🦋
🦋
🦋
🦋Beberapa hari kemudian
Cahaya memasuki penglihatan Mona yang perlahan sadar, ia merasa seluruh badannya sangat sakit. Namun, hanya satu yang terlintas di kepalanya yaitu, gimana dengan kondisi sahabatnya.
Setelah insiden kecelakaan kemarin, Mona dan Asha dipindahkan ke ruangannya masing masing. Harvy yang baru memasuki ruangan Mona kaget melihat wanitanya sadar.
"Na kamu udah sadar" ucap Harvy kaget, sementara Mona hanya diam menatapnya.
Harvy pun segera menelfon Irene untuk datang ke rumah sakit."Asha mana?" tanya Mona dengan suara pelan.
"Asha ada di ruangannya"
"Aku mau ketemu dia" Mona berusaha untuk bangun pelan pelan. Namun, Harvy segera menahan Mona.
"Na nanti aja ya kamu baru siuman loh"
"Kara, Asha itu sahabat aku" Mona menatap Harvy.
"Aku ngerti Na, tapi ga sekarang juga" Harvy menghela nafas dan mengelus rambut Mona pelan. Mona pun hanya diam mendengar ucapan Harvy, Irene tiba tiba datang dan langsung memeluk Mona.
"Kamu udah bangun sayang" Mona hanya mengangguk pelan menatap Irene.
"Ma kabar Asha gimana?"
"Asha masih kritis" Irene berucap pelan.
"Ma Mona mau ketemu Asha ma" Mona berkaca kaca mendengar kondisi Asha.
"Na, waktunya ga pas kamu baru sadar"
"Kara, Asha butuh aku dia pasti lagi berusaha buat sembuh" Mona menatap Harvy.
"Ya tapi kondisi kamu juga penting Na" Harvy memegang tangan Mona.
"Mona yang Harvy bilang itu bener, kamu masih belum pulih" Irene menangkup pipi Mona dan menghapus air matanya, Mona pun pasrah mendengar ucapan Irene.
Sementara di Ruangan Asha
Asha yang masih enggan membuka matanya, tidur dengan damai. Jinan pun yang selalu menunggu adiknya bangun.
"Dek bangun kaka kangen sama kamu" Jinan mengelus tangan Asha pelan.
Runa memasuki ruangan Asha pelan, is melihat Jinan masih menjaga Asha pun menghampirinya dan berkata.
"Ji makan dulu yuk"
"Jinan ga laper ma" Jinan menggeleng pelan.
"Nanti kamu sakit kalo ga makan" Runa menghela nafas dan mengelus rambut Jinan.
"Adek juga sekarang sakit ma" Jinan berucap dengan suara serak, ia berusaha untuk tidak terlihat rapuh namun gagal. Runa yang melihat kondisi anaknya langsung memeluk Jinan.
"Mama ngerti ji, tapi kalo kamu ikut sakit nanti adek juga sedih" Jinan terisak mendengar ucapan Runa.
"Maaf ma abang gagal jaga adek"
"Ngga ini bukan salah abang" ucap Runa dan mengelus rambut Jinan.
Pintu ruangan Asha dibuka, terlihat Mona yang datang bersama Harvy dengan kursi rodanya. Ia segera menghampiri Runa dan Jinan dengan bantuan Harvy.
"Ma, ru masih belum sadar?" Ucap Mona pelan sembari menatap Asha lalu menatap Runa yang hanya menggeleng pelan.
"Maafin Mona ma gagal nolong Asha" Mona berusaha agak tidak menangis di depan Runa, Runa yang melihat itu mengelus kepala Mona.
"Mona gagal selamatin Asha sebelum dia luka ma" pertahanan Mona pun hancur ia menangis di depan Runa dan Jinan, Runa yang melihat itu segera memeluk Mona dan menenangkannya.
"Ji keluar dulu ya ma" Jinan segera pergi meninggalkan ruangan Asha, sementara itu Harvy menatap Asha yang masih kritis.
Mona segera menghapus air matanya, ia mendekati Asha pelan pelan dan menggenggam tangan sahabat kecilnya itu.
"Sha bangun, gue kangen main sama lo"
Mona menatap Asha sedih, tiba tiba tubuh Asha kejang kejang. Runa yang melihat kondisi anaknya panik dan memegang pipi Asha sembari berkaca kaca.
"Asha kamu kenapa sayang" ucap Runa khawatir, Harvy yang melihat itu segera memencet tombol disamping kasur Asha untuk memanggil dokter.
🦋
🦋
🦋
🦋Kenapa ya sama Asha sampe kejang kejang gitu?
Tungguin kondisi Asha kedepannya.
Jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
Non-FictionAsha Shirenna gadis dengan keluarga dan sahabat yang sempurna, namun siapa sangka jika semuanya bisa berubah hanya karna sebuah masalah yang datang menghampirinya. Mengetahui fakta yang seharusnya tidak ia ketahui dan mendapat cacian seorang pembunuh