Panggilan Dari Mertua

27 3 0
                                    

Saat di perjalanan pulang, bagas melihat Ofi yang wajahnya selalu murung, ia pun mencoba bertanya.

"Tadi itu siapa?"

"Mereka teman bandku."

Bagas menyambungkan teka-teki dari percakapan Ofi dan temanya tadi dan mengambil kesimpulan.

"Ooh, jadi kalian satu band, tapi ada dua orang yang merebutkan kamu sampai berkelahi dan membuat band jadi rumnyam, terus kamu pergi tanpa pamit dan menjadi guru musik, dilihat dari sikap Silvi sepertinya dia kurang menyukaimu, apa kamu dan Silvi merebutkan Rizal juga, dari tadi kamu murung terus melihat mereka?"

"Bagian awal memang benar, tapi tentang Silvi sepertinya dia kesal karena aku pergi tanpa pamit dan membuat grup band kami bubar, lagian aku juga tidak menyukai salah satu dari mereka." Jawab Ofj dengan santai.

"Oooh, jadi siapa yang kamu suka?"

"Gak ada."

"Bagaimana dengan suamimu ini?" Tanya Bagas kembali.

Ofi merenung sejenak kemudian menjawabnya.

"Aku itu perempuan dewasa Gas, yang aku butuhkan itu pendamping hidup yang bisa mencukupi semua kebutuhanku lahir batin, bagaimana aku sanggup dengan berondong SMA belaka." Ucap Ofi dengan sedih, sebenarnya Ofi tidak sanggup menyakiti Bagas, bagaimanapun dulu dia adalah murid kesayanganya.

"Amboy, inshaallah aku sudah siap itu semua, jadi tolong buka hatimu untukku."

'Jika kamu memang demikian, akan kucoba membuka hatiku gas, tapi yang kulihat darimu cuma anak SMA, maaf jika aku merepotkanmu.' Batin Ofi sambil menyandarkan kepalanya di punggung Bagas.

Tanpa terasa perjalanan mereka berakhir sudah karena sudah sampai rumah Ofi, segera mereka masuk ke dalam dan ternyata sudah disambut oleh kedua orang tua di ruang makan.

"Kalian siap-siap terus kita makan bersama." Ucap mamanya Ofi.

"Iya."

Keduanya pun berganti pakaian kemudian ke ruang makan karena sudah ditunggu.

Ketika makan hp Bagas berbunyi, ternyata Bu Ami yang menelpon, Bagas pun langsung mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum ma halo."

"Wa'alaikumsalam moshi-moshi."

Ofi dan sekeluarga mendengar percakapan Bagas dengan cermat karena suara dari telepon yang terdengar.

"Kapan kalian kesini, anak-anak banyak yang nungguin kamu lho, sudah beberapa hari kamu tidak ngaji?"

Bagas menoleh ke arah Ofi kemudian ke kedua mertua.

"Iya ma, secepatnya aku berangkat, nanti aku coba bicarakan sama Ofi dulu."

"Yaudah, sampai nanti."

"Iya."

Panggilan telpon berakhir, seketika mama mertua bertanya.

"Gimana Gas?" Ucap Bu Ayu sang mama mertua.

"Itu ma, anak-anak santri sudah pada nungguin, karena sudah bebrapa hari aku tidak ngaji, jadi aku mau pulang kesana."

"Ofi, kamu ikut ya kerumahku." Lanjut Bagas menatap Ofi.

Ofi bingung kemudian menoleh ke mamanya.

"Udaah, kamu ikut suamimu, Bagas itu punya kepentingan di rumahnya jadi Bagas tidak bisa pergi terlalu lama, mulai sekarang kamu tinggal sama Bagas dan ikut dimanapun Bagas tinggal.........Ofi, kami menikahkan kamu dan Bagas yang masih SMA itu bukan tanpa perhitungan, kami lakukan itu karena kami yakin kalau Bagas itu sudah sangat mampu." Ucap Bu Ayu.

"Lho, bukanya kami menikah itu karena dipaksa warga ma?" Ofi bingung dengan ucapan mamanya.

"Eh, maksudku, itu....... Eee pokokknya kamu ikut Bagas pulang, kasian murid-murid Bagas nungguin."

"Eh, emang Bagas guru?"

"Lho kamu kok tidak tau, kamu sudah sebulan ngajar di SMA al-fatah dan tidak tau siapa suamimu?.......haduuh."

"Emang siapa ma?"

Mendengar pertanyaan Ofi, Bagas, mama dan papanya Ofi cuma saling pandang karena heran.

"Dah, yang penting kamu nanti ikut aku saja biar lebih kenal sama suamimu ini, tidak baik untuk tutup mata dan tutup hati, pepatah jawa mengatakan witing tresna jalaran saka kulina, haha." Ucap Bagas.

"Iya, tapi witing keluarga jalaran saka banda lan dewasa." Ucap Ofi dengan muka datar.

"Haduh, kalau kamu tau siapa Bagas, pasti kamu bakal sangat posesif Ofi, payah sekali, padahal Bagas itu panutanku sejak lama, haha." Ucap papa.

"Papa ni ya, Bagas itu main game juga buat cari cuan pa, gak kaya papa cuma buat malas-malasan." Sindir ma Ayu.

"Kalian setelah makan siap-siap." Lanjut bu Ayu.

"Iya ma."

'Emang siapa sih si Bagas itu, kenapa heboh bener.'

.

.

.

Bersambung....

Muridku Adalah ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang