8. Pengakuan Felix.

257 18 5
                                    

Aqila merawat umi yang sedang sakit, sampai-sampai aqila menginap di rumah umi. Tentu saja ia sudah izin pada ayah dan bundanya, tidak gampang meminta izin pada orangtuanya. Untungnya ada felix yang membantu meyakinkan calon mertuanya.

Umi menatap aqila dan gus azzam yang duduk di samping kasur. Aqila duduk di sebelah kanan umi, gus Azzam duduk disebelah kiri umi. "Aisyah udah tidur belum?." Tanya umi.

"Ais tidur di pesantren sama sela. Tadi dia nangis-nangis mau ikut sama sela." Jawab gus azzam, sambil mengelus punggung tangan umi.

Umi menoleh menatap aqila yang tersenyum tipis. "Bagaimana hubungan kamu sama felix?."

Deg

Aqila melirik gus Azzam yang juga sedang menatapnya. Aqila mengalihkan pandangannya, kembali menatap umi. "B-baik." Jawab aqila gugup.

Umi tersenyum tipis, tangannya mengusap lengan aqila. "Syukurlah kalau baik."

Aqila hanya mampu mengangguk, entah kenapa ia merasakan ada sesuatu yang aneh dalam hatinya. Saat umi mengucapkan syukur, atas hubungannya dengan felix.

"Apa kamu dan felix akan melangsungkan pernikahan?." Tanya abi, yang sedari tadi hanya diam di sofa.

Aqila menunduk memuaskan ujung jilbabnya. "I-iya, kami akan melangsungkan pernikahan s-secepat nya." Jawab aqila.

Deg

"Nanti undang kami, ya." Ucap abi.

Aqila mengangguk pelan, ia kembali Mendongak Menatap umi. "Umi, jangan lama-lama sakitnya. Aqila khawatir." Rengek aqila.

Umi terkekeh kecil, menarik kepala aqila ke pundaknya. "Iya, doakan umi sehat-sehat terus."

Aqila mengangguk.

"Sudah-sudah, lebih baik kalian tidur di kamar kalian masing-masing. Ini sudah malam." Suruh abi.

Aqila mengangguk, ia langsung berpamitan untuk ke kamar. Baru saja ia memegang kenop pintu kamar, gus Azzam menghentikannya.

"Saya ingin bicara berdua sama kamu." Ucap gus azzam.

Aqila menoleh menatap gus azzam. "Sudah malam, gus. Leb-----"

"Sebentar saja, saya mohon." Potong gus azzam.

Aqila mengangguk pelan. Mereka langsung berjalan ke ruang tengah, mereka duduk berhadapan yang dihalangi meja.

"Mau bicara apa, gus?." Tanya aqila. Setelah mereka diam beberapa menit.

Gus Azzam menatap lekat aqila. "Apa tidak ada kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya?." Tanya gus azzam lirih, hampir tidak terdengar.

Aqila mengusap tangannya yang tiba-tiba dingin. "M-maaf gus, aku akan segera menikah. Berarti aku tidak bisa memberikan kesempatan kedua, aku mohon lupakan aku." Lirih aqila, menahan sesak di dadanya.

Air mata gus azzam menetes. "A-aqila saya cinta sama kamu, saya sayang sama kamu." Lirih gus azzam.

Aqila mendongak menatap gus azzam, yang seakan masabodo dengan air matanya yang mengalir deras. "Gus jangan nangis, ya Allah." Panik aqila.

Gus azzam menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya. "Hiks saya tidak kuat harus kehilangan kamu lagi, aqila. Saya sangat cinta sama kamu hiks." Isak gus azzam.

Aqila ikut merasakan sakit hati, melihat gus azzam yang menangis seperti ini. "Gus-----"

"Tolong aqila, kembali pada saya. Kita perbaikan semuanya dari awal, saya janji saya tidak akan kasar sama kamu dan aisyah." Potong gus azzam.

Bismillah pilihanku (Season2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang