"Seandainya bukanlah kata yang indah jika beriring dengan penyesalan."
-Whitesyl
Berawal dari siang terik kala itu...
"Nuri, cepat selesaikan belajarmu! Nanti tak dapat tanda tangan Kak Yumi," Desak Hana.
Sementara gadis berambut sebahu yang akrab di sapa Nuri itu masih sibuk dengan soal matematika-nya.
"NURRR-"
Ting-Ting!
Suara bel memutus amarah Hana, kedua gadis itu memandang satu sama lain.
"Siapa tu?" Bisik Hana.
Nuri mendelik, "tengok lah."
"Aku? Tak mau."
Bel berbunyi sekali lagi, mau tak mau Nuri beranjak dari meja belajarnya menuju pintu rumah.
Dari ambang pintu, tampak seorang pria paruh baya berkulit sawo matang tersenyum simpul saat melihat pemilik rumah membuka pintu.
"Ada Ibu?" Tanya pria itu.
Sudah menjadi kebiasaan, bahwa "ibu" yang dimaksudkan adalah Bibi Fara. Karena selama ini Nuri tinggal bersama keluarga adik ibunya dan Hana merupakan anak semata wayang Bibi Fara. Hanya berjarak setahun lebih muda darinya.
"Lagi kerja, ada perlu apa, pak?" Tanya Nuri dengan penuh kesopanan.
"Kamu Nuri, kan?"
"Iya."
"Saya sepupu papa mu, ada yang mau dibicarakan. Kalau boleh tau dia kerja di mana?"
Nuri terdiam sejenak, baru kali ini ia melihat wajah keluarga papa nya. Ya, setelah sekian lama putus komunikasi dengan pria itu.
"Ee, gimana ya pak. Saya-"
Tepat waktu, Fara pulang untuk jam istirahat siangnya. Ekspresi wanita itu sedikit kaget melihat siapa yang datang ke rumahnya.
Setelah mendapat kode dari Fara, Nuri segera kembali ke kamarnya, meninggalkan dua orang dewasa itu berbincang."Siapa?" Tanya Hana.
"Katanya sepupu papa."
"Iyakah? Kenapa dia yang datang, bukan papamu?" Tanya Hana lagi.
Nuri mendelik, ia tak peduli dan memilih mengerjakan tugasnya kembali. Karna ia harus menghadiri jumpa fans idolanya yang bernama Yumi. Penyanyi muda yang memiliki suara dan lagu-lagu yang indah. Ia dan Hana sudah membayar mahal untuk kegiatan itu, tentu saja dirinya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
"SIAP!" Sorak Nuri.
"Cepat siap-siap, ku tunggu di bawah," titah Hana.
Nuri segera melaksanakan perintah. Berhubung sudah mandi, ia hanya mengganti pakaian, menata rambut dan menambah bedak. Gadis itu tampak manis dengan baju rajut dan rok mini berwarna pink, ditambah jepitan rambut bermotif bunga sakura yang membuatnya semakin manis. Tidak lupa, jam dan gelang yang wajib melingkari pergelangan tangannya.
Merasa sudah seperti bidadari dunia, ia segera menyusul adik sepupunya itu.
Sepertinya pria yang tadi sudah pergi, Nuri tersenyum lebar dan menampakkan gaya centilnya kepada Bibi dan sepupunya itu, "cantik kan?"
"Kita cancel aja ya, Nu?" Tanya Hana.
"Kok tiba-tiba?" Pertanyaan itu berhasil membuatnya kesal sekaligus marah, padahal sepupunya tahu berapa lama ia menabung untuk ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interaksi - Sesaat yang Abadi
Teenfikce~Seuntai Aksa nan Amerta. "Kamu adalah mati yang ku paksa abadi." -Nuri. "Dia adalah hujan yang membuatku rela mendengar petirnya." -Nathan. "Aku akan kembali, hingga kau menyadari bahwa bertahan mu tak sia-sia." -Areksa ••• "KENAPA HARUS AKU, TUHAN...