' 12 : Perasaan Arra 🐣

14 0 0
                                    

Ditulis, 10 Mei 2024

     Senandung kecil keluar dari belah bibir Dilla saat menuruni satu persatu anak tangfa. Ditangannya sudah ada stoples coklat kesukaanya yang dibawakan Arra dan Shaka saat kembali dari 'jalan-jalan' katanya.

"Arra!" Dilla menjatuhkan bokongnya pada sofa empuk di samping Arra.

Arra masih sibuk dengan ponselnya sedangkan TV di depan mereka juga masih menyala.

"Gue mau nanya deh, Ar." Celetuk Dilla di tengah-tengah makannya.

"Sok atuh. Jarang banget pake izin segala. Biasanya main nyeroscos aja." Cibir Arra.

Dilla tak menanggapi cibiran yang ditujukan untuknya itu. "Kemarin lo sama Shaka jalan-jalan kemana dah? Perasaan sampe siang begitu." Ujar Dilla mengeluarkan unek-uneknya.

Arra menghentikan kegiatan bermain ponselnya kemudian beralih menatap Dilla. Gadis itu nampak berfikir sebelum menjawab.

"Gak tau sih, kemarin gue keluar kamar buat cari sarapan. Terus liat Bang Shaka di sofa, karena gue anak yang baik---" Arra menggantungkan ucapannya sembari menaik turunkan alisnya dengan wajah bangga.

"---Maka sebagai anak yang baik gue inisiatif lah ya nyapa tu orang. Dibales dong, tumben. Biasanya kan sok cool, sok cuek tuh. Terus tiba-tiba dia ngajak gue cari makan keluar. Gue pikir karena lo belom bangun, gua juga gak ada temen, gue mau-mau aja lah. Walau sebenarnya heran, tumben tu orang baik banget sama gue.

Gue kira dia ngajak gue makan di restoran atau di rumah makan dimana gitu ekspetasi gue. Tapi ternyata lo tau?" Arra menunjuk wajah Dilla dengan penuh keterkejutan, bahkan sekarang tubuhnya sudah menghadap Dilla.

"Dia ngajak gue makan di warung bubur depan. Dia nanya---gue biasa gak makan di tempat kayak gitu. Gue sih iya-iya aja, lo tau kan asal makan, gue gak pernah permasalahin tempatnya. Gue kira abis makan bakal langsung pulang, tapi obrolan kita terus bercabang ampe jam 10an. Terus dia inisiatif ngajak gua jalan-jalan ke taman komplek. Lumayan sih, udaranya masih seger. Disitu kita lanjut ngobrol-ngobrol ringan, ampe jam makan siang. Gue jadi keinget elo, terus pas mau pulang gue ngajak Bang Shaka mampir beliin coklat kesukaan elo. Tamat." Arra mengakhiri ceritanya dengan cengiran.

Sementara Dilla yang sedari tadi menyimak tanpa ingin menyela atau memotong cerita Arra hanya mangut-mangut.

"Seneng gak lo?" Pertanyaan spontan Dilla itu dijawab cepat oleh Arra.

"Senenglah." Jawabnya sambil mangut-mangut.

"Suka gak?" Dilla bertanya lagi.

"Sukak." Jawab Arra langsung.

"Happy?"

"Happy!"

"Suka Shaka?"

"Sukakk!" Arra menjawab tanpa memilah dan mendengarkan pertanyaan Dilla dengan seksama.

"Ehh?" Arra jadi ngelag. "Apa-apaan lo, Gak! Gak! Gue gak suka!" Bantah Arra cepat.

Dilla sudah menunjukkan senyum keramatnya. Siap-siap deh Arra dapat ejekan 7 hari 7 malem.

"Ahh masa. Gue aduin orang nya yaa?" Ucap Dilla mengancam.

"Apaansih! Lo ngejebak gue anjir! Gak asik!" Ucap Arra berpura-pura merajuk.

"Alalala, dia ngambekan guys."

"Lo ngapain aja sama, Arra?" Dilla melayangkan pertanyaan secara tiba-tiba saar tiba di taman belakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happiness or PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang