"Teet teet teet teet teet."
Jam pelajaran telah berlalu, tepatnya pukul 15:00 para murid dan guru berhamburan pulang kecuali yang masih memiliki jadwal extrakulikuler.
Seperti yang dijanjikan, bagas menemuiku di ruang guru, ketika aku sedang melihat buku para siswa, aku melihat bagas masuk menemuiku.
"Saya datang bu." Ucap bagas.
"Hmm, bagas, apa yang kamu lakukan dua hari kemaren kenapa bolos?" Aku menatap murid gondrong didepaku heran.
"Saya tidak bolos bu, tapi saya dibawa ibuku ke suatu tempat, dan beliau berkata sudah membuat izin untukku." Jelas bagas.
"Saya wali kelas kamu lho, kenapa saya tidak tau, kamu tidak berbohong kan? Bohong itu ngapusi lho."
"Beneran bu." Angguk bagas.
"Tapi nyatanya tidak ada izin yang sampai padaku, terpaksa kamu alpha."
"Yah, terserah si." Bagas tidak terlalu peduli.
Aku heran dengan ketua kelas gondrong ini, padahal dia termasuk cerdas tapi kelakuanya kadang tidak jelas, memang benar apa kata pepatah, jenius dan sinting itu beda tipis.
"Kamu ya, kamu ketua kelas kok menyepelekan sekolah si, ketua kelas model apa itu, noh dan juga rambutmu dipankas napa, mukamu jadi tidak kelihatan."
"Masih pendek bu, belum waktunya pankas."
"Astagfirullah jangan buat saya kesal ya, coba lihat." Aku mencoba menarik rambut bagas ke belakang agar muka dia lebih jelas kelihatan.
"Noh, sebenarnya kamu ganteng lho, tapi rambutmu menghalangi, coba kamu potong pasti banyak cewek deketin kamu." Aku mencoba merayu dia agar lebih berpenampilan rapi.
"Baru kali ini ada yang mengatakan saya ganteng, kalu dekat sama bu ofi saya juga mau bu."
"Ka kamu, kupikir kamu anak yang sopan."
Mengurus si gondrong membuat lelah, aku hampir saja memukulnya namun tetap kutahan, padahal sebelumnya dia adalah anak paling rajin, kenapa dia seperti orang lain, kemana sopan santunya pergi, tidak munkin ditinggal di rumah.
"Sebagai hukuman kamu koreksi PR teman-tamanmu, saya mau mengajar kelas extra musik, setelah saya selesai tugasmu harus sudah beres." Aku menunjukkan tumpukan tugas para siswa, itu adalah PR siswa yang belum kukoreksi, aku percaya memberi tugas padanya, karena dia anak cerdas.
"Baik bu."
"Noh kerjakan di sini saja, kalau sudah selesai kamu boleh langsung pulang, saya pergi dulu." Aku meninggalkan si bagas gondrong dengan tugasnya, aku mengajar extra musik sekalian refreshing, asik juga bernyanyi dan bermain sama para murid.
.
.
Dua jam berlalu, jam extra musik berakhir aku segera menuju ruang guru persiapan untuk pulang, setelah mengambil barangku segera aku menuju parkiran.
"Lho bagas, kenapa belum pulang." Aku melihat bagas yang masih duduk di motornya.
"Tadi saya sholat asar di sini jadi baru mau pulang."
"Oooh." Berohria.
Aku menuju motorku yang terparkir,saat hendak mengemudikanya aku terkaget melihat roda belakang kempes.
"Yaah." Setelah aku mengeceknya ternyata bocor.
"Ada apa bu." Tanya bagas yang baru saja mau pergi namun terhenti karena melihatku yang seperti kebingungan.
"Bocor, gimana dong, ini jam 5 pasti benkel sudah tutup semua, angkotan umum juga pasti sudah berlalu." Pikiranku jundel, aku bingung mau bagaiman, masa menginap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muridku Adalah Imamku
RomanceNamanya rizkiyana rofiqah, berumur 22 tahun, karena kecerdasanya ia sering lompat-lompat kelas dan baru beberapa hari yang lalu menjadi guru di SMA Al-Fatah. setiap hari rizki disondol dsuruh cari pasangan sama orang tuanya, karena boro boro nika...