(Ini novel lama ygy, jadi cara penulisanya mungkin agak gimana, bahasanya juga gimana gitu, mungkin kurang enak dibaca ato kaku terserah lah.)
.
."qabiltu nikahaha wa tazwijaha bimahril madzkuri halan." Ucap seorang laki-laki yang didampingi oleh orang tua dan beberapa saksi.
"Bagaimana para saksi, sah?" Ucap orang tua yang sedang menjabat tangan sang mempelai laki-laki yang tidak lain adalah calon menantu dari sang laki-laki.
"Sah!!" Para saksi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari serempak mengatakanya.
"Alhamdulillah."
Setelah itu mereka memanjatkan do'a bersama, terlihat cerah dan bahagia di wajah para hadirin, mereka mendoakan yang terbaik kepada kedua mempelai untuk sakinah mawadah wa rahmah.
Setelah do'a bersama, para hadirin yang hanya terdiri dari beberapa orang menikmati hidangan yang telah disediakan, semua bahagia kecuali sang tokoh utama.
Sang mempelai pria menjemput mempelai wanita dikamarnya, karena mempelai wanita tidak mengikuti proses ijab qabul, ia memang disuruh menunggu di kamar oleh sang mempelai pria.
Mempelai pria masuk ke kamar yang didalammya terdapat mempelai wanita, baru saja masuk ia melihat sang mempelai wanita yang sedang meneteskan air matanya.
"Harusnya, tidak seperti ini, hiks hiks." Ucap mempelai wanita disela isak tangisnya.
Sang mempelai pria mendekati mempelai wanita.
"Ya saya tau, saya juga tidak mengharapkannya, kita menikah memang terpaksa, kita tidak saling mencintai, namun itu tidak menjadi alasan saya untuk meceraikan ibu, aku tidak menganggap pernikahan ini sebagai mainan." Ucap sang mempelai pria.
Sesaat keduanya berada dalam keheningan, hanya ada suara isak tangis, sang mempelai pria masih setia menunggu hingga mempelai wanita berhenti menangis.
"Jika ibu sudah tenang, ambil tangan saya dan ciumlah." Ucap mempelai pria seraya menyodorkan tanganya.
'Kenapa harus seperti ini, jika saja aku tidak mengalaminya pasti aku masih dapat hidup bahagia, kenapa aku harus menikah dengan orang yang tidak kucintai, apalagi dia adalah muridku sendiri, ini gara-gara kejadian itu.' Batin sang mempelai wanita.
Flash back on.
Di sebuah rumah sederhana, terlihat tiga orang yang sedang makan bersama, mereka adalah seorang perempuan dan kedua orang tuanya.
"Sayang, carilah pasangan dan menikahlah, teman-temanmu sudah pada menikah bahkan ada yang sudah membopong anak, jadi kapan kamu akan memberi kami cucu." Ucap seorang wanita yang umurnya sekitar 40 tahun, namanya ayunda, ia berbicara pada seorang yang duduk di depanya yang tidak lain adalah anaknya.
"Lah mama, ofi kan masih ingin berkarir dulu." Ucap sang anak berumur 22 tahun, namanya adalah Rizkiyana Rofiqah, biasa dipanggil ofi.
"Padahal penampilanmu masih cocok jika memakai seragam SMA, tapi kamu palah jadi gurunya, haha, Terus, bagaimana dengan karirmu?" Tanya seorang laki-laki di samping mama ayu, dia adalah ayah ofi yang bernama agus.
"Alhamdulillah lancar pa, sudah sebulan ofi mengajar di SMA al fatah tanpa kendala apapun." Ucap ofi dengan sumringah.
"Baguslah kalau begitu, tapi tetap saja kami ingin kamu segera menikah." Lanjut papa agus.
'Nikah nikah nikah, nikah mulu yang dibicarakan, aku lelah mendengarnya, lagian nikah sama siapa, nasib jomblo, tidak ada orang yang tulus mencintaiku, mereka cuma bernafsu dengan kecantikanku.' Batin ofi kacau, ia ingin mengumpat namun takut dosa.
"Apaan sih pa, dahlah ofi mau berangkat, ini sudah hampir jam 7, ofi ada kelas pagi hari ini."
Ofi beranjak dari meja makan, ia mengambil barang yang telah ia siapkan untuk mengajar, kemudian salim kepada kedua orang tua, pamit untuk berangkat mengajar.
"Ofi perangkat dulu pa, ma, assalamu'alaikum."
"Iya, wa'alaikum salam, hati-hati di jalan sayang."
Dengan seragam mengajarnya ia mengumpulkan semangat dan berenjak meninggalkan rumahnya dan menuju SMA Al-fatah tempatnya mengajar.
Ilustrasi dari gogel, mohon maaf jika lancang mengupload foto tnpa izin, saya pikir foto di gogel sudah bukan lagi privasi.
.
.Bersambung......
KAMU SEDANG MEMBACA
Muridku Adalah Imamku
RomanceNamanya rizkiyana rofiqah, berumur 22 tahun, karena kecerdasanya ia sering lompat-lompat kelas dan baru beberapa hari yang lalu menjadi guru di SMA Al-Fatah. setiap hari rizki disondol dsuruh cari pasangan sama orang tuanya, karena boro boro nika...