9

690 110 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wang bersaudara saat ini sedang menikmati waktu sore mereka di taman dekat komplek tempat tinggal mereka.

Sean yg kebetulan ada di sana juga sedang menikmati senja di sore itu.

"ck,,kau lagi, apa kau mengikuti kemana pun kami pergi" desis Yuna saat melihat Sean berdiri tidak jauh darinya.

"yg ada juga kalian yg mengikutiku" sinis Sean tidak mau kalah.

Entah kenapa Sean ingin sekali terus bicara pada kedua orang di depannya itu, namun bukan bicara yg baik-baik. Atau lebih tepatnya Sean mau berantem terus dengan keduanya tapi bukan berantem sebagai musuh.

"yaaak,,ini komplek tempat tinggal kami" sungut yuna.

Sedangkan Yuan hanya merotasikan matanya malas melihat tingkah kedua orang ini yg seperti saudara yg baru bertemu dan ingin gelut terus untuk melepaskan rindu.

Memikirkan itu membuat Yuan merindukan adik bungsunya yg tidak pernah ia lihat dan temui itu.

"terus, kau pikir taman ini milik kakek moyang mu" sungut Sean tidak kalah kesal.

"iya ini milikku milik kakekku"

Deg,,,

"jenifer" peringat Yuan.

"aaa,,maksudku ini milikku karna kami tinggal disini" ucap Yuna cepat namun Sean menangkap gelagat aneh dari kedua saudara ini.

"kau bilang ini milik kakekmu? Memang kakek Lan itu kakek kalian?" tanya Sean memancing.

"iy-....tidak, siapa itu Lan" ucap Yuna cepat meralat ucapannya yg hampir keceplosan mengakui Lan Wang Ji adalah kakeknya.

Sean memincingkan matanya curiga.

Saat Sean ingin bertanya sesuatu.

"maaf tuan muda Gu, ada telpon dari perusahaan Wang" beri tahu salah satu sekertarisnya.

Deg...

Jantung kedua Wang itu seakan berhenti berdetak mendengar nama marga mereka di sebut.

Dan itu tidak luput dari tatapan tajam  seorang Sean.

"bilang pada mereka aku sibuk, kalo mereka belum mendapatkan ide yg membuatku tertarik suruh saja mereka cari perusahaan lain yg bisa mereka tipu" ucap Sean namun tatapan matanya hanya tertuju kepada kedua kembar di depannya itu.

"baik Tuan muda" ucap orang itu lalu pergi setelah membungkut hormat.

"Jeni, sebaiknya kita kembali" ajak Yuan.

"ayo ge" jawab Yuna.

Mereka pun melangkah pergi meninggalkan Sean.

"Yuna jie, Yuan ge" panggil lirih Sean.

Deg...

Lagi-lagi jantung kedua kembar Wang itu seakan berhenti berdetak mendengar panggilan lirih seperti berbisik itu.

dendam Wang bersaudara (yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang