Ngak ngik nguk ngek ngok, gue gatau mau diisi apalagi ,aseli ril no pek pek.
Oiya, mending bab "akhir dari segalanya" ini dibikin end aja ga si? Ga rame juga cuy😋
--
-
"Uhuk! Uhuk! Nak, cepat larilah lewat jendela disitu nak, memang lumayaan tinggi, tapi setidaknya cukup untuk kamu keluar, ayo nak cepet! Lupakan bunda, cepat selamatkan nyawa kamu ya! Ini perintah bunda!" pinta Ibu El sembari menutupi hidungnya dengan kedua telapak tangan untuk terus bisa bernafas.
"GAK BUN! GA AKAN! EL GA AKAN TINGGALIN BUNDA SENDIRIAN!! GA AKAN! EL CUMAN PUNYA BUNDA, JADI EL GAAKAN BIARIN BUNDA TERKURUNG DI SINI SENDIRIAN!! Bunda duduk disini sebentar ya? El mau pecahin jendela kaca ini" balas El sambil menurunkan bundanya pelan-pelan.
Tanpa berlama-lama El langsung mengambil benda keras yang tersisa di rumah tersebut untuk memecahkan jendela kaca tersebut.
Memang terlihat sangat beresiko karena pecahan kacanya, namun mau bagaimana lagi? Sudah tidak ada pilihan lain.
Berkali-kali El mencoba memecahkan kaca tersebut namun tak kunjung pecah, dan ketika ia menoleh ke arah Ibunya, El melihat ada sebuah lampu gantung yang akan jatuh mengenai ibunya.
Dengan cepat, El langsung menuju ke arah ibunya untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman, namun...
"BUNDA!!! AWAS BUN!!! BUNDAAA!!!" teriak El sembari berlari menuju ke arah ibunya.
Brakk! Lampu tersebut malah mengenai tubuh El yang berada di atas ibunya yang sedang duduk di lantai.
Lampu itu memang terasa cukup panas, namun El masih bisa menahannya dengan tubuhnya, ia langsung menyingkirkan lampu gantung tersebut lalu membawa ibunya ke tempat yang lebih aman dari benda-benda yang kemungkinan bisa berjatuhan.
"Bu, pindah sebentar ya? Di sini rawan benda berjatuhan, ayo pegangan pundak El" ajak El disertai senyuman manisnya.
Saat itu mungkin El juga kesusahan bernapas, namun mau bagaimana lagi? Kalau bukan demi ibunya, mungkin dia sudah pingsan sejak awal, bahkan ada kemungkinan meninggal.
Setelah memindahkan ibunya, El kembali untuk mencoba memecahkan kaca rumah besar itu, namun api sudah terlalu membesar dan asap sudah memenuhi seluruh isi rumah tersebut.
"Ya Tuhan... tolong hamba, setidaknya kalau hamba tidak selamat, berikanlah keselamatan itu kepada Bunda..." gumam El sembari terus berusaha memecahkan kaca jendela.
Setelah berkali-kali percobaan akhirnya jendela itu berhasil terpecahkan, namun Ibu sudah terlanjur tak sadarkan diri.
"Bundaa, kita sudah bisa keluar, ayo bun kita keluar sekarang" ucapnya kepada ibu yang tak sadarkan diri. Setelah itu, El melepaskan bajunya untuk menutupi wajah ibunya supaya tak merasakan panas yang berlebih.
Rasanya sesak sekali... di tengah-tengah api yang membara begitu besar, bahkan mengalahkan besarnya 2 api unggun yang berkobar di perkemahan, seorang anak dan ibu harus berjuang mati-matian untuk terus hidup karena ulah sang Ayah yang telah membakar rumah itu. Bahkan cuman untuk membebaskan diri dari kobaran api itu, El harus merelakan kakinya untuk menginjak serpihan-serpihan kaca yang menembus lapisan bawah sepatu miliknya, hingga membuat kakinya berlumuran darah.
Ketika mereka berhasil melewati jendela, El menggelengkan kepalanya karena melihat sekeliling halaman rumah yang habis terbakar. Tunggu, bagaimana nasib motor El yang terparkir di halaman rumah tersebut? Apakah ikut terbakar lalu meledak? Tidak, El sama sekali tidak melihat keberadaan motor kesayangannya.
"Aki-aki sialan, bener-bener ga modal ya lo setan! Udah ngambil duit, motor gue diambil juga" belum selesai El menggerutu, tiba-tiba ada sebuah lampu gantung di depan pintu rumah yang jatuh tepat mengenai El dan ibunya.
"S-sial, udah panas, sakit lagi, tunggu... Bunda!" El masih berusaha untuk sadar dan terus menyelamatkan ibunya, namun El melihat baju sang ibu terbakar juga dengan ibunya.
El berjalan sempoyongan mendekati ibunya, untuk memadamkan api itu dengan mengibaskan kaos dalamnya yang barusan ia lepaskan. Memang terlihat tidak berguna, namun hanya itulah yang bisa ia lakukan.
"Bunda... Bunda harus bertahan demi El! Bunda dulu pernah berjanji kan akan menemani El sampai kapanpun! Bunda harus kuat!" ucapnya ketika mencoba memadamkan api yang membakaar tubuh ibunya.
Selang beberapa waktu kemudian, pilar di teras rumah itu tiba-tiba roboh dan langsung mengenai kepala bagian belakang milik El, dan hal itu menyebabkan kepala El mengeluarkan banyak sekali darah hingga membuatnya langsung tak sadarkan diri.
***
Disisi lain, Valent yang masih tertidur pulas tiba-tiba terbangun karena mimpinya yang aneh.
"Kok bisa ya gue dikejar kodok segede bumi gitu hih ngeri bjir" ucapnya sembari menyilangkan kedua tangannya lalu menggosokkan di lengan karena merinding.
Valent melihat sekelilingnya untuk mencari keberadaan temannya, El. Namun tak menemukan dia sama sekali.
"Buset ini anak kemana udah ngilang aja, jangan-jangan balik tidur di kamar mandi lagi, bener-bener kurang kerjaan!" gerutu Valent.
Valent bergegas menuju ke kamar mandi untuk mencari keberadaan temannya namun hasilnya tetap sama, ia tak menemukannya.
Valent kembali menuju kamar dimana awal semula ia tidur dengan El untuk mengambil ponselnya. Saat ia membuka ponselnya ia melihat waktu sudah menunjukkan pukul 02.10 .Dia langsung membuka wangsap (plesetan WhatsApp) karena melihat ada beberapa notifikasi masuk dari temannya.
Anaknya Harvey2
*Video (ada di bab sebelumnya)
Daah len, gue pergi dulu
Kunci gue taroh di sebelah pintu**
"Biadab! Gue tidur malah di rekam! Dasar anak Harvey meresahkan!" ucap Valent dengan memasang wajah kesal.
-Bersambyung-
KAMU SEDANG MEMBACA
ELGARD
Teen Fiction⚠️⚠️Dilarang plagiat⚠️⚠️ Di dalam sebuah rumah yang cukup megah, ada seorang anak lelaki berusia 18 tahun. Dahulunya, ia memiliki keluarga yang saling menyayangi satu sama lain dan memberikan kehangatan dalam setiap hubungan mereka. Namun, kebahagi...