Nikah

34 4 0
                                    

Di sebuah rumah yang tidak terlalu besar tidak pula terlalu kecil namun cukup untuk acara yang terdiri dari 50 orang, itu rumah ofi yang akan digunakan untuk acara pernikahan.

Tepatnya rumah ini berada di desa sigedang yang berjarak sekitar 3 kilo dari sekolah, jadi cukup untuk menimbun rahasia karena lumayan jauh dari sekolah, SMA Al-Fatah juga tidak memiliki murid atau guru dari desa sigedang, jadi lumayan aman menjaga rahasia, sepertinya begitu.

Setelah berangkatnya ofi dan bagas ke sekolah, rumah ofi kedatangan beberapa orang dari keluarga untuk menyiapkan lancarnya acara, termasuk bu ami mamanya bagas yang membawa beberapa baju ganti untuk bagas.

Beberapa wanita memasak untuk berkat genduri dan untuk prasmanan, sedangkan para lelaki mendekor rumah, memang tidak ada acara resepsi namun tetap mendekor rumah agar nuansa pernikahanya dapat, dan juga nanti digunakan untuk background foto.

Ya, pak agus memang mengundang mereka, ada pendekor rumah, ada potograper, ada MUA untuk merias kedua mempelai dan tidak lupa pihak KUA yang akan mencatat buku pernikahan, sedangkan yang menjadi penghulu akan dilakukan oleh pak agus sendiri.

Ya, pak agus termasuk orang yang lumayan alim dalam beragama, ia mengetahui tata cara menikahkan seorang, jadi jelas pak agus tidak meminta wakil untuk menikahkan putri satu-satunya.

"Sebentar lagi kita akan menjadi besan ya bu ami." Ucap ma ayu disela memasak.

"Iya, ahaha aku tidak sabar yu."

Ma ayu dan bu ami terihat sangat gembira, melihat keduanya membuat pak agus heran.

"Kalian ini, padahal bisa baik-baik menjodohkan mereka, tapi kalian malah membuat jebakan." Pak agus geleng-geleng.

"Iya ni pak, saya sebenarnya tidak tega sama keduanya, apalagi melihat ofi nangis." Ucap pak RT yang sedang membantu pak agus.

"No what what pa, kalau kita tidak membuat sekenario ini munkin mereka tidak mau menikah, lagian kan lucu jika ada dramanya sedikit." Lanjut ma ayu.

"Astahfirullah, tapi jika suatu saat terjadi pada mereka kalian yang harus lebih dulu tanggung jawab ya."

"Aman pa, palingan lama kelamaan mereka akan saling mencintai, saat itu terjadi baru kami akan berbicara jujur pada mereka dan langsung adakan resepsi, haha." Lanjut ma ayu.

"Hihi, memang benar sahabatku ini, lagian mereka juga sudah setuju untuk menikah." Bu ami dengan senyumanya.

Percakapan terus berlanjut di sela pekerjaan mereka, hingga semua persiapan beres di waktu asar.

Setelah beres persiapan, semuanya solat asar kemudian istirahat sambil menunggu pulangnya ofi dan bagas

***

Sedangkan di benkel, ofi dan bagas masih setia menunggu perbaikan motor, bagas masih memegang gitar yang baru saja ia mainkan.

"Jadi intinya jangan murung terus, jalani dulu apa yang ada, siapa tau kan kalau kita memang jodoh sampai akhirat, kamu tidak sedang mencintai seseorang kan."

"Mmm." Angguk ofi yang masih dengan murungnya.

'Aaaagh, padai sekali dia berkata, kenapa kamu senyum sendiri si, apa jangan-jangan kamu memang menyukaiku.'

"Huuft, yaudah, itu motornya sudah beres, jadi kamu bisa langsung pulang dulu, aku mau pangkas rambut." Ucap bagas seraya berdiri.

Bagas menuju tukang benkel untuk membayar tagihan motor ofi, kemudian pergi meninggalkan ofi yang sedang kebingungan menuju tempat pangkas rambut.

"Eeh, dia sudah bayar tagihanku ya, tu tunggu, aku ? Kamu ? Tadi bagas sudah mulai memanggil dengan aku kamu kan yak..... Bodo ah mending langsung pulang."

Muridku Adalah ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang