Aqila dan aisyah mausk kedalam Kontrakan, sebenarnya aisyah tidak ingin tinggal berdua seperti ini. Gadis kecil itu ingin tinggal beramai-ramai bersama omah dan opah nya.
Aqila dan aisyah memang tidak tinggal di rumah kedua orangtuanya, tapi mereka tinggal berdua dikontrakkan. Aqila ingin mandiri ia tidak mau merepotkan kedua orangtuanya lagi.
"Buna, ais jadi kesepian." Rengek aisyah.
"Kan ada bunda." Ucap aqila. Sambi menutup gorden rumah. "Hujannya deras banget." Lirih aqila.
Aisyah duduk di sofa menatap aqila. "Buna." Panggil aisyah.
"Iya sayang kenapa?." Tanya aqila, duduk di samping aisyah.
"Siapa sebenernya ayah kandung, ais.?" Tanya aisyah lirih, namun. Masih terdengar jelas di pendengaran Aqila.
Deg
Aqila diam berusaha mencari jawaban yang cocok. Aqila menarik aisyah duduk di pangkuannya, menatap lekat wajah aisyah. "Kenapa tiba-tiba nanya ayah kandung, ais?." Tanya aqila.
Aisyah menunduk sedih. "Ais, juga mau tau ayah ais. Buna." Cicit aisyah.
Aqila memejamkan matanya sebentar. "Udah bunda jelasin sama ais. Kalau a-ayah ais itu sudah meninggal dunia." Lirih aqila berat rasanya mengatakan perkataan yang seharusnya tidak ia ucapkan. "Maaf." Batin aqila.
"Kalau gitu kapan-kapan kita ke makan ayah, ya." Ajak aisyah.
Aqila mengangguk pelan.
Aisyah langsung keluar rumah, ia sangat menyukai air hujan. Jadi setiap tutun hujan Aisyah pasti akan menatap aisyah itu, sesekali membasahi tangannya.
Mata aisyah menatap mobil yang berhenti yang tidak jauh dari sana, terlihat jelas pria paruh baya sedang membuka mesin mobil. Sambil hujan-hujanan. "Kasihan sekali kakek-kakek itu." Cicit aisyah.
Aisyah mengambil payung menghampiri pria yang terlihat jelas kedinginan. "Assalamualaikum, Kakek." Salam aisyah.
Pria itu menunduk menatap aisyah. "Eh, waalaikumsalam." Kaget pria itu.
"Mobil kakek kenapa?." Tanya aisyah. Melirik mobil yang masih belum bisa menyala.
"Mobil kakek mogok, nak. Kamu sendiri ngapain di sini? Kamu kejebak hujan?." Tanya pria itu membungkukkan tubuhnya. Menatap wajah aisyah, walaupun sedikit kesusahan karena. Air hujan. "Mirip cucuku." Batin pria itu.
"Rumah aku di sana, kakek mending mampir ke rumah aku dulu yuk." Ajak aisyah.
"Enggak usah, kakek mau masuk mobil aja, istri kakek ada di dalam mobil." Tolak pria itu lembut.
Tanpa ba-bi-bu aisyah membuka pintu mobil depan. Menatap wanita paruh baya yang kaget menatapnya. "Nenek, aku sudah mengobrol dengan Kakek di depan. Lebih baik kalian singgah di rumah aku dulu, hujannya deras." Ajak aisyah. Tanpa menerima tolakan pria yang tersenyum tipis mendengar Aisyah.
Wanita paruh baya itu tersenyum tipis. "Memangnya boleh?." Tanya wanita itu.
Aisyah mengangguk cepat. "Boleh, bunda baik ko. Dia tidak akan usir kalian." Jawab aisyah yakin.
"Yasudah boleh." Ucap pria paruh baya itu. "Sambil nunggu anak kakeh jemput juga."
Aisyah mengangguk ia menyodorkan payung. "Ini untuk kakeh dan nenek."
"Terimakasih." Ucap mereka tersenyum manis.
"Sama-sama. Ayok ikutin ais."
"Ais?." Cicit mereka.
Aisyah langsung jalan lebih dulu, meninggalkan mereka berdua yang juga mengikutinya dari belakang. "Sebentar, ais panggil bun-----"
Cklek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah pilihanku (Season2)
Teen Fictionkalau kalian belum baca cerita sebelumnya. kalian harus baca dulu *Setulus cinta gus azzam* biar kalian paham alur ceritanya.☺️🙏🏻 *** upp tergantung mood dan sinyal WiFi ku wk🤣😭🙏🏻