Langsung To The Point aja.
Intinya jangan lupa vomments!.
***
Aku sudah mengenakan dress milik Mamaku sewaktu remaja, yaitu dress berwarna kuning keemasan selutut, bagian belakangnya lebih panjang dari pada bagian depannya.
Tidak mau membuang waktu lagi, Aku hanya ber-make-up se-natural mungkin, hanya bedak dan parfum. Itu aja, tidak lebih. Dengan cepat Aku keluar dari kamar, menguncinya lalu segera menuruni dengan lift.
Setelah itu, bisa kulihat si pirang juga mengenakan pakaian formal, yaitu jas. Memangnya kita mau kondangan atau apa ?, memakai pakaian se-formal begini, pakaianku memang sepertinya tidak layak formal, tapi, apa boleh buat Aku hanya punya ini.
Kulihat dia menatapku sedikit ... Terpana ?, Aku menghitung dalam hati saat Aku sudah berada di depannya, sekitar dua menit dia sama sekali tidak berkedip memandangku. Dengan santainya Aku membuyarkan lamunannya.
"Kenapa ?, Jelek ?, Aku han-"
"Nggak, bagus."
"Oh, yaudah. Memangnya mau pergi kemana ?." tanyaku saat dia mulai beranjak berdiri dari duduknya.
"Nanti tahu sendiri. Memangnya kamu nggak tau ini hari apa ?." tanyanya kembali dengan memandang mataku lekat. Aku seperti gugup dibuatnya.
"Hari Selasa."
"Selain itu, hari pribadi buatmu ?."
"Maksudnya ?."
"Pikun ya, yaudah nanti tahu sendiri. Tapi kamu pakai ini dulu."
'Enak saja dibilang pikun!, cantik-cantik begini sampai dia sendiri terpana di bilang piku. Ini namanya pe-le-ce-han.' batinku dalam hati.
Dia lalu mengeluarkan kain berwarna merah maroon berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 25 centi lalu mengikatkannya dan menutup semua mataku.
"Pak, saya bukan Ghandari di Mahabharata ya, Pak. Ini kenapa pakai tutup mata,'sih ?." ketusku tidak terima. Tapi dia tidak merespon pertanyaanku jadi Aku lebih memilih diam saja, Aku percaya jika si pirang ini tidak melakukan hal yang diluar dugaanku nantinya.
Kurasakan kecepatan mobil semakin lama semakin berkurang. Smoga saja ini bukan mogok.
"Pak, udah sampai ya ?." Tanyaku
Dan dijawab 'Ya' saja. Dengan perlahan dia membukakan pintu mobil bagian tempatku duduk lalu menuntunku turun dan berjalan. Rasanya seperti orang buta seperti ini. Memangnya ada apaan,'sih ?.
Aku berjalan, dan menuruti perintahnya untuk melepas high heelsku, dan Aku juga merasakan Aku seperti menginjak permukaan lantai, lumayan dingin.
Si pirang melepaskan tangannya dari pundak dan tanganku, sebelumnya dia berkata dia akan mengurus sesuatu sebentar, dan setelah itu Aku merasakan dia sudah berada di belakangku dan melepaskan penutup mataku. Aku mencoba menyesuaikan intensitas cahaya yang ada tapi hasilnya nihil, ruangan ini gelap gulita, atau pandanganku yang memang gelap ?.
Cklek...
Seseorang menghidupkan lampu dan itu membuat pandanganku kabur selepas dari penutup mata itu tadi, setelah berhasil mengumpulkan nyawa sepenuhnya Aku memandang dekorasi yang berada di depan mataku lalu selanjutnya...
"SURPRISE!. HAPPY BIRTHDAY JULLIANA!."
Aku tertegun, Aku lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunku, Aku lalu menatap sekelilingku ini seperti rumah mewah dan banyak balon-balon dan juga pita hias kesana-kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive
Non-FictionA.J.D. Saat umurku delapan tahun, Aku sudah mempunyai penyakit dan itu sudah menandakan tanda-tanda 'Siaga' padaku, dan saat umurku menginjak remaja, penyakitku kambuh, menandakan sinyal 'Waspada' dan begitu pula lelaki yang sering kutemui, sang Man...