10. Susu jahe

9 4 0
                                    

"Ndah, lu mau ikut gak? Si bongsor ngajakin motoran keliling Jakarta nanti malem minggu."

Tanya Sani pada Indah yang saat ini sedang mengantri, menunggu dirinya selesai menggunakan mesin fotokopi.

"Boleh, tuh. Kebetulan gue pengen banget motoran di Jakarta, apalagi malem-malem. Siapa aja?"

Jawab Indah, mendekatkan diri ke arah Sani agar tak di tegur Pak Samudra yang kebetulan ada di belakang mereka.

"Gue, Mahen, lu sama Wisma paling. Si sipit kan kagak akur ama si Mahen."

"Betul."

"Nah nanti ajak Wisma sama lu yak."

"Okee."

Dalam hati kecil Indah ia sedang berbunga-bunga kali ini, bisa berboncengan mengelilingi kota Jakarta di malam hari, siapa yang tak senang?

Namun, setelah insiden menangis hari minggu kemarin. Indah merasa agak canggung untuk bertemu dengan Wisma. Untung saja hampir setiap hari pria itu sibuk meeting di luar. Jadi tak ada kesempatan untuknya berpapasan di dalam kantor.

Indah kembali ke mejanya, mengambil ponsel dan mulai mengetikan beberapa kata. Namun Indah mengurungkan niatnya untuk mengirimi pesan. "Nanti aja deh, di mes" ucapnya.

***

Pukul 8 malam, sebuah mobil sedan memasuki halaman kantor yang sepi. Terlihat laki-laki berbadan tinggi menggendong ransel, sedikit menyeret kakinya. Hari ini cukup melelahkan baginya.

Meeting yang berjalan ngaret, di lanjut survey, berjalan naik turun tangga, hingga pulang pun terjebak macet. Perutnya yang sedari makan siang tadi belum terisi sudah berisik sekali dari tadi, meminta jatah yang seharusnya ia dapat beberapa jam yang lalu.

Perlahan Wisma menaiki tangga mes, masih menyeret kakinya malas. Hingga seorang perempuan mungil yang sedang asyik memainkan gitar mengalihkan perhatiannya, senyum terukir di bibir Wisma seraya mempercepat langkah kaki menuju Indah, perempuan yang beberapa hari ini tak ia jumpai.

"Sendirian aja neng, mau Mas temenin?"

Ujar Wisma, berdiri menyender pada railing besi di hadapan Indah. Sambil melemparkan senyum menggoda bak bapak-bapak tukang catcalling.

"Iya, nih Mas. Yakin mau nemenin? Saya galak, lho."

Jawab Indah, mengikuti Wisma bermain sandiwara.

"Galak? Mana dong mau liat galaknha kayak gimana?"

"Ih geli udah ah."

"Hahaha. Dari tadi di luar?"

"Iya, eh kata Sani mau ikut gak. Malem minggu Mahen ngajakin motoran, keliling Jakarta."

"Siapa aja?"

"Gue, Mahen, Sani, sama elu paling."

"Yaudah gue ikut, sabtu gak ada meeting kali. Cape bener."

"Cieee yang sibuk meeting terus."

"Daripada gue jadi berangkat, nanti ada yang nangis lagi kayak kemaren."

"Ssuutttt berisik, aib itu aib."

"Gue masuk dulu bentar ya, ganti baju."

"Pantes bau matahari."

"Berisik."

***

"INDAAH BURUAN INI ANAK-ANAK UDAH PADA SIAP." Teriak Mahen dari lantai bawah.

Life as Kuli Proyek [Jeon Wonwoo AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang