Aqila terus menatap gus azzam yang sedang menceritakan keluh kesah selama ini, aqila sebenarnya malas namum. Azzam mengancam kalau tidak menuruti dia akan memberitahu kalau. Dia ayah kandung aisyah pada Aisyah.
"Jadi tolong jangan jauhkan saya sama aisyah lagi, saya janji saya tidak akan memberitahu pada Aisyah. Kalau saya ayah kandungnya." Mohon gus azzam.
Felix menatap aqila yang mulai goyah dengan keputusannya. "Aqila, kamu jangan kehasut sama dia. Ingat penderitaan kamu selama ini, kamu harus dengan keputusan kamu yang dulu. Bagaimana kalau dia------"
"Jaga omongan kamu, saya tidak akan menyakiti Aisyah. Kamu jangan menghasut aqila seperti itu, mau bagaimanapun Aisyah tetap darah daging saya. Darah yang mengalir di tubuh aisyah, tidak akan pernah tergantikan dengan apapun dan. Sekalipun kau mengganti semua darah Aisyah dengan darah kamu. Kamu dan aisyah tetap tidak ada ikatan batin." Marah gus azzam.
Umi mengelus punggung tangan gus azzam yang mengepal kuat. "Istighfar, nak. Jangan tersulut emosi." Bisik umi.
"Kurang menderita apa saya selama 4 tahun saya jauh, dari orang-orang yang saya sayangi. Termasuk aqila dan aisyah, selama 4 tahun saya menyakiti tubuh saya sendiri, menghukum diri sendiri hanya karena menyesal."
Felix terkekeh hambar. "Mana buktinya?, kau terlihat baik-baik saja." Tanya felix, menantang gus azzam.
Tanpa ba-bi-bu gus azzam langsung menarik baju panjangnya ke atas, menunjuk bekas luka yang terlihat jelas. "Ini, ini luka yang saya buat sendiri. Saya masih ingat sekali kalau luka ini pertama saya buat, sebagai permintaan maaf saya sama aqila."
Mata mereka semua melotot sempurna, hanya Felix yang terlihat biasa saja. Namun, hatinya sangat takut jika aqila akan kembali bersama gus azzam.
Gus azzam menatap aqila yang terus menatap lengan gus azzam. "Bukan ini saja, ada yang lebih parah." Ucap gus azzam. Ia menarik sedikit sarungnya memperlihatkan betisnya yang terlihat jelas bekas jahitan yang cukup panjang. "Ini, ini yang lebih parah dari sekian banyak luka. Bahkan ini sampai di jahit." Ucap gus azzam.
"Astaghfirullah." Istighfar umi dan abi. Mereka baru tahu kalau selama ini anak mereka melakukan hal konyol.
Gus azzam mengusap air matanya yang mengalir. "Kalau kamu mau saya lebih menderita lagi, saya bisa melakukan ini lebih dari ini."
Aqila yang sedari tadi hanya diam ia mulai angkat bicara. "Kau melakukan itu seolah kau memilki banyak nyawa." Aqila menatap umi yang menangis di pelukan abi. "Kau lihat, gara-gara kau umi sampai menangis seperti itu. Aku sebagai orang yang pernah tinggal satu atap dengan umi. Dan beliau yang sangat baik aku tidak terima umi menangis."
Gus azzam terkekeh kecil. "Jika kamu tidak terima, maka hukum saya. Asalkan jangan hukum saya untuk menjauhi kalian."
"Lalu kenapa kau begitu kasar dulu? Kalau kau sangat mencintai mereka berdua?." Tanya felix geram.
"Lilahitaala, saya tidak bermaksud menyakiti anak dan istri saya. Saya khilaf saya takut aqila benar-benar meninggalkan saya, maka. Dengan cara saya mengambil aisyah aqila tidak akan pergi meninggalkan saya."
"Kau------"
"Aisyah anak saya, mau sampai kapanpun Aisyah putri qilzam anak kandung azzam akbari." Potong gus azzam penuh penekanan.
PRANG.
Suara pecahan gelas terdengar, mereka reflek menoleh ke sumber suara. Gadis kecil yang berdiri tidak jauh dari sana. Menatap mereka dengan tatapan shock.
"A-aisyah." Cicit mereka.
Aqila menatap tajam gus azzam. "Sampai dia tau ayah kandungnya, saya tidak ak------"
"KENAPA BUNA BOHONG SAMA AIS?, KENAPA BUNA BILANG SAMA AISH KALAU AYAH KANDUNG AIS SUDAH MENINGGAL DUNIA?. KENAPA BUNA BILANG KALAU AYAH AIS ITU JAHAT?." Terisak marah dan suara tangisan menjadi satu.
Aqila menghampiri Aisyah yang menangis meraih tangan aisyah yang langsung aisyah tepis. "Sayang, kamu salah paham dia-----"
"PAK GURU ITU AYAH AIS KAN?, DIA MENGATAKAN KALAU AIS ANAK KANDUNG DIA. KENAPA BUNA BOHONG HIKS?."
Semua orang menghampiri aisyah, menatap aisyah lekat. Termasuk felix yang kembali takut akan kehilangan dua orang yang dia sayangi.
Aisyah berlari memeluk umi. "Nenek, katakan sama ais, kalau pak guru ini ayah kandung ais?."
Umi hanya mampu diam, ia tidak tahu harus menjawab jujur atau tidak. Rasanya begitu sulit untuk mengatakan satu patah pun. "A-aisyah kam-----"
"Iyah. Dia ayah kandung kamu, pria di samping kamu itu ayah kandung kamu. Dia pria yang sangat jahat di muka bumi ini." Potong aqila.
Deg
Aisyah melepaskan pelukannya ia menatap gus azzam yang menatapnya penuh kerinduan. "P-pak guru ayah kandung ais?."
Gus azzam mengangguk, ia berjongkok di depan aisyah. "I-iya, p-pak guru ayah kandung aisyah." Jawab gus azzam.
Tanpa ba-bi-bu aisyah langsung memeluk gus azzam erat, membuat semua orang terharu. Tapi tidak dengan aqila dan felix, mereka hanya diam tidak bisa melakukan apa-apa. Yang dikatakan gus azzam benar.
"Terimakasih ya Allah telah mengabulkan doa ais selama ini. Ais bisa peluk ayah kandung ais." Lirih aisyah yang masih terdengar jelas di pendengaran mereka.
Gus Azzam melepaskan pelukannya menatap aisyah lekat. "Kamu boleh marah, benci, kecewa sama ayah. Tapi tolong jangan menjauhi ayah."
Aisyah menatap aqila yang sedang mengusap air matanya. "Buna, selama ini ais selalu menuruti kemauan bunda. Tapi kali ini ais tidak bisa menuruti kemauan buna."
"Apa maksudnya?"
"Ais dengar semua percakapan kalian. Kata ibu guru semua orang punya salah, tapi jangan jadikan kesalahan itu sebagai kebencian. Kalau orang itu mau berubah kita harus dukung."
Deg
Aqila terkekeh hambar. "Kamu sudah mulai berani lawan bunda, kamu tidak tau penderitaan bunda selama ini kam----"
"Allah saja maha pemaaf, kenapa buna tidak mau memaafkan ayah?. Ais tidak menyuruh buna untuk bersama ayah lagi, tapi. Ais hanya ingin bersama ayah, bermain bersama." Potong aisyah.
Tangan aqila mengepal ia menatap tajam aisyah. "Jangan menceramahi buna, stop! Sekarang kamu masuk jangan keluar sebelum bunda suruh." Marah aqila.
Aisyah menganggam tangan gus azzam. "Ayah baik-baik ya, nanti ais berdoa lagi sama Allah supaya buna tidak marah sama ayah lagi." Ucap aisyah tersenyum manis.
Gus azzam mengangguk, ia kembali memeluk aisyah, mencium seluruh wajah aisyah. "Ayah akan berusaha mendapatkan maaf dari bunda kamu."
Aqila menarik aisyah dari azzam. "Masuk. Jangan keluar sebelum bunda izinkan."
Aisyah mengangguk ia melambaikan tangannya pada umi, abi, dan gus azzam. Mereka terharu melihat aisyah yang begitu lembut. Dan sangat pintar.
"Sekeras apapun kamu memisahkan aisyah dan ayah nya, mereka tidak akan pisah sepenuhnya. Allah mentakdirkan mereka untuk bertemu untuk saling menjaga, harusnya kamu mengizinkan aisyah bersama gus azzam. Karena mereka ayah dan anak, selama ini umi hanya diam tapi umi selalu berdoa untuk kesehatan kalian. Umi tidak akan menyuruh kamu rujuk dengan azzam, tapi umi mohon jangan jauhkan azzam dari anaknya. Azzam sudah mendapatkan hukumannya secara fisik maupun batin." Ucap umi lembut, menatap aqila yang juga menatapnya dengan air mata yang mengalir deras.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah pilihanku (Season2)
Teen Fictionkalau kalian belum baca cerita sebelumnya. kalian harus baca dulu *Setulus cinta gus azzam* biar kalian paham alur ceritanya.☺️🙏🏻 *** upp tergantung mood dan sinyal WiFi ku wk🤣😭🙏🏻