-Di ruang ganti, Karina masih saja melontarkan kalimat sumpah serapah untuk sosok dingin bernama Winter itu. Ditambah, ia dijuluki sebagai "Model yang Tidak Profesional" oleh sosok dingin yang berwajah datar itu. Dirinya merasa sangat tersinggung oleh kalimat dari Winter, walaupun ia sadar akan kelakuannya.
"Setidaknya, dia menghargai kehadiran ku di sini. Bukan malah menghina ku. Dia pikir, dia ini lebih hebat dari ku, huh? Baru kali ini aku mendapat fotografer yang dingin nan psiko seperti dia. Siapa yang merekomendasikan fotografer itu?"
Karina mengoceh dengan kesal. Alisnya bahkan menukik dengan tajam, mulutnya mengerucut dengan kesal, matanya menyala bak api (menyala abangkuhh). Napasnya juga ikut serta untuk memburu, tangannya pun terkepal dengan kuat seperti ingin meninju.
Tak peduli jika kini ia tengah didandani oleh Makeup Artist, ia terus mengeluarkan ocehannya yang membuat para MUA itu menggelengkan kepala mereka lantaran melihat kelakuan Karina yang bisa dibilang cukup kekanak-kanakan.
Selang sepuluh menit, Karina selesai dengan riasannya. Ia beranjak untuk kembali ke ruang pemotretan. Yang di mana sudah terlihat dua sosok yang saling bercanda di depan monitor, Pharita dan Winter. Dua sosok itu benar-benar terlihat sangat dekat. Bahkan banyak yang menjuluki mereka "Adik-Kakak".
Karina makin mendidih melihat keakraban kedua manusia itu. Apalagi saat ia mengakui bahwa mereka berdua memang terlihat sangat cocok. Maskulin dan Feminim. Benar-benar cocok. Jika mereka berbeda kelamin.
Merasakan kehadiran orang yang masuk ke ruang pemotretan, Winter langsung memandang kearah Karina dengan tatapan yang begitu dingin dan menusuk. Sedangkan Karina, ia memilih untuk mengabaikan tatapan menusuk itu. Lebih baik ia mempercepat proses pemotretan yang menguras emosi ini.
Masih belum ada percakapan dari kedua manusia yang saling menatap penuh benci itu. Keduanya memilih untuk fokus pada pemotretan. Sama sekali tidak ada niat untuk membuka percakapan. Sampai di mana Karina merasa tidak senang dengan sikap Winter yang ...
Terlihat malas-malasan untuk memotret dirinya itu. Sungguh, ia sudah berusaha untuk mengeluarkan kemampuan bergaya terbaiknya untuk mendapatkan hasil yang bagus. Namun Winter ...
"Jika kau tidak niat dengan pekerjaan mu, lebih baik kau mengundurkan diri," cetus Karina yang ia lontarkan untuk Winter. Matanya menatap tajam Winter.
Mendengar itu, Winter terhenti sejenak dari kegiatan memotretnya. Ia memandang lurus kearah Karina. Wajahnya memang terlihat datar, namun siapa sangka jika ia menggertakkan giginya dengan geram. Menahan emosi.
Pharita yang melihat ketegangan itupun hendak menenangkan mereka, namun lagi-lagi Winter mendahuluinya.
"Maaf, Tuan Putri. "
Winter menyahuti cetusan Karina dengan datar, lalu kembali untuk melakukan kegiatan memotretnya dengan NIAT. Seperti yang Karina inginkan.
Sedangkan Karina, ia tersenyum miring mendengar kata "Maaf" dari manusia berdarah dingin itu. Dasar psiko, manusia kaku, robot, patung sawah, pembunuh berantai. Astaga, Karina ...
Pemotretan pun kembali berjalan dengan tenang. Hal tersebut membuat Bangsawan muda nan cantik itu menghela napas lega. Baru sehari ia menyamar menjadi manager Karina saja kepalanya sudah terasa ingin pecah. Belum lagi emosinya yang selalu menaik saat meladeni manusia itu. Ia harus melakukan perawatan untuk wajahnya setelah ini. Menghindari penuaan dini yang diakibatkan oleh manusia yang bukan dini lagi.
>>>
Empat jam berlalu. Pemotretan itu masih belum selesai, melainkan kian memanas saat Karina meminta untuk memeriksa hasil potretnya untuk sesi yang terakhir. Winter yang sudah malas untuk menentang Karina pun hanya mampu menunjukkan hasil potretnya kepada manusia egois itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell me, what is Love? || ae x baemon
Fanfiction"Cinta itu melelahkan. Jika yang pertama gagal, maka yang lain ikut gagal." - Pharita. "Cinta itu bukan kontestan hati. Bukan pilihan, dan tidak ingin menjadi pilihan." - Winter. ° ~ ° "Diam ku adalah caraku mengagumi mu." - Ruka. "Make a move. S...