Hoi-hoi! Maaf untuk part sebelumnya agak amburadul gimana gitu. Dan nggak ada covernya, soalnya bingung mau kasih cover apa...?
Dan, coba harap baca ulang part sebelumnya karena ada kesalahan tepat dimana berkas-berkas Julliet dibaca Fabian... Soalnya Author bingung, maklum Matematika dapet jeblok... -_-
Disini juga di munculin nama panjang Fabian yang penasaran...
Oke, basa-basi sampe disini... Enjoy the story! Vomments jangan lupa! Kritik dan saran sangat di perlukan...
***
"Kenapa ?." tanya-nya
"Aku nggak mau mengingat masa lalu yang begitu tragis dan menyedihkan. Aku memang sengaja mengganti nama panggilan Anna yang diambil dari nama 'Adrianna' dan juga Aku ganti nama Julliet dari nama 'Julliana' jelasnya.
"Benar. Sudah kuduga. Kau tinggal di apartmen ?." tanya-nya.
"Ya. Hasil payahku sendiri."
"An--maksudku... Julliet." Fabian segera me-ralat omonganyya tadi karena mendapatkan pelototan dari Julliet. Dan hanya di bales deheman oleh sang empunya.
"Aku... Minta maaf." ucapnya yang sedari tadi ia pendam.
"For ?." kali ini Julliet menatapnya setelha mengalihkan pandangannya dari es krimnya yang mulai meleleh.
" All my fault."
" What ?!. No, You're not wrong at all."
"Yes, I am guilty of leaving abroad and can't protecting you." jawabnya.
"Oh, Fab. You're not protect me. I'm fine. And last, you're not wrong, just you're mom. Not you," jelasnya lalu mulai mengalihkan pandangannya ke es krim dan sekali lahap es krim itu sudah ludes termakan(?). "Aku sudah selesai, Aku ingin pulang. Oh ya, kau tinggal dimana, kak ?."
Fabian terseyum lalu menatap Julliet yang sedang menatapnya. Ia senang karena pertama kali ini ia mendengarkan Julliet memanggilnya dengan sebutan 'kakak' walau hanya kata 'kak' saja.
"Aku... Masih tinggal dengan Mama dan Papa," jawabnya."Tapi, boleh Aku ikut menginap di apartment-mu ?." tanya-nya.
"Yah, berapa lama ?." tanya Julliet lalu mulai beranjak dari duduknya.
"Jika bisa, selamanya."
Mata Julliet melebar sempurna, dan yang baru saja berkata hanya tersenyum... Manis."Huee... ??? Selamanya ?. NO!." tegasnya lalu mulai mengarahkan telapak tangannya tepat di depan wajah sang kakak.
"Hahaha... Aku hanya bercanda. Ayo, Aku antarkan kau ke apartment-mu, tunjukkan jalannya." dan hanya di jawab anggukan oleh Julliet.
Selesai mengantarkan Julliet. Fabian segera pulang ke rumah. Takutnya jika Papanya mengintimidasinya dengan berbagai macam pertanyaan karena pulang telat.
FABIAN POV
Setelah mengantarkan Julliet di apartmen-nya yang cukup agak besar Aku mulai pulang takutnya jika kedua orang tua laknat itu mengintimidasiku dengan berbagai macam pertanyaan.
Setelah beberapa menit menyetir akhirnya Aku sampai juga di rumah yang masih tetap mewah ini. Aku lalu mulai membuka kaca spion mobilku untuk mengenali 'siapa aku ?' pada satpam penjaga. Setelah itu, Aku mulai menyetir mobilku melewati lorong-lorong halaman yang agak panjang. Setelah melewati lorong-lorong Aku segera memarkirkan mobilku ke bagasi dengan sukses. Karena Aku nggak mau cari gara-gara pada mereka. Seteleh mengunci mobil Aku segera masuk ke lift yang menghubungkan pada ruang keluarga alias ruang tengah lalu menuju ke kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive
Non-FictionA.J.D. Saat umurku delapan tahun, Aku sudah mempunyai penyakit dan itu sudah menandakan tanda-tanda 'Siaga' padaku, dan saat umurku menginjak remaja, penyakitku kambuh, menandakan sinyal 'Waspada' dan begitu pula lelaki yang sering kutemui, sang Man...