—
"Astaga!" Pekik seorang gadis tampan yang tengah sibuk dengan setir mobilnya. Ia geram lantaran sosok gadis di sebelahnya benar-benar tidak ingin diam dan terus mengganggunya."Kumohon~ Jangan antar aku ke apartemenku." Gadis di sebelahnya itu merengek, sembari menggoyang-goyangkan lengannya. Bahkan gadis itu juga menempelkan kepalanya di bahunya. Benar-benar membahayakan nyawa mereka berdua yang kini tengah berada di dalam mobil.
"Lalu, aku harus mengantarmu kemana? Cepat beritahu aku!" ujarnya dengan nada yang menggertak. Lengannya ikut serta pula berusaha untuk menepis kepala dan tangan gadis itu. "Aku tidak ingin berlama-lama dengan mu. Menjengkelkan."
"Kalau begitu, aku ingin ikut pergi ke Museum Seni," sahut gadis itu seraya menjauhkan diri darinya. Tangannya menjadi bersilang di dada, seolah-olah ia tengah menantang gadis tampan yang kini tengah menyetir. "Aku sangat bosan jika langsung pulang ke apartemen. Aku ingin pergi bermain dulu."
"Call your own friends, then," ujar gadis tampan itu dengan singkat, padat, telepon teman. Awokawok.
Berdecih. Gadis itu berdecih kepada sosok yang menyetir itu. Matanya juga menatap kesal kearahnya. "Kau tidak tahu? Kau adalah manager ku mulai dari sekarang," tutur gadis itu.
Gadis tampan itu terkekeh. "Seorang Winter Kim menjadi manager Karina Yoo? It sounds impossible."
Karina menggerakkan giginya, ia geram. Sangat geram kepada Winter. Rasanya, ia ingin mencabik-cabik wajah datar milik gadis tampan itu. CIH. Benar-benar arogan, pikir Karina.
Karina merengut kesal. Ia beralih memandang jalanan. Tangan menyilang di dada. Wajah juga mengerut. Benar-benar menampilkan bahwa dirinya ini tengah Ngambek terhadap Winter. Entahlah, ia saja bingung dengan sikapnya saat ini. Mengapa ia harus bertingkah layaknya Winter adalah kekasihnya? EW~
Merasa kasihan, Winter mulai menghela napasnya dengan berat. "Baiklah. Kau boleh ikut," putus Winter dengan terpaksa.
Mendengar itu, kepala Karina langsung menoleh kearah Winter dengan gerakan kilat. Matanya juga menatap Winter dengan binar bahagia. "Benarkah? Kau serius?"
"As long as you're not bothering me."
"Ay Ay, Captain!!" seru Karina seraya mengangkat tangannya untuk memberi hormat kepada Winter. Wajahnya yang tadi merengut kini menjadi tersenyum dengan bahagia.
Winter melirik sekilas. Ia melihat senyuman bahagia di wajah Karina itu. Lucu, pikir Winter. WHAT?! Apakah Winter baru saja memuji Karina? Tidak! Ini aneh.
Tidak ada istilah Winter memuji Karina di dalam buku kamus hidupnya. TIDAK ADA.
But, we never know.
>>>
Sesampainya Winter dan Karina di Museum Seni, banyak pasang mata yang memandang kearah mereka dengan berbagai macam jenis tatapan. Ada kagum, ada penuh rasa penasaran, serta ada yang memandang tak suka ataupun iri.
Tentu saja hal itu membuat Winter sedikit risih. Winter yang notabenenya tidak suka menjadi pusat perhatian, kini harus bertengkar dengan rasa risih itu. Mau bagaimana lagi? Ia tengah bersama sosok Idola di Korea saat ini.
Mau tak mau, Winter harus menjadi pusat perhatian untuk hari ini saja.
Lantaran sudah tidak tahan akan pasang mata yang memandangnya, Winter dengan segera meninggalkan Karina di depan mobil. Dengan langkah cepat, Winter memasuki Museum itu. Dan para petugas di sana juga segera mengantarkan Winter ke tempat resepsionis.
Winter memang merupakan salah satu fotografer terkenal di Korea Selatan. Maka tak heran, jika ada beberapa manusia yang mengenal dirinya, termasuk para petugas di Museum ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell me, what is Love? || ae x baemon
Fanfic"Cinta itu melelahkan. Jika yang pertama gagal, maka yang lain ikut gagal." - Pharita. "Cinta itu bukan kontestan hati. Bukan pilihan, dan tidak ingin menjadi pilihan." - Winter. ° ~ ° "Diam ku adalah caraku mengagumi mu." - Ruka. "Make a move. S...