19. Harvey's Family

26 8 73
                                    

Elgard menatap Luna dengan sorot mata penuh kemarahan yang tertahan, mengingat betapa menyakitkannya perlakuan keluarga Luna terhadapnya. Detik itu juga, amarahnya membuncah hingga hampir tak terkendali, seolah ingin melampiaskan seluruh rasa sakit yang mengendap di hatinya selama ini. Namun, Luna hanya diam. Tatapannya lembut, tetapi dalam keheningannya itu, ia menyimpan senyum yang tampak tenang. Elgard masih berdiri tegak dengan sorot mata tajam seperti pisau, berbeda dengan Luna yang duduk santai di kursi taman SD itu.

"Jadi, lo kesini mau apa? Atau, lo pikir setelah semua yang lo lakukin dulu, lo bisa datang dan menyembuhkan luka yang lo tinggalkan gitu aja? Gak bisa woy!" ucap Elgard sinis, suaranya bergetar menahan emosi.

Luna menghela napas, lalu berkata pelan, "Aku paham kalau aku salah. Tapi aku di sini bukan untuk membuka luka lama. Aku ke sini untuk mengatakan kebenaran tentang ayah kandungmu."

Elgard menatapnya dalam diam, mencoba menafsirkan maksud ucapan Luna. Sebuah pertanyaan terlintas di benaknya, apakah Luna hanya ingin mempermainkannya lagi? Namun, Luna tak menggubris pertanyaan-pertanyaan itu, dan malah melanjutkan, "Kamu pernah bertanya-tanya ke mana perginya ayah kandungmu, bukan?"

Elgard mengangguk pelan. Pertanyaan itu sudah lama menjadi misteri dalam hidupnya. Selama bertahun-tahun, ia hidup dalam bayang-bayang rasa penasaran dan kesakitan yang tak pernah terjawab. Dan kini, Luna datang dengan membawa jawaban yang selama ini ia cari. Elgard terpaksa duduk di samping Luna, menahan napas seolah bersiap menerima kenyataan pahit yang akan ia dengar.

Luna melanjutkan dengan nada pelan, "Ayah kandungmu, Harvey... dia meninggal beberapa hari lalu, tepat saat kamu masih dalam keadaan koma setelah kebakaran itu."

Deg.

Kata-kata Luna menyayat Elgard seperti pisau yang mencabik-cabik ulu hatinya. Dada Elgard terasa sesak, dan pikirannya mendadak kacau. Ia tidak pernah menyangka bahwa Ayah kandungnya telah pergi selamanya saat ia tak sadarkan diri.

"Apa… maksud lo?" Elgard bertanya dengan suara serak, hampir tak terdengar.

"Dia... meninggal karena William. Ya... Ayah tirimu itu." Luna berujar dengan tenang, meski dalam suaranya ada nada dingin yang begitu jelas terdengar.

Elgard terpaku, tidak mampu bergerak atau berpikir jernih. Ia telah hidup bertahun-tahun dalam siksa fisik dan mental yang ditimbulkan oleh William, ayah tirinya. Tapi kini, mendengar bahwa William juga adalah penyebab kematian ayah kandungnya sendiri, seolah-olah membuat semua amarah yang pernah ia pendam selama ini meledak.

“Lo... Lo serius? Apa buktinya kalau ayah gue udah meninggal?” Elgard bertanya dengan suara yang hampir berbisik. Rasa takut, kebencian, dan kekecewaan campur aduk dalam dadanya.

Luna mengangguk, "William memang selalu benci pada ayah kandungmu sejak lama. Dan saat kamu koma, dia meluapkan kebenciannya pada Harvey. Bentar... Ini buktinya." Luna merogoh tas bahunya lalu mengambil ponselnya dan dengan cepat memperlihatkan foto yang telah ia simpan sebagai barang bukti.

" Luna merogoh tas bahunya lalu mengambil ponselnya dan dengan cepat memperlihatkan foto yang telah ia simpan sebagai barang bukti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ELGARD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang