Chapter 1 🌿

46.7K 2.5K 17
                                    

-Happy Reading-

Hembusan angin yang dingin tampak menerpa indah rambut seorang pemuda yang tengah menaiki sepedanya untuk menuju ke tempat kerja.

Zian, dia sibuk mengayuh sepeda itu dibawah langit yang mendung.

Zian merupakan seorang pemuda berusia 18 tahun yang baru lulus sekolah. Dia adalah anak tunggal, Zian hanya hidup dengan Ayahnya. Ibunya sudah tiada saat dia berumur 5 tahun karena kecelakaan.

Sejak kematian sang Ibu, Zian selalu mendapatkan kekerasan fisik dari sang Ayah yang sering mabuk dan temperamental.

Terkadang, Zian ingin sekali merasakan memiliki keluarga yang utuh dan mendapatkan banyak kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya. Namun, takdir sepertinya belum berpihak pada anak itu.

Zian akhirnya sudah sampai di sebuah Minimarket tempatnya bekerja. Dia segera turun dan menaruh sepeda, saat itu juga langit langsung menumpahkan isinya.

"Fiuhh, untung sudah sampai."

"Zian! Kau terlambat lagi ya!?" Suara nyaring itu sukses membuat Zian tersentak.

"M-maaf.. t-tadi ayah—"

"Cukup! Aku tidak mau mendengar alasanmu, kalau kau terus seperti ini, kau bisa dipecat!"

Zian menunduk. "M-maaf.. Saya tidak akan mengulanginya lagi."

Helaan nafas akhirnya terdengar dari seseorang yang merupakan senior dari Zian itu. "Sekarang adalah jadwalmu membersihkan gudang. Pergi dan cepat selesaikan."

Zian langsung mengangguk, dia lalu segera menuju ke area gudang tersebut.

Ruangan gelap dan berdebu itu kini menyambutnya. Zian terbatuk-batuk sejenak sebelum mulai membersihkannya. Suara riuh hujan dengan petir yang menggelegar terus menemaninya.

Bersamaan dengan itu, Zian harus berusaha menahan sakit pada tubuhnya karena pukulan dari sang Ayah tadi pagi. Alasannya adalah karena dia memakan sebungkus mie instan di dapur. Zian terpaksa memakan itu karena tidak bisa menahan perutnya yang sakit karena lapar.

Disela-sela membersihkan gudang, Zian menemukan sebuah buku Novel yang telah usang tergeletak disana. Dia membersihkan sejenak debu-debu yang menempel pada buku itu.

"Kenapa bisa ada buku Novel disini?" Gumamnya pelan.

Zian lalu menaruh buku itu di meja dan melanjutkan kembali kegiatannya membersihkan gudang. Setelah selesai, baru dia membaca buku tersebut.

Tak perlu waktu lama bagi Zian untuk menyelesaikan membaca Novelnya, hingga buliran bening berhasil jatuh membasahi pipinya.

"Jahat sekali! Kasihan Archel, keluarganya sakit jiwa semua!" Emosi Zian setelah membaca Novel tersebut.

Brak!

Zian melempar Novel itu dengan kesal ke sembarang arah. "Aku menyesal sudah membacanya!"

"Hei, kenapa teriak-teriak?" Tanya salah satu rekan kerja Zian, sorot matanya terlihat mengintimidasi.

"E-eh i-itu ... Tidak apa-apa."

"Sudah selesai membersihkannya? Kalau sudah, sana kembali." Ujarnya datar, sambil melewati Zian begitu saja.

Zian itu tidak memiliki teman, orang-orang menyebutnya anak yang bermasalah karena Ayahnya yang terkenal seorang pemabuk. Itu membuat Zian semakin terpuruk dan kesepian.

Hari itu berjalan seperti biasa, matahari kini berganti menjadi sinar bulan. Setelah selesai bekerja, Zian langsung pulang menuju rumah dengan mengayuh sepedanya di jalanan yang sepi.

Hingga muncul sebuah mobil yang melaju kencang dengan ugal-ugalan dari arah yang berlawanan. Sepertinya pengemudi mobil itu sedang mabuk berat, dia langsung membanting setirnya ke arah Zian.

"AAKKHH......."

Kecelakaan tidak dapat dihindari, Zian jatuh terpental hingga sepedanya rusak. Kepalanya terasa panas dan tubuhnya juga perih, dia menatap langit malam untuk yang terakhir kali sebelum kedua mata itu tertutup sempurna dengan air mata yang membasahi pipi.

◆◆◆

Di sebuah kamar mewah yang didominasi warna hijau dan putih, terdengar suara lenguhan kecil disana.

Mata yang semula tertutup itu kini terbuka sepenuhnya. Dia bangkit dari tempat tidurnya, meliarkan pandangannya sejenak ke seluruh ruangan.

"APA INI?!" Pekiknya kaget.

Dia mulai melirik ke arah cermin besar yang ada disebelahnya. "I-ini.. Ini bukan wajahku!"

Zian menatap kaget ketika melihat tubuhnya yang terlihat sangat berbeda. Bagaimana tidak, pemuda berusia 18 tahun itu kini berubah menjadi bocah berusia 12 tahun!

Wajahnya kini lebih muda, manis, dan imut. Rambutnya hitam lebat dan halus, pipinya ranum dan chubby, kulitnya seputih susu, kedua matanya bulat dengan iris hijau yang cerah seperti zamrud.

"B-bagaimana bisa? Bukankah seharusnya aku sudah mati?!"

Cklek.

"Tuan Muda Archel, anda ternyata sudah bangun?" Sapa seorang Maid yang tiba-tiba masuk kesana.

"A-apa!? Archel?"

Zian, dia kini masuk ke dalam raga Archellio Clyde. Si bungsu menyedihkan dari keluarga Clyde yang harus berakhir mengenaskan di tangan keluarganya sendiri.

Apakah dia bisa menghancurkan plot ceritanya? Atau malah semakin terjebak mengikuti alur pada cerita?

TBC

haloo, semoga kalian menikmati ceritanya yaa~

ini cerita brothership & family, bukan BL/romance!!

See you 💚

ARCHELLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang