Makan siang sudah selesai. Jemy memilih untuk kembali ke kelas terlebih dahulu setelah usai. Pria kecil itu berpikir, tidak akan nyaman untuknya berlama-lama menetap di kantin meskipun ada kekasihnya, Axel.
Dengan gugup Jemy meminta izin untuk kembali terlebih dahulu tanpa mengetahui cibiran teman-teman kekasihnya selepas kepergiannya.
Sebelum pergi, Jemy juga menyempatkan diri untuk berjanji untuk mengganti kembali uang yang diberikan Axel untuk membeli makanan di kantin.
"Kau sengaja?"
Jemy hampir tersandung setelah mendengar suara itu.
Itu Noah?!
Mengapa dia mengikutinya?!
Noah mendengkus. Mempercepat langkah kakinya dan kemudian berhenti tepat di hadapan Jemy yang tampak terkejut menatapnya.
"Apakah kau semiskin itu sampai-sampai harus membuat Axel membayar makananmu, jalang!"
Jemy membulatkan netranya.
Lagi-lagi Noah mengatainya jalang. Ada apa dengan laki-laki ini sebenarnya?
Mengapa dia gemar sekali mengatainya jalang?
Mungkinkah karena dia yang sudah sempat putus kembali berpacaran dengan Axel?
Tapi, haruskah Noah sampai mengatainya sampai seperti itu?
Tangan Jemy diam-diam berkedut gatal ingin menampar mulut kurang ajar Noah, hanya saja dia harus mengurungkan niat lantaran tiba-tiba harus teringat bahwa Noah adalah adik tersayang Axel, sang kekasih.
"Apa kau buta? Sebelumnya aku juga ingin membayar makanan itu dengan uangku sendiri, aku tidak meminta untuk Axel membayar makananku."
Noah mendelik. "Kau berani menjawabku?!"
Jemy berdecih sinis. "Memang siapa kau sampai aku tidak berani terhadapmu? Jangan kira aku tidak berani memukulmu!"
Noah terkejut dengan keberanian anak itu. Haha, sebelumnya dia salah mengira bahwa anak ini adalah anak yang lemah, tapi melihat matanya yang berapi-api penuh kekesalan barusan, Noah langsung merasa bahwa ini semua pasti akan menjadi hal yang menarik.
"Kau sangat berani!"
Jemy merespon dengan membusungkan dada serta memasang wajah tegas. Untuk apa dia takut? Dia memiliki Axel yang akan membelanya kalau Noah menganggunya.
"Sekarang menepi dari jalanku, aku muak melihat wajahmu!"
Jemy mendorong Noah untuk minggir. Mata bulatnya mendelik tak senang menatap Noah lalu berlalu pergi tanpa menoleh kembali ke belakang.
Setelah ditinggalkan, Noah tertawa nista, bocah itu sungguh berani terhadapnya!
Apakah dia tidak tahu bahaya apa yang akan menimpa apabila dia berani mengambil urusan dengan Noah?!
Haha, lihat saja nanti!
-
"Sepertinya Noah benar-benar membenci Jemy," tutur Alvin menatap perdebatan Noah dan Jemy dari jauh.
Alvin kemudian melirik Axel yang terdiam. "Kau tidak masalah dengan itu?" tanyanya sedikit ragu.
Axel tidak mengalihkan perhatiannya dari Jemy yang berlari menjauh dan dibuntuti oleh Noah dari belakang.
"Untuk apa ada masalah? Jika Noah membenci Jemy bukankah itu hal yang baik untuk rencana kita? Kita pasti bisa membuat Jemy semakin tersiksa nantinya."
Bukan Axel yang menjawab, melainkan Kara yang langsung dibalas anggukan setuju oleh Alvin.
Kedua teman Axel itu kemudian saling tertawa mengejek betapa bodohnya Jemy yang bisa dengan mudah masuk ke perangkap mereka.
Alvin dan Kara terlalu sibuk tertawa sampai tidak menyadari Axel yang memiliki ekspresi gelap di wajahnya.
Dengan tangan mengepal, dia menatap punggung Jemy dengan tatapan penuh obsesi.
-
"Aku dengar akan ada seorang murid baru di kelas kita."
"Benarkah? Laki-laki atau perempuan?"
"Rumornya si perempuan, yah aku berdoa semoga dia perempuan cantik yang bisa menyegarkan mata."
"Haha, semoga saja."
Saat mendengar percakapan teman kelasnya, Jemy sedang membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja.
Jemy mendongak. Ia ikut mencuri dengar rumor mengenai seorang murid baru yang akan datang.
"Ini adalah semester baru, wajar jika ada seorang murid baru juga."
"Aku dengar si murid baru ini bukan berasal dari keluarga sembarangan."
"Benarkah?"
"Hm, jika begitu aku hanya berharap semoga murid baru itu tidak memiliki sifat sombong selayaknya orang kaya."
Jemy terdiam mendengarkan menatap buku di tangannya dengan tatapan rumit. Ia tanpa sadar membatin, 'orang manipulatif lebih menyeramkan daripada orang sombong.'
"Jemy?"
Yang dipanggil tersentak segera dari lamunannya.
Menoleh menatap pintu kelas, Jemy agak terkejut menatap Axel yang berdiri tersenyum menatapnya lembut seperti biasa.
"Itu Axel, hei dia datang ke kelas kita?"
"Wah siapa sangka, ada urusan apa dia kemari?"
Semua murid yang masih berada di kelas sontak mulai berbisik memandang heran pada sang pangeran sekolah yang datang ke kelas mereka.
"Kembarannya ada di kelas kita, mungkinkah dia datang untuk menemuinya?"
"Bodoh! Bukankah Noah sudah keluar kelas sejak tadi?"
"Oh, lantas untuk apa dia datang?"
Jemy membisu. Dia tidak mengerti dengan perasaannya sekarang yang perlahan menjadi sedikit gelisah. Apa yang terjadi? Bukankah seharusnya dia senang?
"Jem? Mengapa diam?"
Jemy meringis. Anak laki-laki itu dengan cepat memasukkan buku terakhirnya ke dalam tas kemudian berlari tergesa-gesa menghampiri Axel dengan menenteng tasnya sendiri yang belum sepenuhnya dia tutup resletingnya.
"Ma-maaf, aku... Aku.."
Jemy gugup dan tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia bukanlah orang yang terbiasa menjadi pusat perhatian, maka dari itu ketika seluruh mata tertuju kepadanya, memperhatikannya dengan tatapan penasaran, Jemy menjadi sangat gelisah.
"Ayo pulang, aku akan mengantakanmu."
Jemy tidak bisa menjawab apa-apa selain menganggukkan kepalanya dengan patuh selayaknya boneka yang baik.
Axel tersenyum melihatnya, meraih tangannya untuk digandeng kemudian segera beranjak pergi meninggalkan desas-desus rumor aneh yang mulai menyebar di kelas Jemy.
---
TbcTerimakasih sudah mampir dan memberikan vote serta komentar kalian 🐻❄️
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Because, I Love You! (Slow Up)
RomansaNoah setengah mati membenci Jemy. Ketika Noah mendengar Axel dan Jemy kembali berhubungan setelah putus, Noah menjadi tidak tahan. Segala cara dia lakukan untuk memukul mundur Jemy dari Axel. Namun setelah beberapa waktu kemudian, apa yang terjadi k...