gaiss, diri ini pengen sekali up cepet. tapi nyari-nyari waktu buat nulis di tengah kesibukan tuh susahh bngt pliss 😭
jadi maaf nunggu lama :(
sebagai gantinya part ini panjang~◆◆◆
Pagi ini, disaat matahari mulai menampakkan sinarnya, tangan mungil Archel dibuat bergerak acak, ketika merasakan ada seseorang yang tengah mendekap tubuhnya dengan erat.
Kedua mata bulatnya mengerjap pelan, berusaha memperjelas penglihatan yang sedikit memburam. Hingga kemudian netra hijaunya meliar menatap sekitar.
Archel lalu menunduk, menatap lengan kekar seseorang yang saat ini masih setia melingkar di perutnya.
"Siapa?"
Archel mendongak, menatap seseorang itu hingga sepasang mata bulatnya dibuat melebar dengan sempurna.
"Kak Alden!" Kejutnya dalam hati. "Sejak kapan dia ada disini?"
Tangan mungil Archel kemudian terangkat, menepuk-nepuk lembut pipi tirus Alden yang masih terlelap. "Kak Alden." Panggilnya di akhir.
Archel melihat kelopak mata itu mulai terbuka, menampilkan iris biru safir milik sang kakak yang mempesona.
"Hm, sudah bangun?"
Mendengar suara berat Alden yang sedikit serak, Archel memilih untuk beranjak duduk sehingga membuat Alden terpaksa melepaskan pelukan.
"Kenapa? Kau takut padaku?" Pandangan Alden seketika terkunci, saat melihat pergerakan Archel yang dirasa tidak nyaman.
"T-tidak." jawabnya gugup, masih terkejut karena orang yang sudah menyelamatkannya ada disini.
"Benarkah?" Alden tersenyum tanpa sadar, lalu menarik lembut kepala Archel agar bisa bersandar nyaman.
Kemarin malam, setelah menerima Pancake dan secarik kertas itu, Alden merasa tersentuh. Dia kemudian langsung bergegas untuk bertemu Archel yang ternyata sudah tertidur lelap.
Melihat wajah manis sang adik yang begitu nyenyak, membuat tangan besarnya terulur untuk mengusap pelan, sampai-sampai dibuat ketiduran karena rasa kantuk yang sejak awal melanda.
"Pancake buatan Archel tadi sangat enak, kau benar-benar membuatnya sendiri?"
Mendengar hal itu, Archel segera beralih mendongak, menatap wajah tampan Alden yang kini ikut menatapnya intens. "Tidak, sedikit dibantu Mommy, Archel senang kalau Kakak suka."
Kemarin, setelah memberitahu keinginannya untuk bertemu Alden. Alice memberi sebuah ide cemerlang untuk membuat Pancake blueberry kesukaan Alden sebagai ucapan terimakasih.
Tanpa rasa ragu, Archel langsung setuju pada ide yang diberikan sang Mommy. Namun dirinya dibuat ketiduran setelah lama menunggu Alden yang tak kunjung pulang.
"Jika bukan karena dia, mungkin aku akan berada di situasi yang begitu sulit."
"Kak Alden." Panggil Archel langsung, membuat Alden menatap segera.
"Terimakasih sudah menolongku." Ucapnya tulus, hingga tanpa sadar, membuat Alden menarik senyuman di bibirnya.
"Tapi Archel penasaran, kenapa kakak tiba-tiba ada disana, dan menolongku? Jika kakak bisa saja berbohong pada semuanya untuk menyelamatkan Ales."
Sedetik awalnya Alden merasa kaku, sebelum akhirnya tertawa kecil oleh pertanyaan itu. "Benar. Tapi untungnya aku masih punya hati nurani untuk tidak melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHELLIO
Teen FictionSeorang pemuda malang berusia 18 tahun harus bertransmigrasi ke dalam novel yang dia temukan di gudang saat bekerja. Dia menjadi Archellio, si bungsu menyedihkan yang harus berakhir mengenaskan ditangan keluarganya sendiri. Apakah dia bisa menghancu...