Jemy menjadi kikuk dan sedikit gugup. Dirinya dirangkul agak erat oleh Axel yang berdiri di samping kanannya tanpa menyisakan jarak.
"Sayang sekali, kita berbeda kelas."
Axel menatap kertas daftar kelas yang tertempel di mading umum.
Jemy berkedip pelan mendengarkan komentar Axel satu persatu. Benar, mereka mendapatkan kelas yang berbeda.
Jemy berada di kelas 2-3 sedangkan Axel berada di kelas 2-1, kelas unggulan.
"Aku pikir kita akan berada di dalam kelas yang sama, aku sedikit kecewa."
Jemy, "..." entah mengapa dia tidak bisa menanggapi komentar Axel dan hanya diam karena sedang memikirkan sesuatu.
"Jemy?" Axel memiringkan kepalanya guna mengintip dan memastikan ekspresi wajah seperti apa yang sedang Jemy gunakan saat ini.
"Hm? Ini... Sebenarnya, ya... Kamu tahu, aku juga sedikit kecewa, ha ha." Jemy memiliki tawa pahit di mulutnya.
Sebenarnya pria kecil itu tidak masalah dengan dirinya berada di satu kelas yang sama dengan Axel ataupun tidak. Untuk saat ini, yang menjadi masalah hanyalah satu hal.
"Wah siapa sangka aku dan Jemy akan berada di satu kelas," tutur seseorang tepat di belakang Axel yang masih merangkul bahu Jemy dengan erat.
Noah, laki-laki itu tersenyum dengan senyuman mengerikan. Tampak seperti iblis yang merasa puas setelah memastikan mangsa incarannya tidak akan lepas dari cengkramannya.
"Benar-benar keberuntungan yang tidak terduga," ucap Noah dengan ekspresi puas melirik Jemy yang diam-diam menyusut takut.
"Ini benar-benar beruntung, Kara dan aku berada di satu kelas yang sama dengan Axel." Alvin merangkul bahu Kara kemudian tertawa riang bersama.
"Ya itu benar, dewi keberuntungan berada di pihak kita. Haha, dan hey Jemy mengapa diam saja?" Kara sedikit menyenggol Jemy yang melamun.
"Aku rasa dia juga kecewa karena tidak berada di dalam kelas yang sama dengan Axel."
Jemy melirik Alvin dan Kara sejenak. "Um, sebenarnya kelas manapun sama saja, tidak apa-apa."
"Oh benarkah?"
Jemy menaikan sebelah alisnya menatap bertanya kepada Alvin yang memasang ekspresi remeh kepadanya. Tunggu, apakah Jemy salah lihat? Ah, sepertinya tidak!
"Kamu yakin itu tidak apa-apa? Apa kamu tidak akan menyesal jika tidak bisa memanfaatkannya dengan baik?"
Senyum Jemy perlahan memudar. "Memanfaatkan dengan baik?"
Apa maksudnya?
"Haha, bercanda!" Alvin menyipitkan mata mengangkat kedua tangan seperti orang yang menyerah.
"Kita adalah sepasang kekasih, aku rasa saling memanfaatkan itu tidak masalah." Axel menimpali dengan senyum tipis di sudut bibirnya. "Bukankah begitu, Jemy?"
Jemy kembali menoleh kepada Axel dan langsung bertemu tatap dengan mata gelap yang terasa rumit itu. "Um, ya... Mungkin."
Alvin dan Kara tertawa bersama kemudian. Jemy yang masih tidak mengerti hanya bisa tersenyum dengan sedikit ringisan tidak paham.
Berbeda kasus dengan Noah yang sedari tadi hanya diam, tidak tertawa atau tersenyum setelah mengancam Jemy melalui sorot matanya.
"Jam pelajaran akan segera dimulai, aku harus segera pergi."
Axel mengulurkan tangan untuk menyentuh surai lembut Jemy. "Kita akan bertemu lagi nanti, bagaimana?"
"Aku rasa itu bagus," jawab Jemy ceria. "Aku juga harus ke kelas."
"Ya. Kelas kita berlawanan arah, aku tidak bisa pergi bersama atau mengantarmu, apakah tidak apa-apa?"
Jemy hendak membuka mulut dan berbicara namun dia segara kalah cepat dengan Axel yang sudah kembali melanjutkan kalimatnya.
"Jangan marah, aku tahu kamu marah dan kesal karena aku tidak bisa mengantarmu, tapi aku janji besok aku akan melaksanakan tugasku sebagai kekasihmu dengan baik."
Ha?
Tugas macam apa yang Axel maksudkan?
Jemy melongo tak sempat berbicara banyak. Matanya berkedip cepat lalu mengangguk kaku. "Um, o-oke."
Axel hanya tersenyum tanpa mengucapkan apapun sebelum berbalik dan berjalan pergi diikuti oleh dua temannya, Alvin dan Kara.
Kapan Jemy marah?
Sungguh Jemy tidak pernah merasa marah sebelumnya. Mengapa Axel berbicara demikian?
Dug!
Ketika sedang melamun menonton punggung Axel yang perlahan menjauh, Jemy merasakan tabrakan keras di bahunya.
Laki-laki kecil itu agak terkejut dan mendongak hanya untuk mendapati ekspresi wajah mengejek milik Noah yang membuatnya kesal.
"Jalang kecil marah, cih emang apa haknya buat marah? Haha, konyol!"
Jemy membuka mulutnya cukup lebar sebelum kembali menutupnya dengan ekspresi tidak percaya. Dengan sorot tajam dia tatap Noah yang pergi dengan kekehan sinis seperti iblis itu sebelum akhirnya mengikuti pergi.
-
Kelas sudah hampir di mulai. Bel sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu dan para siswa sudah stand by di tempat duduk masing-masing.
Jemy pun juga sama, laki-laki mungil itu memilih tempat duduk di dekat jendela. Tempat yang menurutnya paling nyaman.
Sedangkan Noah, entah kenapa laki-laki itu memilih duduk di samping bangku Jemy.
Sebenarnya Jemy tidak masalah mau dimanapun Noah duduk, hanya saja entah kenapa terbesit perasaan tidak mengenakan yang sulit Jemy jelaskan.
Memilih untuk abai, Jemy fokus memandang ke arah depan di mana seorang guru mulai berjalan memasuki kelas.
"Selamat pagi," sapa guru itu setelah sampai di mejanya. "Hari ini kelas akan di mulai, semester baru dengan anggota baru. Saya akan mengawali kelas dengan perkenalan terlebih dahulu."
Guru menyisir kelas dengan tatapan tajamnya sebelum berhenti ke sudut terdepan di dekat jendela, tempat Jemy berada.
"Kamu, silahkan maju ke depan dan perkenalkan dirimu."
"Ah, baik." Jemy berdiri dari kursinya dengan perlahan tanpa melirik ke arah Noah yang diam-diam tersenyum miring melihatnya.
Jemy mulai melangkah meninggalkan kursinya, namun belum genap dua langkah kakinya menapak, tiba-tiba dia tersandung dan jatuh tersungkur ke depan.
"Ups!" Noah menarik kakinya yang baru saja disandung Jemy dan tersenyum jahat setelah melihat targetnya benar-benar terjatuh. "Sorry, nggak sengaja," katanya dengan nada meremehkan lalu disusul suara tawa seluruh kelas yang bergema.
Jemy diam termenung mulai menyadari kemungkinan kehidupan sekolahnya tidak akan tenang mulai sekarang.
---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Because, I Love You! (Slow Up)
RomanceNoah setengah mati membenci Jemy. Ketika Noah mendengar Axel dan Jemy kembali berhubungan setelah putus, Noah menjadi tidak tahan. Segala cara dia lakukan untuk memukul mundur Jemy dari Axel. Namun setelah beberapa waktu kemudian, apa yang terjadi k...