7. Sempurna?

2 2 0
                                    

"Ada luka yang sengaja ditutup, agar tetap berperan dengan profesional dalam panggung dunia."

Whitesyl

Hujan deras mengguyur kota yang tengah
sibuk di pagi hari. Ya, demi melangsungkan hidup, apapun yang terjadi jam kerja tetaplah jam kerja. Tiada alasan bagimu mau hujan, badai, halilintar, semua orang akan abai jika itu berhubungan dengan uang.

Seluruh siswa SMP Nusantara berkumpul di auditorium tepat jam 8, hari ini adalah pengumuman kenaikan kelas. Seperti biasa, sekolah ini tidak bisa bergerak langsung ke inti.  Harus dengan struktur yang ada seperti sepatah kata dan kawanannya , barulah memasuki pengumuman peringkat kelas. Lantas semua orang bertepuk tangan untuk para pemuncak itu dan setelah itu memasuki kelas, dengar ceramah lagi, barulah dapat memeluk benda bertinta merah atau hitam itu.

Bagian pemuncak tak pernah membuat mata Nuri seakan memiliki binar-binar di sekeliling matanya. Itu semua karena sampai kapanpun ia menduga tidak akan bisa melawan kawan kelasnya. Mereka lebih gila dari itu.

Pukul 10:03, para pemuncak sudah menerima hadiahnya dan berfoto bersama, lalu mereka kembali ke tempat duduk.

Walau Nuri ataupun Kayla bukanlah peringkat kelas mereka, setidaknya Gio menjadi sosok teladan untuk regu curut itu. Laki-laki itu meraih peringkat dua setelah Fifi. Setidaknya itu akan menaikkan standar pertemenan mereka di mata netizen.

Kelas sembilan yang menerima hasil kelulusannya didampingi orang tua. Mereka semua tidak menampakkan wajah-wajah depresi, bisa dipastikan mereka semua lulus.
Setelah kegiatan di auditorium itu berakhir, seluruh siswa kembali ke kelas masing-masing dan menunggu wali kelas untuk membagikan lafor mereka.

Congrats my bestie!” Ucap Kayla pada Gio yang duduk dihadapan mereka.

“Makanya lo bersyukur punya temen kaya gue,” ucap Gio sembari membanggakan diri.

Satu sentilan dari Kayla mendarat di dahi laki-laki berambut seperti mangkok itu.

Kayla tersadar bahwa teman sebangkunya tidak memperhatikan mereka dari tadi, gadis berhijab itu tengah menghadap ke luar jendela. Pagi itu terbit menerpa wajahnya yang tengah bermenung. Bagaimana tidak, dua hari lagi keluarga sepupunya akan berangkat ke Eropa.

Fara sudah mencoba membujuk Nuri untuk ikut, tetapi gadis itu sudah bertekad untuk menetap. Hingga akhirnya dengan berat hati Fara pasrah dengan keputusan keponakannya yang masih dini untuk tinggal sendiri.

Besok dirinya akan diantarkan ke kediamannya yang baru. Fara memutuskan memilih salah satu panti asuhan yang layak untuknya dan menjadi donatur utama di sana. Dan itulah yang menjadi masalah terberat Nuri.

Ia memutuskan untuk menetap karena tidak ingin merepotkan keluarga sepupunya lagi, memilih tinggal di panti asuhan agar ia tidak merasa bersalah lagi, tetapi bibinya bersikeras untuk menjadi donatur di panti asuhan yang akan ia tempati. Rasa tidak enak hati menyelimutinya.

Terlebih lagi, ia tidak tahu keberadaan Nia—ibunya.

“Nuri!”
Kayla menggoyangkan bahunya membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

“Yaelah Nu, bisa-bisanya mikirin Nathan di momen se menegangkan ini. Gue tau kalian jadian, ga usah dipikirin juga kali!” celetuk Gio.

WHATTT?
Kayla sontak berdiri dari duduknya, kaget dengan apa yang ia dengar.

“Lo ngapain sih, Gi?!” geram Nuri.
Tepat sekali, wali kelas mereka memasuki kelas bersama Fifi yang membantunya membawakan map lafor.

Kayla dengan segera duduk di bangkunya kembali dan mulai menginterogasi Nuri.

Interaksi - Sesaat yang Abadi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang