5. Cimin

19 8 0
                                    

Indah
Cit, lu mau ikut gak nanti sabtu. Si Sani ngajakin bakar-bakar

Citra
Sani bigos? Tumben

Indah
Iya, katanya bahan makanan dia yang tanggung.

Zaki
Wah, gue mau ikut dong.

Jajang
Gue juga. Itumah makan gratis namanya.

Indah
Gabisa, yang bisa masuk mes cuma karyawan doang, orang luar gaboleh

Jajang
Lu giliran yang gratisan aja gak ngajak-ngajak. Medit lu

Citra
Peraturan dari sononya begitu anjir
Gue pen ikut ndah. Tapi liat nanti, bisa nebeng mobil kantor gak.

Indah
Yaudah, gue infoin lu ikut aja ya. Nanti di bikinin grup sama si gorila.


***

Pukul 5 sore, Wisma yang saat ini kegirangan karena tak ada lembur segera bergegas menuju parkiran. Menaiki motor matic hitam milik Indah dan melaju melewati jalanan padat Tangerang.

Entah karena hari ini tak ada lembur atau mungkin Wisma yang semakin hari semakin nyaman berada di dekat si pemilik motor ini. Akhir-akhir ini Ia selalu sibuk lembur, dan setiap kali dirinya mengembalikan kunci pasti saja Indah sedang tertidur dengan pintu kamar terbuka. Entah pekerjaan yang seberat apa sampai-sampai Wisma tak tega untuk membangunkannya. Ia hanya menyimpan kunci motor di meja kompor, lalu menutup pintu kamar.

Berbeda dengan hari ini, Ia menarik gas nya lebih dalam. Berharap saat dirinya sampai, Indah belum terlelap seperti biasanya.

Lalu lintas pun seraya memberi restu pada Wisma agar bisa cepat sampai tujuan, meski begitu Wisma masih bisa menangkap abang-abang cimin yang kebetulan sedang berdiri di pinggi jalan, melayani 3 orang adik kecil.

"Wah tumben mata rabun gue bisa berguna" batinnya. Karena minus dan silinder yang lumayan, kadang Ia kesulitan untuk melihat, apalagi pada malam hari.

Wisma melipir sebentar, membeli satu porsi kecil cimin untuk Ia berikan pada Indah. Layaknya kakak yang baru pulang kerja, membawa oleh-oleh untuk adiknya yang selalu merengek di rumah ingin dibelikan jajan.

Setiba Wisma di mes, Ia segera bergegas melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Melihat kamar yang saat ini terbuka, kamar orang yang selama beberapa hari hanya terkapar di atas tempat tidur, kadang hanya di alaskan karpet saja.

"Indah, mau cimin?"

Ucapnya singkat, sambil menyunggingkan senyum yang hangat layaknya seorang kakak.
Sementara di seberang, Indah yang tengah terduduk sambil menatap ponselnya, segera mendekati Wisma dengan tatapan riang.

"Ih, tumben. Beli dimana?"

"Itu di deket pasar yang di bawah fly over, beli aja soalnya inget lu suka ngeluh pengen jajan."

"Ih, baik bangetttt. Makasih, lho. Soalnya gue juga belom makan apa-apa dari pulang kantor."

"Emang camilan lu abis?"

"Lu tau sendiri, Wis. Camilan di kamar gue itu gak pernah awet. Cuma tahan semalem aja."

"Ya kenapa lu makan sekaligus? Mie gak ada?"

Life as Kuli Proyek [Jeon Wonwoo AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang