"Ga ada yang bisa melawan tuhan. Dan gue ga akan melawan tuhan hanya karna mengatas namakan rasa."
—Fernand El-Nathan
“Ya, dengan satu syarat,” Ucap Nathan. Lelaki itu tampak mengeluarkan sebuah lembaran kertas yang terlipat berwarna emas yang tampak menawan dan mewah.Nuri menaikkan sebelah alisnya, tak mengerti maksud lelaki itu.
“Jadi partner gue.”
“Gila lo!” Sarkas Nuri.
“Lo mau gue jadi partner di pesta nikahan orang? Cuma berdua? Yang ada gue dikira pacar lo, ga mau!”
Nathan terdiam melihat reaksi gadis itu, sebelum akhirnya tertawa keras. Tawanya menggema seisi ruang kelas.
“Siapa yang bilang kita ke acara nikahan? Gue minta lo jadi partner buat ngisi acara di pesta ulang tahun temen gue sebagai penyanyi,” tutur Nathan mejelaskan. Lebih tepatnya ia mengejek ekspektasi berlebihan Nuri.
Sudah dipastikan Nuri ingin menghilang saat itu juga, “bisa-bisanya gue mikir sejauh itu. Malu banget.”
“Gimana, mau ga?” Tanya Nathan memecah lamunan Nuri.
Nuri berpikir sejenak, “kalo gue ga mau?”
“Berdasarkan peraturan sekolah. Siswa yang melakukan tindakan tidak sopan seperti memasuki ruangan yang bukan haknya tanpa izin akan dikenai denda yang sudah disepakati oleh pemilik ruangan,” ucap laki-laki jangkung itu, mengutip peraturan sekolah yang sengaja ia hafal sebelum bertemu Nuri.
Hari ini benar-benar hari sialnya. Daripada berurusan panjang lebar dengan anak seni, lebih baik ia menuruti kemauan anak laki-laki yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu.
“Tapi suara gue ga terlalu bagus, kalau gue ngacauin acaranya gimana?”
“Pikir sendiri. Gue tunggu besok jam 7 malam, jangan telat!” Lelaki itu melenggang pergi. Ia meninggalkan kartu undangan di atas meja untuk Nuri.
Nuri membuka kartu undangan yang mewah itu, dari bentukan undangan saja sudah diprediksi betapa megahnya pesta ulang tahun itu besok.
Celine Diona Azarenka.
Gadis berhijab itu menyapu bersih tulisan demi tulisan yang ada di kartu undangan itu. Si pengundang memiliki nama yang bagus, usianya akan menginjak enam belas tahun, seluruh tamu mengenakan pakaian berwarna putih atau coksu.
“Kayak nikahan aja, pake dress code segala," cibirnya.
🌷🌷🌷Di akhir pekan ini, biasanya Nuri menghabiskan waktunya di kamar sembari menonton film. Tetapi berkat kejadian kemarin, ia terpaksa menyiapkan lagu yang akan ia nyanyikan di hari ulang tahun gadis bernama Celine itu.
Nathan sudah menghubunginya semalam, entah siapa yang memberikan nomornya kepada laki-laki menyebalkan itu. Nathan mendaftar beberapa lagu yang harus ia siapkan untuk nanti malam. Lumayan banyak dan beberapa lagu itu tidak diketahuinya. Jadi, ia akan menghafal lagu-lagu yang belum pernah didengar dulu, setelah itu menyempurnakan lagu-lagu yang sudah ia ketahui.
Saat sedang berlatih Fara mengetuk pintu kamarnya dan masuk setelah mendapat izin dari keponakannya.
“kamu mau dress yang mana?” Tanya Fara. Ia menampilkan beberapa gambar dress berwarna putih dari layar Ipad-nya.
Nuri menceritakan semuanya pada Fara tadi malam. Wanita itu paham dan bersedia membantu keponakannya itu. Kebetulan dirinya memiliki koneksi beberapa desainer untuk dress keponakannya nanti malam.
Kalau masalah pakaian, Nuri sangat antusias memilihnya. Tak butuh satu jam, ia sudah memilih pakaian yang ingin ia kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interaksi - Sesaat yang Abadi
Novela Juvenil~Seuntai Aksa nan Amerta. "Kamu adalah mati yang ku paksa abadi." -Nuri. "Dia adalah hujan yang membuatku rela mendengar petirnya." -Nathan. "Aku akan kembali, hingga kau menyadari bahwa bertahan mu tak sia-sia." -Areksa ••• "KENAPA HARUS AKU, TUHAN...