Anu

60 3 0
                                    

Setelah acara kecup punggung suami dan kecup kening istri, kami berdiri mematung saling berhadapan hingga jantungku kembali normal.

Meskipun matakku masi sembab setelah menangis, namun kini aku merasa sudah lebih tenang dari sebelumnya, bagas menggandeng tanganku dan membawaku menuju ruang tengah tempat acara syukuran, aku hanya mengikuti alur saja.

Sesampainya di ruang tengah kami disambut oleh banyak pengunjung, aku terkejut ketika melihat banyaknya orang yang katanya cuma 50 orang, apalagi disana terdapat orang yang kukenal di sekolah.

Selain dihadiri oleh orang-orang kampung yang menggrebeku, terdapat pula orang dari pihak KUA yang meresmikan pernikahan, ada pula beberapa dari pihak sekolah seperti kepala sekolah, guru BK, kepala komite, waka kesiswaan, dan guru yang menjadi sahabatku di sekolah seperti bu andin dan bu ambar, dan ada juga anak muda yang sepertinya adalah teman bagas, aku malu untuk bertatapan dengan mereka.

'Aaaa, ini bukan lagi rahasia namanya, apanya yang rahasia, sepertinya kami sedang dipermainkan.'

Dengan menundukkan kepalaku karena malu, aku dituntun oleh bagas untuk duduk disisinya di antara banyaknya pengunjung untuk melakukan syukuran, tentunya duduk dipelaminan seperti raja dan ratu di ruangan ini.

'Bukankah ini termasuk juga resepsi, jika ini bukan resepsi terus apa lagi.' Gumamku yang sedikit heran dengan persiapan orang tua kami.

"Baik, kedua mempelai telah bersanding, mari kita berdoa untuk keduanya semoga keduanya menjadi pasangan yang diridhai oleh Allah dan semoga menjadi pasangan yang sakinah mawadsa wa rahmah."

Sambutan oleh kyai kampung, kemudian dilanjutkan acara syukuran yang tentunya dipimpin oleh kyai kampung.

"Walhamdulillahirabbil'alamin."

Setelah selesainya do'a bersama, para hadirin kini dipersilahkan mengambil hidangan yang telah disediakan, kami para tuan rumah juga sekalian makan bersama, hanya saja aku dan bagas disuruh suap-suapan dengan ingkung yang telah disediakan.

Pertama aku menyuapi bagas dengan ingkung, terus giliran bagas juga menyuapiku, dengan terpaksa aku melakukanya meski harus menahan malu, apalagi para pengunjung memperhatikan kami.

Kemudian bagas memberi secangkir teh untukku, dilanjutkan aku memberi secangkir kopi dan rokoknya kepada bagas.

Banyak momen yang kami lakukan telah diabadikan oleh potograper.

Selesai acara makan bersama satu persatu pengunjung menyalami kami dan mengucapkan selamat, terlihat wajah para hadirin terlihat gembira, seperti mereka tidak mengetahui jika ini adalah pernikahan karena terpaksa, karena aku pikir menikah karena digrebek warga bakal banyak gunjingan dan tatapan sinis, tapi apaan ini? aku merasa kesal melihat para pengunjung yang senyum senyum kepada kami, seolah kami sedang ditertawakan.

"Selamat ya bu ofi, aku tidak menyangka bu ofi bakal menikah dengan bagas, hihi, memang cinta itu buta ya bu, hihi." Terlihat bu andin tertawa ketika bersalaman denganku.

"A i iya, terimakasih bu andin, ahaha." Dahiku berkedut karena sankin kesalnya.

"Tenang saja, kami dari pihak sekolah semuanya bisa jaga rahasia kok." Lanjut bu andin.

"Iya, terimakasih."

Salam-salaman dan pamitan terus berlanjut satu persatu hingga diruangan ini hanya tersisa pihak keluarga saja.

Acara selesai, aku dan bagas disuruh oleh orang tua untuk beristirahat di kamar.

"Nduk, bawa suamimu ke kamarmu untuk istirahat ya, biar kami yang benah-benah di sini." Ucap mamaku.

Muridku Adalah ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang