15

47 4 4
                                    

Jemy menggerutu. Dia baru saja keluar dari kamar mandi di dekat dapur setelah selesai membersihkan diri.

"Si sialan itu! Salahku karena membawanya masuk! Seharusnya aku meninggalkannya di luar dan biarkan dia dipukuli sampai mati para preman itu! Humph!"

Jemy menghentakan kakinya ke lantai dengan kesal.

"Gara-gara dia aku jadi tidak bisa bersantai, dia terus menakutiku dan berbuat seenaknya! Dasar biadap!"

Jemy terus mengomel tanpa menyadari Noah yang berdiri di depan kulkas termenung menatapnya yang baru saja keluar kamar mandi.

Noah sebenarnya tidak berniat keluar kamar tapi karena rasa lapar yang tak terduga tiba-tiba muncul  membuatnya tidak tahan untuk tidak menggeledah isi lemari atau kulkas rumah Jemy untuk mencari makanan.

Dan lihatlah, bukannya makanan yang dia temukan itu malah Jemy yang sudah siap dengan piama motif beruang yang lucu dan hanya memakai celana pendek ketat sepaha di kakinya.

Brengsek!

Noah segera mengalihkan tatapannya dari area yang seharusnya tidak dilihatnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan?! Sialan jantungku hampir melompat!"

Jemy sangat lebay dan hiperbola. Mengapa Axel menyukai orang seperti ini ya?

"Aku hanya berdiri di sini, belum menakutimu, omong-omong kemana celanamu? Apakah kamu sengaja ingin menggodaku?"

Kaki Jemy panjang, bersih tanpa bulu hampir sama seperti kaki perempuan. Sedikit cantik tapi Noah tidak tergoda sama sekali.

Noah bersidakap dada. "Hey meski aku selalu mengancammu ingin memperkosamu tapi aku tidak benar-benar ingin melakukan itu dengan tulus atau karena tergoda denganmu, jadi jangan salah paham denganku sang pria straight ini."

Jemy hanya menatapnya dengan tatapan dengki. Dia tidak mengerti apa yang disampaikan oleh Noah.

"Dasar tidak tahu diri, sudah untung aku menolongmu dan kamu terus saja mengancamku? Mana rasa terimakasihmu?"

Noah terkekeh pelan.

"Jangan berisik dan masuk ke kamar, aku akan menyeduh mie cup untukmu."

Noah mengangkat sebelah alisnya. "Apakah ini gratis?"

"Tidak, bayar nanti dengan tubuhmu."

Jemy menyeringai, "di sini akulah yang homo seharusnya aku tidak masalah diperkosa oleh pria tampan sepertimu 'kan?"

Noah menegang. Dia entah kenapa menjadi gugup ketika melihat Jemy meluncurkan serangan balas seperti ini. Tersenyum menggoda dan mengedipkan mata dengan genit kepadanya.

Sial!

Melihat Noah yang mundur terbirit-birit kembali ke kamar, Jemy hanya bisa tertawa puas.

Rasakan itu!

-

"Apa ini tidak menggunakan daun bawang?"

Jemy menaikan sebelah alisnya. "Tidak, mengapa?"

"Akan lebih enak jika menggunakannya sebenarnya."

"Omong kosong, masih beruntung aku tidak mencelupkan racun tikus ke dalam mie itu."

Jemy mendengus. "Beraninya kamu masih menawar," tuturnya agak kesal.

Noah memajukan bibirnya kesal dan dengan berat hati meraih mie cup tersebut dan mulai memakannya.

"Kamu tidak makan?"

Jemy menatap Noah. "Tidak," jawabnya singkat.

"Mengapa? Tidak suka mie?"

"Suka."

"Hm, aku jadi curiga kamu mungkin sudah benar-benar mencampurkan racun tikus sehingga kamu tidak mau makan mie."

"Omong kosong! Jika aku mau aku bisa membuat sendiri untukku tapi karena aku sudah berjanji kepada Axel untuk mengurangi makan mie jadi aku tidak bisa makan."

Oh anak itu bahkan sampai membuat janji dengan Axel hanya karena tidak bisa memakan mie?

Betapa romantisnya hubungan mereka sebenarnya.

Tiba-tiba saja Noah merasa asam di suatu tempat tanpa mengetahui apa penyebabnya.

Jemy tidak mengetahui hal ini dan hanya dengan acuh tak acuh naik ke tempat tidur.

Anak laki-laki itu melempar selimut dan satu bantal kepada Noah.

"Kamu tidur di sana nanti, jangan ganggu aku atau aku akan mengganggumu balas nanti!"

Jemy telah menggelar satu karpet bulu yang empuk di bawah ranjangnya.

Noah yang melihat bantal dan selimut yang dilemparkan kepadanya tidak bisa untuk tidak merasa seperti suami yang telah dicampakan oleh istrinya di malam pertama.

"..."

-

Pagi hari telah tiba.

Jemy perlahan bangun, terduduk di ranjangnya seraya menguap lebar sambil mengusap matanya perlahan.

Matanya melirik pada selimut yang terlipat rapi ditumpuk di atas bantal pada karpet di bawah ranjang.

Kemana Noah?

Jemy mendengus sinis. Mungkin laki-laki itu sudah pergi dari rumahnya. Cih, jika benar, maka baguslah!

Jemy segera turun dari ranjangnya, tanpa masuk ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dia segera mengeluyur keluar.

"Ayah selamat pagi, ayah ingin makan apa hari ini? Mimi bisa-- ah sial! Kenapa kamu masih di sini?!"

Jemy syok setengah mati menuding Noah yang duduk tenang di meja makan bersama ayahnya yang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Mimi mengapa berteriak seperti itu? Itu tidak sopan," tegur Daniel.

Jemy tergagap. Matanya membulat sempurna dan menyadari bahwa ayahnya baru saja memanggilnya dengan nama panggilan manjanya. Ah tidak, bukan hanya ayahnya yang menyebut nama 'Mimi' bahkan dirinya sebelumnya juga menyebut diri sendiri dengan nama 'Mimi' dengan genit, 'kan?

Jemy berkedip melirik Noah yang menutup rapat mulutnya menahan tawa setengah mati.

Sial!

Rasanya Jemy ingin menghilang saja dari dunia ini!

---
Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] Because, I Love You! (Slow Up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang