"Jemy tolong bantu aku membuang ini, aku akan mengurus pelanggan di sana."
"Ah baik!"
Seorang pria bertubuh kecil itu menerima tiga kantong sampah yang diberikan lalu berbalik pergi setelah meninggalkan lap dan cairan pembersih di sudut ruang.
Sedikit kepayahan, pria kecil itu membawa tiga kantung sampah besar tersebut keluar melalui pintu belakang cafe.
"Ah!" Jemy yang terkejut tidak sengaja membuat kantung sampah yang dipegangnya meluncur jatuh dan membuat isinya sedikit berceceran.
"Ka-kau?! Apa yang kamu lakukan di sini?"
Jemy mundur selangkah. Dia tidak sempat mengurusi kantung sampahnya karena terlalu terkejut dengan kedatangan Noah yang tiba-tiba mengejutkannya.
Jemy mengenal Noah, karena orang itu adalah saudara kembar kekasihnya, Axel.
Noah tidak menjawab dengan segera. Matanya menyipit menatap tajam dan menelisik kepada pria kecil yang mulai gemetaran di hadapannya.
"A-apa? Me-mengapa melihat seperti itu?" gagap Jemy. Dia sedikit cemas dengan kehadiran Noah yang tiba-tiba ini. Firasatnya mengatakan bahwa orang ini datang untuk melakukan hal yang tidak baik kepadanya.
"Takut, hm?" Noah tiba-tiba membungkuk dan membuat jarak wajahnya dan wajah pria kecil itu menjadi dekat.
"A-apa?!" Jemy agak terhuyung ke belakang. Dia melotot meski dia sedikit ketakutan setelah melihat pria kurang ajar ini tiba-tiba mendekatkan wajah seperti itu.
Apa-apaan dia itu? Gerakannya seperti orang cabul!
"Ck, tikus penakut!"
"..." Jemy tidak mengerti dengan masalah pria ini mengapa tiba-tiba datang dan mengatainya seperti itu.
Memilih membungkuk untuk membereskan sampahnya kembali, Jemy berniat mengabaikan Noah sebelum merasa sedikit tersendat ketika surainya di tarik untuk menuntun wajahnya mendongak ke atas.
"Apa yang kamu lakukan?! Lepas!" Jemy menatap tajam dari bawah. Bukankah Noah ini sudah melewati batas jika dia hanya datang untuk mengerjainya?
Noah tersenyum. Dia tidak menarik rambut Jemy yang lembut itu dengan keras karena hanya bermaksud untuk membuat Jemy yang sebelumnya menunduk menjadi mendongak agar dia bisa mengamati wajah pria kecil itu dengan jelas.
Dalam pandangan Noah, Jemy terlihat cukup imut untuk seukuran laki-laki. Pria kecil itu memiliki kulit wajah putih bersih tanpa jejak maskulin, mata bulat jernih dengan sorot teduh, dan bibir merah kecil di antara kedua pipi kurusnya. Haha, itu semua cukup mengesankan.
Boro-boro menjadi cantik, di mata Noah yang tajam, Jemy hanyalah terlihat seperti banci. Menjijikkan!
Plak!
Jemy menepis tangan Noah dengan cukup keras hingga terlepas dari kepalanya. Pria kecil itu kembali berdiri dan menatap tajam Noah yang tersenyum sinis.
"Jaga sikapmu! Aku tidak mengerti tujuanmu tapi jika kamu melewati batas aku tidak akan segan untuk memukul!"
"Oh? Kau berani?" Noah mengangkat dagunya dengan angkuh. Dia melirik tangan Jemy yang sedikit gemetar dan langsung mengetahui bahwa pria kecil ini sepertinya sedang merasa ketakutan.
"Jangan terlalu memaksakan diri, lihat dirimu, benar-benar menyedihkan."
Noah menepuk-nepuk sebelah pipi Jemy lalu beralih meraih dagu pria kecil itu lalu mengapitnya dengan ibu jari dan jari telunjuknya cukup erat.
"Sebenarnya apa maumu?!" Jemy mencengkram pergelangan tangan Noah dengan erat mencoba melepaskan tangan pria itu dari dagunya.
Noah tersenyum. "Aku tidak memiliki kemauan apapun terhadapmu, aku kesini hanya untuk mengonfirmasi sesuatu."
Alis Jemy menukik kala ia mendengar itu. Giginya tanpa sadar saling beradu dan membuat suara gemeletuk akibat menahan emosi. "Apa itu?"
Noah terkekeh menyeramkan. Tangannya terulur meraih pinggang Jemy untuk mendekat kepadanya.
Jemy mencoba mendorong Noah untuk mundur. "Jangan kurang ajar, aku sudah bilang jangan melewati batasmu, Noah!"
Mata Jemy nyalang. Dia benar-benar tidak menyukai Noah. Meski laki-laki ini adalah saudara kembar dari kekasihnya, menurut Jemy kekasihnya lebih baik daripada sosok Noah yang seperti iblis.
"Lepaskan aku bajingan!" Jemy mencoba memberontak keluar dari pelukan erat dan menyakitkan dari Noah. Pria itu menggertakkan giginya dengan emosi.
Noah mengabaikan gertakan Jemy. Dia mencengkram pinggang pihak yang lebih kecil di pelukannya itu dengan erat. "Aku mendengar kau kembali dengan Axel?"
Jemy meringis. Matanya sedikit gemetar karena menahan rasa perih yang mulai menjalar di pinggangnya akibat tusukan kuku-kuku tangan Noah yang mencengkram pinggangnya.
"Apa masalahmu? Aku rasa itu bukan urusanmu."
"Apa yang bukan urusanku, hm? Tentu saja itu adalah urusanku! Axel adalah saudaraku aku tidak mau dia terjebak dengan pelacur laki-laki sepertimu lagi!"
Mendengar hinaan kejam Noah, Jemy tidak dapat menahan lebih banyak emosi lagi. Hingga pada akhirnya perlawanan terakhir pun Jemy layangkan.
Dug!
Lutut Jemy berayun dengan mantap menghantam kemaluan Noah dengan keras.
Termundur spontan, Noah meringis akibar rasa kebas dan sakit dia rasakan pada area sensitifnya.
"Sialan! Brengsek!"
Jemy mengambil langkah mundur dengan segera setelah berhasil lepas dari cengkraman Noah. Pria kecil itu tertawa sinis dengan sorot mata ganas menatap Noah yang membungkuk di hadapannya.
"Aku sudah bilang aku tidak akan segan memukulmu jika kau melewati batas, dan inilah akibatnya! Kau rasakan saja sendiri!"
Jemy melotot garang. Dia membungkuk membereskan sampah miliknya yang sebelumnya tercecer dengan cepat lalu berdiri kembali dengan tiga kantung sampah di tangannya.
"Rasakan itu bajingan!" dengan dagu terangkat angkuh Jemy berjalan menabrak bahu Noah cukup keras.
Noah yang ditabrak hampir terjungkal akibat tidak terlalu siap. Dia masih fokus dengan rasa sakitnya dan belum bisa membalas perbuatan Jemy kepadanya.
Maka dari itu ketika Jemy kembali melewatinya setelah membuang sampah dengan terburu-buru memasuki cafe lewat pintu belakang sambil mengacungkan kedua jari tengahnya, Noah hanya bisa menatapnya nyalang tanpa bisa berbuat apapun.
"Laki-laki jalang sialan!"
---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Because, I Love You! (Slow Up)
RomanceNoah setengah mati membenci Jemy. Ketika Noah mendengar Axel dan Jemy kembali berhubungan setelah putus, Noah menjadi tidak tahan. Segala cara dia lakukan untuk memukul mundur Jemy dari Axel. Namun setelah beberapa waktu kemudian, apa yang terjadi k...