Rumah William tampak tenang dan sepi ketika mereka memasuki ruang tamu. Lampu plafon yang remang-remang memberikan cahaya lembut, menyoroti furniture dan dinding-dinding yang berwarna netral.
Karpet berbulu tebal di tengah ruangan menyerap langkah-langkah mereka, menciptakan suasana hening yang mendalam.
Di tengah ruangan, ada sebuah sofa yang terkadang digunakan keluarga William berkumpul. Di situlah sosok pria bertubuh kurus itu duduk. Tangannya yang panjang dan kurus diletakkan di atas lutut, sementara tatapannya yang tajam dan tengah mengulas senyuman menyeringai mengarah lurus ke arah pintu masuk di mana mereka-Elgard dan keluarganya-tengah berjalan mendekatinya.
"Kenapa dia bisa ada di sini?" gumam Elgard.
Wajah Carla memucat dengan mata membelalak. Bibirnya bergetar dan mulutnya sedikit terbuka, menunjukkan ketegangan dan ketakutan yang mendalam.
Ia melangkah mundur menuju ke belakang William.William yang mengenakan pakaian kasual. Wajahnya menunjukkan kebingungan yang jelas. Matanya melebar dan alisnya terangkat tinggi. Dahi berkerut, seolah sedang mencoba memahami situasi yang tiba-tiba berubah. Bibirnya sedikit terbuka, di dalam dirinya ia bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi.
"Carla? Kamu kenapa? Suami kamu sudah menjemputmu, silahkan pulang," ucap William dengan nada lembut, sambil bergerak menjauh untuk memberi ruang.
Namun, sebelum William sempat jauh, El, dengan ekspresi wajah penuh rasa panik dan kecemasan, berteriak, "Jangan, ayah! Tetap lindungi bunda!"
William berhenti dan menatap Elgard dengan ekspresi bingung. "Loh, kenapa? Bukannya James suami ibumu?" tanya William, heran.
Sementara itu, pria bertubuh kurus di sofa juga terkejut, menilai situasi dengan penuh perhatian.
"Ada apa? El?" tanya pria itu penuh kebingungan.
"Lo jangan pura-pura lupa ingatan, Tuan James." El menjawab dengan kalimat penuh penekanan.
"Sebenarnya, apa yang terjadi, el?" tanya Edgard yang tak kalah bingungnya dengan William.
"Dia." Elgard mengarahkan telunjuknya ke arah James. "Pelakunya," lanjutnya.
"Pelaku apa yang kamu bicarakan, nak?" tanya James dengan wajah tak merasa bersalah.
"Kamu jahat, mas. Segera urus surat perceraian kita." Carla-Ibu kandung Harvey bersaudara-menegaskan.
"Coba ceritakan baik-baik. Mari duduk di sofa terlebih dahulu." William menarik tangan Carla dengan lembut.
Mereka terduduk senyap tanpa sepatah kata. Hanya menunggu Elgard kembali membuka suara.
"El?" panggil Edgard, mencoba mendahului pembicaraan.
"Jadi gini, yah, bang." Elgard mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menceritakan semuanya. "Insiden kebakaran di rumah baru bunda, itu pelakunya dia, James Erlangga. Malam itu, kalau bunda nggak ngechat El, entah apa yang akan di lakukan sama pria berengs*k ini."
Mata Elgard dan William sontak membelalak tak percaya. Bagaimana bisa, seorang suami tega membakar istri dan anaknya sendiri walaupun status mereka hanya anak dan ayah tiri?
William beranjak dari sofa lalu mendekat ke arah James dan mencekam erat kerah baju yang dikenakan James. "Kamu bukan orang yang pantas di sebut laki-laki, James. Dia, sudah rela meninggalkan saya demi anda. Tapi, mengapa anda sendiri yang tega menyakitinya? Lalu, apa maksud kedatangan anda kemari? Hah!"
William hampir melayangkan pukulan tepat di wajah James. Namun, di cegah oleh Edgard yang tak ingin ada keributan lebih besar di rumah itu.
"Berhenti. Di mana elaina?" tanya Elgard yang menyadari akan ketidakhadiran Adik perempuannya.
James terkekeh kecil, sehingga membuat emosi William semakin menggebu-gebu.
"Jangan sampai kamu juga mencelakai Putri saya!" tegasnya.
Edgard dan Elgard berlari meninggalkan ke-dua pria yang tengah saling meluapkan emosinya.
**
"Ina! Ina di mana?"
"Inaa!! Ina di rumah?"
"Na?"Teriak dua remaja laki-laki yang tengah mencari keberadaan adik perempuannya di lantai 2.
"El," ucap Edgard yang menyadari sesuatu.
"Apa, bang? Lo nemuin Ina?" tanyanya.
Edgard menunjuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamar milik Adik perempuannya.
"Astaga!"
Mereka berdua sontak berlari ke arah yang di tunjuk oleh Edgard.
**
"Saya tidak akan biarkan anda pulang dengan selamat kalau sampai anda celakai putri saya di rumah saya sendiri!" tegas William dengan menatap nyalang ke arah James.
"Ayah! Bunda! Kemari!"
Terdengar suara teriakan dari Edgard dan Elgard dari lantai 2, tepatnya di kamar Elaina berada.
Carla dan William berlari menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Namun, tidak dengan James. Ia tetap berjalan santai ketika menaiki tangga di rumah besar itu.
William melirik ke belakang-ke arah James berada-ia merasa emosinya semakin meledak ketika melihat William yang berjalan dengan santai di tengah kepanikan, bahkan dengan raut wajah seperti tidak terjadi apa-apa.
Namun, keinginan William untuk membokem James saat itu juga, telah diurungkan dan lebih memilih melihat kondisi putri kandungnya.
Sesampainya di depan kamar Elaina, William dan Carla sangat terkejut melihat kondisi putrinya.
"ELAINA!!" teriak mereka berdua secara bersamaan.
"Carla, kamu urus putri kita, biar saya yang menghajar suami kamu yang tidak tau diri itu." William memberi perintah pada Carla lalu pergi meninggalkannya.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
ELGARD
Teen Fiction⚠️⚠️Dilarang plagiat⚠️⚠️ Di dalam sebuah rumah yang cukup megah, ada seorang anak lelaki berusia 18 tahun. Dahulunya, ia memiliki keluarga yang saling menyayangi satu sama lain dan memberikan kehangatan dalam setiap hubungan mereka. Namun, kebahagi...