|23 • Kawan Baru dan, Lama?

19 4 4
                                    

Para murid SMA N 1 GAJASA NUSANTARA mendatangi tempat yang menjadi alasan kebahagiaan banyak remaja seperti mereka. Bising di telinga sudah terbiasa di tempat ini. Hal yang wajar ketika saling berdesak-desakan demi jajanan kesukaan. Mereka melakukan apapun demi keinginan.

"Eh, eh ... enak banget, ya, lo nyerobot-nyerobot. Itu roti udah gue tandain dari tadi!"

Seorang perempuan ber bandana merah muda itu berseru kepada satu siswi yang mengambil kue yang ingin dibeli.

"Memang ini hak paten lo apa? Kita pake pepatah aja. Siapa cepat dia dapat, siapa lambat ia tak dapat. Gampang, kan?" balas siswi itu seraya memiringkan kepala.

"Jadi, roti ini nggak bisa ditandain gitu aja sama lo!"

"Lo, ya!!"

Benar saja kedua siswi itu malah saling beradu sinis lalu mendekati dengan napas terengah-engah langsung menjambak rambut panjang terkucir kuda. Siswi itu langsung mendongak ke atas.

"Duh, rambut gue!! Lepasin nggak, lepasin!" ujarnya yang tak kalah seru, berbalik arah membalas.

Keduanya saling beradu tarik-menarik rambut. Aktivitas mereka jadi tontonan semua murah yang tengah di kanti dari kejauhan. Bahkan ada yang mengangkat ponsel untuk merekam aksinya.

"Liat, tuh udah hal yang wajar banget di kantin ganusa. Mesti ada aja orang yang bermasalah." Lynia berucap sembari menunjuk ke arah kedua yang tengah berkelahi. Rasyil dan Asfa memperhatikan.

"Bener, Lyn, daripada yang ditarik rambut mending tarik-menarik tali tambang. Lumayan kan bisa nambah-nambah prestasi, ber jackpot lagi."

Rasyil membalas dengan lawak. Asfa hanya terkekeh di samping. Lynia tertawa renyah.

"Gue lerain mereka dulu, deh," ujar Asfa akan beranjak bangkit dari kursi.

"Jangan, Fa! Lo nggak usah ikut-ikutan. Biarin aja ntar Bu Anik juga datang bentar lagi." Lynia mencekal lengannya, Asfa menatap bingung.

"Iya, Fa, lo nggak usah ikut-ikutan." Rasyil ikut menimpali.

"Udah, sini duduk," pinta Lynia menepuk bangku. Asfa langsung duduk di tempat.

"Kalian mau pesen apa? Biar sekalian," tawar Rasyil membuat Asfa menatap kembali ke arahnya karena dari tadi pandangannya tertuju kedua siswi yang masih bertengkar.

"Gue mau cilok aja kayak biasa," ucap Lynia. Rasyil mengangguk, menatap gantian ke Asfa. "Lu mau pesen apa, Fa?" tanya Rasyil menunggu.

Asfa berpikir sebentar. "Bakso kosongan tanpa sambal caos."

"Oke, gue ke sana dulu," pamit Rasyil meninggalkan keduanya.

"Fa?" panggil Lynia sangat lirih.

"Apa?" Asfa bertanya. "Lo belum cerita soal di stadion waktu itu," ujar Lynia membuat Asfa menatap ke arahnya.

"Kan ceritanya terpending gara-gara ada Rasyil dateng buat ngasih minum, kan?" pungkas Lynia.

Asfa berpikir lagi sebentar, mengingat. "Ohh, gue cuman ngelantur. Kan lo tahu sendiri keadaan gue kayak apa?" jelas berbohong.

"Bikin khawatir aja lo." Lynia menyikut lengan Asfa, disambut tawa kecilnya.

"Kan Asfa," ucapnya tiba-tiba.

Lynia mengernyit tak mengerti. "Apaan tuh?" tanyanya.

Asfa terkekeh kembali. "Aslinya bikin orang nge freeze." Menampakkan gigi-giginya.

"Ihh jelek. Nggak nyambung."

Lynia merinding seketika. Asfa hanya tertawa di sana. Setelah sekian lama menunggu akhirnya datang juga pesanannya.

Senandika ZensiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang