"Aku kehilangan rasa bahagiaku di hati sejak aku kehilanganmu, Ibu.
Duniaku terasa musnah begitu saja ketika mendengar kabar dirimu telah menghembuskan napas terakhir di dunia ini.
Bu... maafkan aku, karena hutang yang belum bisa ku bayar sampai ajal telah menjemputmu, adalah hutangku pada wanita sempurna yang telah melahirkanku."
-Elgard Harvey***
Netra indah itu perlahan tertutup, denyut nadi yang mulai melemah, bersamaan dengan detak jantung yang kian menghilang, napas terakhir pun tidak luput terdengar. Dan akhirnya Carla dinyatakan telah meninggal dunia.
Setelah sekian lama El menatap tubuh sang Ibu yang telah tertutup oleh selimut rumah sakit itu, ia memutuskan untuk bergerak mendekati wajah ibunya untuk membuka selimut yang menutupi wajah ibunya sebentar, lalu diikuti dengan kepalanya yang bergerak mendekati telinga wanita cantik bernama Carla.
Ia berbisik "Bu, El harap, Ibu bisa memaafkan Ayah yang sudah keterlaluan terhadap Ibu, ya? Perjuangan Ibu kali ini benar-benar telah usai dan selamat beristirahat dengan tenang, bidadari surga ku."
Kalimat itu di akhiri dengan kecupan di pipi berbekas luka bakar milik wanita berusia empat puluh dua tahun.***
Kondisi rumah milik William, juga ditinggali oleh Harvey bersaudara itu, yang sebelumnya selalu tertutup rapat, kini menjadi terbuka lebar untuk menyambut tamu-tamu yang hendak bertakziyah akan wafatnya Carla.
Bisikan-bisikan suara warga terdengar sangat menggangu di telinga El yang sedang membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sendiri.
Namun, apalah daya? Dia harus menahan kebisingan yang mengganggu telinganya."Dari pagi tadi lo gak mau makan, makan dikit dong, tubuh lo kaya sisa kayu doang tuh" Evan mencoba membuka obrolan.
El tak menjawab sedikitpun, ia hanya menatap malas wajah sahabatnya yang tiada akhlak itu.
"Buset el, ngeri-ngeri sedep gue kalau liat muka lo kaya gitu" ledek Valent diikuti dengan tangannya yang menepuk pundak El.
"Brisik, minggir lo pada! Gue mau ke depan rumah sambut tamu-tamu yang gak gue undang!" El melangkahkan kakinya perlahan lalu meninggalkan sahabat-sahabatnya di ruang tamu.
Terlihat dari depan pintu, ada sebuah mobil Alphard hitam yang terlihat tak asing bagi El.
Setelah mengetahui bahwa tebakan ia benar akan siapa orang di dalam mobil tersebut, El langsung berlari masuk ke dalam rumah untuk mencari benda tajam, lalu kembali ke posisi semula ia melihat seseorang yang keluar dari mobil hitam itu.
"Loh bapak ke mana saja? Kok baru dateng?" tanya William yang merupakan Ayah ke-2 dari Harvey bersaudara.
"Hehehe iya pak, saya kemarin sibuk di kantor jadi agak telat datangnya" ucap pria itu sembari menggaruk-garuk kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELGARD
Teen Fiction⚠️⚠️Dilarang plagiat⚠️⚠️ Di dalam sebuah rumah yang cukup megah, ada seorang anak lelaki berusia 18 tahun. Dahulunya, ia memiliki keluarga yang saling menyayangi satu sama lain dan memberikan kehangatan dalam setiap hubungan mereka. Namun, kebahagi...