20. ★ [ 2 hari pencarian ]

610 81 10
                                    

Typo atau salah kata mohon ditandai agar bisa direvisi oleh saya kedepannya.

2k+ word, let's go!

Chapter ini saya dedikasikan untuk para readers kesayangan yang aktif vote sama komen, love u sekebon 🖤

buat yang jarang komen ayo komen, saya juga mau kenalan sama kalian. buat yang jarang vote juga ayo vote yaa

happy reading sweetie 💗.

Chapter sebelumnya :

Perasaan aksa sangat campur aduk, ia khawatir apalagi saat merasakan dentuman yang sangat keras itu, anehnya lagi teman-temannya tidak ada yang terbangun sama sekali.

"Tolong, pulanglah dengan selamat... "

Drrrttt...

Drrrrtttt....



*

*

*

*

Aksa memperhatikan layar ponsel nya yang menampilkan panggilan suara dari sang abang nararya. senyuman mengembang di wajah nya, ia tampa ragu langsung mengangkat panggilan suara itu.

Pip!

--On call
Aksa font tebal nararya font miring

"Abang? kalian belum pulang sampe sekarang?. " tanya aksa to the point pada nararya, kening nya seketika mengkerut ketika mendengar suara ribut di sebrang sana.

"Halo? Halo aksa?. " panggil nararya dari sebrang sana, mungkin saja suara aksa tidak terdengar karena suara ribut di sana.

Aksa semakin dibuat kebingungan saat mendengar nada suara bergetar nararya dan suara isakan tangis yang sangat ia kenali.

"Abang?! Kalian gapapa kan? bang hael kenapa nangis?. "

"Hiks.. asa, kamu.. dateng kerumah sakit cemara putih ya sa?. "

Apa apaan ini? nararya menangis? dan, kenapa mereka berada di rumah sakit?, itu adalah isi pikiran aksa sekarang setelah mendengar ucapan nararya.

Kemudian aksa menatap ponsel nya yang bergetar, seperti nya nararya ingin mengubah telepon itu menjadi via video call. Aksa langsung mengangkat panggilan itu dengan perasaan yang campur aduk, mereka tidak apa kan?

Saat aksa mengangkat panggilan video itu, bukan wajah nararya yang ia dapati melainkan jevan dengan wajah sembab dan kotor nya.

[2] Sapta Arunika | [Tahap Revisi]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang