04 ; Beautiful

363 39 7
                                    



Jika kalian berpikir Ruka akan melakukan sesuatu, kalian salah. Manusia berwajah datar itu dengan santai hanya berjalan mendahului Pharita. Tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Meninggalkan gadis cantik itu yang terdiam, bingung. Namun, mata rusanya tetap melekat pada sosok manusia dingin itu.

Benar. Sehabis Pharita bertanya, "Ada apa, Ruka?" Gadis dingin itu langsung pergi keluar rumah Asa.

Pharita yang melihat itu pun menghela napasnya. Kepalanya juga bergeleng dengan pelan. Namun percayalah, ia sedikit tersenyum lantaran mereka sempat bertatap mata.

Gadis itu melanjutkan langkahnya, ia juga melambaikan tangan kearah tiga manusia yang tersenyum meledek kearahnya. Terutama Asa, gadis Jepang itu seperti menahan tawa. Dasar, gadis nakal.

Saat Pharita telah berada di teras besar itu, ia mendekat kearah Ruka yang terduduk di tangga teras. "Ekhem ... A-aku permisi terlebih dahulu, Eonni," tuturnya dengan gugup.

Melirik.

Hanya melirik.

Tanpa melakukan sesuatu.

Pharita yang melihat respon Ruka hanya tersenyum getir. Jujur, ia sangat sedih atas respon Ruka kepadanya. Seperti tidak menganggapnya hidup.

Melihat Ruka yang hanya diam tanpa merespon, Pharita pun memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju mobil. Dengan tatapan sedih yang menaungi wajahnya.

Pintu mobil itu dibuka oleh supir pribadinya, Pharita pun langsung masuk kedalam makhluk mati itu. Tanpa menoleh ke belakang lagi. Ia takut untuk sekadar memandang wajah Ruka yang menatapnya dengan benci.

Mobil itu menyala (abangkuhh), benda itu juga hendak hilang dari pandangan Ruka. Pharita telah pergi dari kediaman Asa.

Dengan Ruka yang memandang sendu kearahnya. Gadis itu menghela napas, sesak. Ini cobaan.

Puk!

Bahu Ruka ditepuk dari belakang. Sontak gadis Jepang itu memutar tubuhnya ke belakang. Kepalanya mendongak, menatap sosok tersebut.

"Asa?"

Asa tersenyum. Ia ikut duduk di sebelah Ruka. Memandang halaman rumahnya yang cukup luas dan indah. Wajahnya juga tersenyum dengan manis.

Sedangkan gadis di sebelahnya—Ruka hanya memandang Asa dengan sendu. Hingga saat ia menghela napasnya, kepalanya ikut menoleh kearah halaman rumah Asa.

"She's beautiful, right?" Asa bercelatuk tiba-tiba. "Sangat indah untuk disakiti," lanjutnya yang kini menatap mata Ruka dengan dalam. Penuh makna.

Mendengar itu, Ruka menoleh kearah Asa. Ia paham akan tatapan itu. Ia juga paham jika Pharita menyukainya. Namun, ia takut. Takut akan masa depan.

"Sangat indah pula untuk menjadi bahan ejekan," balas Ruka. Matanya menatap serius kearah Asa. "Aku juga menyukainya. Bukan. Aku mencintainya. Maka dari itu, aku diam."

"Tetapi diam mu itu menyakiti hatinya," sahut Asa tidak terima. "Aku menyayangi dia, dan aku benci melihat dia sedih."

"Aku juga." Ruka bergumam lirih. "Aku juga sedih, Asa. Aku benci diriku sendiri."

Asa menghela napas, ia mengalihkan pandangannya ke sekeliling rumah. Hingga kini ia tertunduk, lelah. Ia lelah akan sikap Ruka yang pengecut.

"Kalau begitu, jangan buat dia sedih lagi." Asa berucap demikian. Pandangannya menatap lurus kearah tangga.

Ruka diam. Ia tidak menyahut. Ia sendiri ragu dengan dirinya. Ia takut. Ia takut Pharita akan menyesal jika mencintainya. Ia takut Pharita akan menyesal mengenal dirinya.

Tell me, what is Love? || ae x baemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang