16. Mudik (2)

7 4 0
                                    

Indah melangkah memasuki bangunan yang sudah ia rindukan beberapa hari ini. Dengan ransel besar di punggung, tak lupa kardus berisi beberapa macam makanan buatan mamanya tercinta. Kini ia berjalan menuju mes, di temani abang satpam yang membantu membawakan kardus yang ia pegang sedari tadi.

"Sini biar abang saja yang bawa, kau anak kecil kenapa bawa barang banyak seperti ini. Berat ini." Ucapnya dengan logat khas orang Timur.

"Udah enggak apa-apa ranselnya Indah bawa, abang tolong bawain kardusnya aja." Ucap perempuan itu sambil mendahului pergi menuju mes.

Suasana mes sangat sepi, motor beat Indah terparkir rapi di samping mes. Bersebelahan dengan motor mio Mahen, tandanya mereka berdua ada di sini.

Setelah sampai di kamarnya, Indah hanya menyimpan tas dan kardusnya, melangkah menuju kamar sebelah. Dengan pintu setengah terbuka, Indah mengintip sebentar. Melihat si empunya kamar. Disana ada Wisma yang sedang tertidur lelap, dengan ponsel yang masih menyala.

Tanpa pikir panjang Indah masuk, berniat melihat laki-laki itu dari dekat. Baru beberapa langkah, laki-laki itu terbangun. Terlihat wajahnya yang kaget sekaligus senang. Senyuman terukir jelas di wajahnya.

Indah yang baru beberapa langkah dari pintu hanya diam, tersenyum canggung. Kini berganti Wisma yang berjalan ke arahnya, membentangkan tangan dan menangkap tubuh mungil Indah dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya sigap menutup pintu kamar.

"Kenapa gak bilang kalau pulang hari ini? Kan mas bisa jemput kamu."

Ucap Wisma, masih nyaman dengan pelukannya.

"Mau kasih kejutan, hehe. Lagian mas kan ke proyek terus. Biar hari minggu mas istirahat."

Indah melonggarkan pelukannya, menatap wajah laki-laki di depannya. Reflek, tangannya kini sudah berada di kedua pipi laki-laki tersebut. Baik Indah maupun Wisma, keduanya sama-sama ingin segera mengecup bibir masing-masing. Namun Wisma baru teringat sesuatu.

Ia melepas tangan Indah dari pipinya, kembali membuka pintu kamar dan mendorong Indah keluar.

"Yaudah kamu istirahat dulu ya, capek kan? Mas mau lanjut tidur dulu."

Indah mematung, bingung. Apa yang baru saja terjadi? Hanya dalam hitungan detik Wisma tiba-tiba saja menjadi dingin seperti itu.

"Lagi capek beneran kali, ya. Yaudah lah, besok juga ketemu di kantor."

Lalu Indah berbalik, pulang memasuki kamarnya.

***

H

ari pertama kembali masuk kerja, Indah sengaja diam di depan kamarnya. Menunggu laki-laki jangkung itu keluar, mengajaknya berangkat bersama ke kantor.

Namun setelah Wisma menampakan diri, dia hanya melenggang pergi melewati Indah tanoa sepatah katapun. Layaknya tak ada orang disana.

Hari kedua, Indah menunggu di kantor. Sengaja membeli beberapa cemilan yang mungkin dia akan suka. Tapi nihil, Wisma sudah berangkat ke proyek duluan sebelum Indah sampaj di kantor.

Begitu pula dengan hari-hari berikutnya. Terasa sekali bahwa Wisma menghindari dirinya. Menghindar saat berpapasan, pura-pura sibuk, atau hanya menjawab seperlunya saja. Ditambah kerjaan yang sangat menumpuk membuat Indah sulit untuk mencuri-curi waktu, sekedar bertanya kabar.

Lucu sekali, padahal mereka berdua tinggal bersebelahan. Tapi tak pernah ada satu momen pun yang membuat mereka bertemu. Indah yang sudah mulai kesal, kini mengambil ponselnya. Bertanya langsung pada orangnya lewat pesan teks. Berharap jika tidak berpapasan langsung, dia akan mengaku. Ada apa dengan sikapnya beberapa hari ini.

Life as Kuli Proyek [Jeon Wonwoo AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang