13. penasehat .

315 18 2
                                    

Aqila menatap gus azzam dan santri yang sedang bermain bola di lapangan pesantren, sesekali terkekeh kecil melihat gus azzam yang berusaha mengambil alih bola dari lawannya. Dengan cara yang tidak adil.

"Ayah semangat." Teriak aisyah, melambai-lambaikan tangannya.

Gus Azzam menoleh sebentar, sambil mengacungkan jempolnya. Dan memberikan kedipan nata genitnya ke arah aqila.

"Ih genit." Cicit aqila, malu-malu.

Yani duduk di sebelah aqila, menatap suaminya yang ikut gabung main bola bersama. "Gimana ya rasanya punya anak?." Lirih yani.

Aqila menoleh kaget menatap kakak iparnya. "Eh, kak yani." Kaget aqila.

Yani tersenyum tipis. "Kenapa ya aku belum juga dikasih keturunan, padahal. Pernikahan aku sama mas panji Sudah lama, bahkan sebelum kalian menikah aku sudah menikah." Ucapnya sedih.

Aqila diam beberapa detik menyimak ucapan kakak iparnya. "Kak yani sabar aja, allah baik ko enggak mungkin kasih kakak cobaan diluar batas kemampuan kakak."

Yani mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Benar apa kata kamu, makasih." Yani memeluk aqila yang dibalas langsung aqila.

"Apa nih pelukan gini?." Tanya gus azzam, selesai main bola.

Aqila melepaskan pelukannya menatap kesal suaminya. "Ish, merusak momen aja." Kesal aqila.

Gus Azzam melirik yani yang menghampiri panji ke lapangan, menoleh menatap anaknya yang sedang bermain dengan santriwati. "Ais, sini Sayang." Panggil gus azzam.

Aisyah mengangguk ia menghampiri gus azzam. "Ayah sudah selesai main bola?." Tanya aisyah.

Gus azzam mengangguk. "Ya, ayo kita pulang." Ajak gus azzam.

"Let's go." Teriak aisyah.

***

Gus azzam menarik aqila ke pelukannya, menatap mata aqila yang juga menatapnya. "Sayang." Panggil gus azzam.

"Hmm?." Gumam aqil.

"Kenapa kamu cantik banget?." Tanya gus azzam, mencium lama kening aqila.

"Karena aku perempuan." Jawab aqila, sambil tersenyum tipis.

Gus azzam terkekeh kecil, ia mengelus pipi aqila. "Mau olahraga berdua sama kamu, boleh?."

Aqila mencubit perut gus Azzam. "Mesum ih, udah ah aku mau tidur." Aqila menarik selimut sampai menutupi sebagian tubuhnya.

Gus azzam gemes sendiri, ia mencium bibir aqila lembut. Membuat sang empu kaget mendapat serangan mendadak. Dan mereka melakukannya lagi, hanya dua jam karena, aqila merasakan tubuhnya tidak enak.

Drettt...dretttt...

Gus azzam mengambil ponselnya yang begetar, tangan kanannya masih setia mengelus pipi aqila. "Tumben umi nelpon malam-malam." Heran gus azzam.

"Siapa?." Tanya aqila penasaran.

"Umi, bentar aku jawab telpon dulu." Gus azzam menggeser tombol berwarna hijau. "Assalamualaikum, umi tumben telpon azzam malam-malam."

°^°^

"Astaghfirullah, ko bisa?."

°^°^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bismillah pilihanku (Season2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang