Persiapan

21 2 0
                                    

Di sebuah kamar minimalis namun rapi terlihat seorang gadis yang tengah terbangun, mata bendulnya sedikit terbuka.

"Oooh, aku habis mimpi buruk yang mengerikan." Ucapnya.

"Ofi!!, Bangun sayang, hari ini kita kan akan belanja buat besok." Ucap seseorang yang mengagetkan lamunan ofi.

"Ternyata kenyataan, huuuft." Ofi menengok jam "Hmm sepertinya semalam aku terlalu banyak menangis sampai bangun kesiangan." Gumam ofi sambil mengumpulkan nyawa.

"Iya maa, ofi siap-siap dulu."

Bangun tidur ofi terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi memakai pakaian, tidak lupa merias wajah, emm ettooo dress lengan pendek terus rambut kuncir twintail oke kali.

Setelah selesai berpakaian ofi turun menghampiri  oma yang sedang menyiapkan makanan.

"Assalamu'alaikum selamat pagi pa mma." Sapa ofi pada kedua orang tua.

"Wa'alaikumsalam sayang, lho kok dandanya seperti itu, apa kata calon suami kamu nanti." Ucap mama ayu heran ketika melihat putrinya belum full armor.

"Apaan sih ma, kita kan mau belanja bukan ketemuan sama mereka." Ofi dengan wajah datarnya, setelah semalam menangis ia kini sulit membuat ekspresi apapun, sedih namun sudah tidak bisa nangis.

"Kan belanjanya bareng keluarga bagas, nanti ada bu ami sama kakanya bagas." Terang ma ayu.

"Ooh." Ofi hanya beroh ria kemudian duduk di samping papanya yang sedang nonton TV.

Tidak sampai lama ma ayu selesai dengan masakanya.

"Sarapan sudah siap, mari kita makan."

Ajakan mama langsung ditanggai semua, mereka sarapan pagi dengan makanan yang agak berat yaitu nasi, mie lodeh dan daging.

"Kamu setelah ini harus masak sendiri ya nduk, untukmu dan istrimu." Ucap mama di sela makan.

"Suami ma." Ofi dengan muka datarnya.

"Ooh kamu sudah mengakuinya." Mama ayu berbinar mendengarnya, papa agus cuma cekikikan ketika melihat ofi terlihat kesal.

.

.

Aktifitas pagi berlalu, kini keluarga ofi berangkat dengan mobil Loyota milik papa agus, sesuai kesepakatan kedua keluarga bertemu di sebuah toko butik.

Sesampainya disana ternyata sudah ditunggu oleh bagas dan kedua wanita di sampingnya, itu ibunya dan kakaknya sepertinya.

'Sepertinya ayah bagas orangnya sibuk, jangan-jangan bagas anak CEO tersembunyi.' Ofi teringat novel yang ia baca.

"Lah bu ofi tidak pakai jilbab." Sapaan pertama dari mulut bagas.

"Iya nih gas, kamu nanti ajarin istri nakalmu ini." Timbal mama ayu sambil melirik ofi.

"Belum juga nikah, udah dapat tugas." Bagas menghela nafas melihat penampilan gurunya yang berbeda, apalagi ujung rambut ofi yang dibuat pirang.

"Belum juga nikah, udah main ngatur-ngatur aja." Ofi tampak biasa saja tanpa peduli masalahnya.

'Sebenarnya ane juga nggak pengen si, cuma untuk terakhir kalinya sebagai jomblo.' Batin ofi sambil memainkan rambutnya.

"Ini ofi yang bakal jadi adikku, kenalin namaku ummi umamah qurrota ayunin." Ucap seorang perempuan di sebelah bagas.

"Hai kak nin, aku rizkiyana rafiqah, hehe." Ofi terlihat canggung ketika harus dipanggil adik oleh seorang yang terlihat lebih muda, apalagi sebagai adik IPAR.

Muridku Adalah ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang