cuma perampokan yang gagal. Itu lebih ke semacam---penyerangan. Penyerangan yang disengaja." Jelas Shaka.
"Pasti ada sesuatu dengan keluarga mereka sampai-sampai mereka semua ditargetkan semengerikan itu. Lo harus hati-hati, siapa tau mereka juga ngincer temen lo itu." Imbuh Shaka.
Setelah mengutarakan semua pendapat dan kecurigaannya, Shaka segera berlalu pergi meninggalkan Dilla yang masih termenung.
"Satu lagi." Shaka berucap tanpa membalikkan tubuhnya, Dilla menatap punggung tegak itu dengan bingung.
"Lo juga perhatiin keselamatan lo. Dengan lo berada disekitar gadis itu. Lo juga bisa terancam, Dill. Gue gak mau lo juga mati sia-sia." Setelah mengatakan itu Shaka benar-benar pergi tanpa berbalik lagi.
Bahkan ia gak sedikitpun basa-basi pada Dilla.
•
Shaka berjalan melewati dua gadis yang sedang ngemper di depan sofa semabari menonton kartun dua anak botak.
Dalam hati ia berbisik, masa kecil kurang bahagia sih, untung gue kagak, haha. Tawa jahat juga mengiringi suara hatinya.
"Lo ngapain di sono?!" Ucapan Dilla terdengar sangat sewot, apalagi melihat air muka Shaka yang sangat menyebalkan itu.
"Suka-suka gue, ngapain lo ngatur." Sahut Shaka acuh. Shaka kemudian melanjutkan jalannya menuju dapur, ia ingin mengambil air minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness or Pain
Novela JuvenilKisah cinta yang gak tau sejak kapan di mulainya. Banyak hal yang tidak bisa diprediksi terjadi dalam waktu singkat. Cerita dengan bumbu kasmaran pasaran, dengan tema yang masih ngambang. Acak. Hubungan Fradilla Sigit Sandjaya dan Ershaka Panji De...