Abduction

42 1 0
                                    

Halo... Comeback ke Author... Jam 16.00 sore nanti Author ada acara, jadi, maaf kalau ceritanya pendek banget biasanya-kan Author kasih yang panjang-panjang

Ini kalau kependekan nanti ada part II nya... Maaf, Author nggak bisa kasih cover bingung mau kasih apa soalnya ini ngejar waktu

Jangan basa-basi lagi, Author ngejar waktu nih...

Vomments jangan lupa! Kritik dan saran sangat di perlukan!


***

JULLIET POV

Aku mengerjapkan mataku dan mengumpulkan nyawaku sepenuhnya. Ruangan ini di dominasi oleh cat berwarna merah, serba merah, dan hanya satu ranjang saja disini dan juga tali menggantung seperti hendak orang menggantung diri disana. Aku mencoba menggerakkan badanku tapi itu sangat kaku sekali...

Aku bisa melihat mulutku di bekap dengan cantiknya, dan tanganku diikat pada puing-puing ranjang juga dengan kakiku, kalian bisa membayangkan sekarang Aku diikat dengan posisi berdiri.

Aku memakai daster yang se-lutut itu membuatku gerah karena bisa saja itu tersingkap, Aku mencoba memberontak dan berteriak tapi apa ?, hasilnya nihil, sangat nihil malahan. Dengan daster segini Aku bisa melihat jendela berbetuk persegi terbuka lebar disana dan angin semilir sore hari menerpa tubuh indahku membuatku semakin merinding.

Aku mencoba berteriak tapi malah menghasilkan suara nggak karuan, Aku mulai menangis mencoba berharap ada seseorang yang menolongku, sambil memanjatkan do'a Aku bisa mendengar suara pintu terbuka. Aku berdo'a kembali semoga itu pahlawanku yang akan menolongku dari sini.

Tapi apa ?, Aku malah melihat nenek sihir disini, yah... Kalian tahu-lah siapa nenek sihir itu, sudah ber-tahun-tahun tidak bertemu dengannya dan menatapku dengan angkuhnya, Aku sadar sekarang siapa si biang keroknya disini. Hahaha... Mrs. Vanessa--bukan-- tapi Mrs. Naufal.

NORMAL POV

"Halo, sayangku. Merindukanku ?."

Sapaan pertamanya membuat bulu kuduk Julliet kembali meremang, nenek sihir yang sudah tidak kutemui ternyata mengetahui kehadiranku. Batinnya

Julliet mencoba membalas sapaannya tapi apa ?, hanya suara deheman dan teriakan kesangkut tidak jelas yang terdengar dan itu malah membuat nenek sihir itu tertawa lepas.

"Sayang, percuma saja kau berteriak apalagi memberontak tidak akan ada yang mau menolongmu."

Katanya dan mendekati Julliet sambil mengangkat dagu Julliet... Angkuh sekali.

"Aku merasa kasihan pada Ibumu yang tidak bisa melahirkan seorang anak laki-laki untuk Papamu, tapi malah menghasilkan seorang wanita yang sama-sama joroknya bagiku, Papamu berusaha meng-gugurkanmu saat mengetahui Ibumu mengandung seorang anak perempuan, dan Ibumu menolak tegas lalu melarikan diri ke London berusaha menghindariku dan juga Papamu, sayang sekali bukan anakku-lah yang seharusnya lahir disana, tapi wanita jorok sepertimu yang harus lahir disana. Aku juga merasa kasihan padamu menjadi seorang Piatu, maka dari itu Aku akan menolong hidupmu dengan kembali bersama Ibu tercintamu," jelasnya pada masa lalu dengan angkuh lalu pergi menuju jendela yang tadinya angin melewati jendela itu lalu menerjang tubuhku.

"Tapi tidak sekarang, AKu memberikanmu pilihan untuk hidup sebentar saja lalu katakan selamat tinggal untuk kita semua." sambungnya.

Tok... Tok... Tok...

Suara pintu diketuk, lumayan untuk membuat nyawa Julliet masih hidup sepenuhnya.

"Nona, ada seseorang yang mengintai kita sedari tadi di bawah jalan disana, harus kuapakan dia ?." tanya seorang bawahan nenek sihir itu.

"Biar Aku yang menangani-nya Aku akan menyelidikinya, pastikan dia tidak kabur tanpa sepengetahuan diri kalian dulu." jawab nenek sihir itu.

"Baik, Nona, permisi."

'Hah, 'Nona' ?, sudah tua keriput kadang batuk-batuk nggak jelas begitu masih di bilang 'Nona' ?, pantas ku panggil nenek sihir atau... Nenek kunti ?, Hahaha.... Cocok,tuh." batin Julliet lalu tersenyum dengan cekikian tidak jelas membuat nenek sihir--tidak--kunti itu berbalik dan memandang-nya tajam.

"Kupastikan setelah ini nyawamu sebagai taruhannya, kau masih bisa menikmati hidupmu dulu, Anna." kata nenek kunti itu lalu mendengus sebal tepat di muka Julliet.

Julliet hanya bisa berharap dan memanjatkan do'a sebanyak-banyak-nya agar ada yang mau menolong-nya. Segera.

Krasak... Krasak...

Terdengar suara aneh dengan keras tepat di jendela itu, Julliet merasa takut lalu memejamkan matanya dan memanjatkan do'a secepat-cepatnya, tapi malah berdampak suara itu terdengar jelas, sangat jelas.

Dan saat terlihat siluet dari pancaran matahari yang akan terbenam Aku sedikit menyipitkan mataku, siluet itu sepertinya pernah di lihatnya--bukan-- maksud Julliet, ia pernah melihat tubuh tegap itu secara langsung saat menatap siluet itu.

"Hei kau!."

Julliet tersentak terkejut, Julliet yang semula menatap siluet itu lalu menatap siluet orang itu.

Betapa terkejutnya Julliet saat melihat orang itu adalah... Ernest ?.

'Tapi... Tunggu dulu, kenapa Ernest bisa mengetahui keberadaanku ?, ada apa ini ?, tapi syukurlah ada yang menolongku tepat pada waktunya.' batinnya

Ernest mulai menghampiri Julliet, melepaskan bekapannya, ikatan tangannya, tapi saat melepaskan ikatan kaki Julliet, Julliet berusaha menyeimbangkan dirinya saat dirinya merasa limbung, dengan cepat Ernest menggendongnya ala Bridal Style itu membuat Julliet sedikit tersentak.

Saat ingin keluar lewat jendela bisa dilihat si nenek sihir itu telah selesai dari urusannya dan berteriak memandang mereka berdua terkejut.

"Hei!, kau!, tunggu dulu!, Aku sepertinya pernah melihatmu!, Tunggu!."

Tapi, langkah Ernest kalah cepat, saat sudah sampai di samping mobilnya Aku lalu di masukkan ke dalam jok depan di samping jok pengemudi, sedangkan Ernest masuk dengan cepat saat Julliet melihat bawahan nenek sihir itu menghampiri mereka.


***

Hadoh... Sekian dulu ya, maaf ini part terpendek yang Author buat, Author sedang kejar waktu, sudah dulu ya, mungkin jam 20.00 atau 21.00 atau besok deh... Author buatin karena Author sibuk nggak bisa janji.

Okey, Bye~

jangan lupa Vomments!, kritik dan saran sangat di perlukan!


5 July 2015

SurviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang