' 10 : Insiden Minimarket 🐣

14 2 0
                                    

DOUBLE UP!!

Ditulis, 9 Mei 2024

     Dilla keluar dari mobil saat mobil itu parkir di halaman depan minimarket 24 jam.

Dengan banyak cekcok dengan Micle dan Arra, akhirnya Dilla bisa masuk ke dalam minimarket seorang diri. Dua orang itu sangat bersikeras untuk ikut bersamanya ke dalam.

Dilla berhasil membujuk Arra untuk tetap tinggal di dalam mobil. Dengan alasan lain, Dilla menyuruh body guard nya untuk menjaga Arra yang sendirian di sana.

"Daripada mencemaskanku lebih baik Om temani Arra. Dia sendiri di mobil." Ucap Dilla saat itu.

Dilla memasuki mini market dan mulai mengambil keranjang belanja disudut. Ia berjalan pelan ke rak-rak snack. Benar, perempuan itu saat ini akan berburu snack untuk menemani hari-harinya besok.

Saat Dilla sibuk mengamati dan memasukman beberapa bungkus makanan. Ia tidak sengaja menabrak lengan seseorang yang berdiri di sampingnya.

"Ehh, maaf-maaf, saya tid--" Ucapan Dilla terpotong kala mendapati siapa yang ia ajak bicara.

"Raditya? Sorry-sorry. Gue gak sengaja." Dilla melanjutkan ucapannya tadi. Ternyata ia menabrak lengan Raditya. Salah satu anggota OSIS di sekolahnya sekarang.

"Fradilla ya? Gapapa, sans aja." Cowok berkacamata itu melayangkan senyuman manis kepada Dilla membuat hati Dilla adem dibuatnya. Apalagi gingsulnya juga ikut terlihat saat tersenyum lebar membuat kesan tampannya semakin meningkat.

"Btw, lo ngapain malem-malem masih diluar?" Raditya bertanya hanya untuk menambah topik. Tapi sepertinya Dilla berpikir lain, Raditya pasti merasa aneh dan tidak suka melihat perempuan sepertinya masih berkeliaran jam segini.

"Itu, e. G-gue lagi nemenin saudara gue jalan-jalan aja. Sampe larut gini deh." Dilla nyengir. Dalam hati ia banyak mengucap maaf kepada tuhan karena telah berdusta.

Raditya mangut-mangut sebagai jawaban. Laki-laki itu kemudian membungkuk untuk memungut beberapa bungkus makanan. Astaga! Dilla sangat tidak peka, ternyata ia juga menjatuhkan barang bawaan laki-laki itu.

"Ehh sorry, gue gak tau ternyata barang lo jadi jatuh." Dilla ikut membantu Raditya memungut bungkus-bungkus makanan itu dengan wajah tidak enak.

Raditya sekali lagi hanya tersenyum. "Gak papa, gue kasir duluan ya. Nyokap kayaknya udah di sana." Pamit Raditya dari hadapan Dilla.

Pandangan Dilla tidak lepas dari punggung Raditya yang kian menjauh sampai akhirnya punggung itu hilang saat berbelok disebuah rak.

Senyuman bahagia yang sejak tadi tertahan akhirnya mengembang juga pada wajah Dilla. Begitupun dengan tingkahnya, ia menjadi sangat aktif.

Rasa malu ia rasakan saat bersama Raditya tadi, tetapi rasa senangnya lebih mendominasi saat ini. "Gue gak nyangka bisa bicara sama dia." Suara Dilla tertahan.

Tangannya terkepal di depan dada dengan wajah bersemangat. "Gue berarti punya kesempatan sama dia 'kan? Semesta aja membantu biar gue bisa ketemu dia."

Tapi tatapannya mulai melemah dan digantikan rasa penasaran. "Gue gak nanya dia ngapain tadi ya." Telunjuk Dilla mengetuk-ngetuk di ujung dagunya.

Dilla mengangkat bahunya seolah tidak terlalu penting. "Kayaknya sih belanja bulanan sama nyokapnya."

Happiness or PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang